XIX

10.2K 1K 10
                                    

"Tolong ya jangan dibiasain paradigma lama. Kalau punya pasangan temen dicuekin, eh pas udah bubar baru deh temen yang diingat. Dewasa dong, kita tahu setiap pasangan juga butuh privasi, butuh ruang dan waktu yang gak boleh dibagi-bagi sama orang lain. Pasangan itu yang bakal menemani kita sampe tua, jadi wajar kalau sekarang ataupun nanti prioritas itu sama pasangan. Jangan menjadikan teman sebagai penghalang, ada kok waktunya berbagi bersama dengan teman. Kan gak mungkin satu kali dua puluh empat jam nempel terus sama si doi."-Mutiara Cantika Harjanto-

Entah berapa lama ketiga wanita lajang itu berkecimpung di dapur sambil tertawa-tawa, menyindir bahkan mengejek dan menghilang kan kabar buruk sejenak dari pikiran mereka. Yang paling terpenting adalah Mie aceh pedas buatan mereka jadi dengan sukses. Galih singgah ke rumah keluarga Anggakusuma setelah maghrib, alasannya ia mampir sebentar ke masjid untuk menunaikan kewajiban.

Sembari menata makanan yang telah mereka masak bersama-sama, Randy datang dengan wajah tanpa ekspresi. Anak itu hanya menyapa singkat sebelum hilang ke bilik kamarnya sendiri.

"bontot yang malang," ratap Rere sambil mendesah.

Friga menatap Rere penuh tanya, "anak itu paham bisnis, dia pasti udah denger berita itu. Randy anak yang sensitif, sedih tuh anak mikirin koko pasti." jelas Rere cepat. "Ayah lagi ngamuk kan sekarang. Padahal koko putra sulung yang amat dibanggakan tanpa cela sekalipun sampai sekarang gak nikah-nikah."

Mendesah kesekian kali, Rere sudah amat muak dan tak ingin peduli dia benci ada hal-hal yang mempengaruhi mood nya. Maka setelah meratapi saudaranya dia menyantap mie aceh dengan khidmat sampai akhirnya kedatangan Rania membuat mereka terkejut.

"wah, lagi rame ya?" sapanya dengan senyum letih, kantong mata nya terlihat meski telah didempul oleh make up.

Rania segera saja memeluk dan mencium Mutiara dan Friga lalu menyalami Galih. "harga saham perusahaan kamu mulai naik ya, Lih." seru Rania sebagai pernyataan. "Kemarin mas Devan katanya beli saham disana." tuturnya tanpa peduli dengan tatapan Rere, suasana agak canggung. Rania seperti enggan membuka obrolan tentang kegagalan Raka dalam mengawasi proyek yang tengah berjalan.

"iya Ce, beberapa kali mas Devan beli terus lepas lagi kalau harga saham melonjak drastis. Tinggi." balas Galih biasa-biasa saja.

"cece bukannya udah gak kerja lagi?" tanya Friga frontal menyuarakan tanya yang berada di kepalanya.

"udah gak kerja sih, emang. Tapi Hanna dan Dave udah bisa ditinggal sama eyang mereka jadi cece udah diijinin kerja lagi. Belum lama kok, mungkin baru beberapa bulan yang lalu."

Mengambil mangkok sendiri di dalam kabinet, Rania berjalan ke arah meja makan dan menuangkan mie aceh untuknya sendiri. Ia sedikit menyeruput kuahnya hati-hati, "pedesnya masih bisa dikompromi," gumamnya sambil mengangguk-angguk.

"koko dimana?" tanya Rere pada akhirnya.

Rania belum menjawab, sebab mulutnya masih penuh dengan makanan. Netra Rania menatap Rere lama, penuh perhitungan. "sekali-kali Re, jangan sampai koko larinya ke cece." kening Friga dan Mutiara sama-sama mengernyit, bingung.

"orang koko maunya sama Cece." sanggah Rere cepat.

"ya tapi kan Cece udah nikah, punya suami dan anak." Rania melepaskan sendoknya seolah tak lagi berminat. "bukan maksud gak suka sih koko manja-manja sama cece tapi kan, ada kamu kalau bunda gak ada."

Mulut Friga tanpa bisa dicegah terbuka karena terkejut.

"koko nyamannya sama bunda dan cece, mana ada dia mau sama aku? Selamanya, bagi koko aku tuh adik perempuan kecilnya, gak pernah tuh diajak serius malah koko lebih suka aku yang manja sama dia."

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now