One day, i wish to have a child like him.
-Mutiara Cantika Harjanto.
Beberapa kali bertemu Raka, Mutiara mulai mengambil kesimpulan kalau seorang Rakasa lebih suka pakaian berwarna gelap. Berbeda seperti dirinya yang suka memakai pakaian warna cerah dengan kaos big size dan berkerah lebar. Setiap orang punya gaya fashion masing-masing. Raka termasuk cowok yang bersih, meski gondrong dan punya brewok tipis, sangat tipis dari terakhir mereka berjumpa.
Mutiara agak sedikit mendesah, bingung dengan dirinya yang tiba-tiba membanding-bandingkan seleranya dan selera Raka. Sama seperti ia bingung ketika sampai di pasar, Raka yang rambutnya gondrong setengkuk itu mulai mengikat rambutnya ke atas lalu memakai buff polos berwarna abu-abu tua sebagai pengganti masker, dan ikut keluar bersama mereka.
Jujur, dia benar-benar bingung. Dirinya punya dua saudara lelaki, dimana ia paham karakter keduanya tapi ia belum pernah sekalipun melihat Yusuf ataupun Alaric yang dengan senang hati menemani Ummi terjun langsung ke pasar untuk berbelanja. Paling banter nunggunya di parkiran. Oleh sebab itu, melihat Rakasa yang ikut turun membuat rahangnya terkatup rapat. Lalu kikuk sendiri. Berbelanja mengasyikkan bersama bunda Ayla langsung raib.
Mana ada dirinya bisa se-luwes seperti Mutiara yang biasanya kalau bersama Raka?
"Mau ke mana dulu, bunda?" Raka bertanya, menatap ibundanya yang mulai bersiap di samping Mutiara.
"Mau ke mana, Tiara?"
Mutiara menoleh cepat, terkejut karena dilimpahkan pertanyaan.
"Kayaknya beli ikan dulu, nanti yang lain nyusul."
"Beli ikan tenggiri, bukan? Atau kamu mau pake ikan gabus?"
"Ikan tenggiri aja bun, gak banyak tulang, lebih mudah dieksekusi."
Bunda tertawa ringan, "Kamu pinter banget, ya udah yuk."
Berjalan beriringan dengan formasi tak teratur, kadang Raka berjalan di sisi bunda kadang ia tertinggal di belakang. Tergantung, melihat banyaknya pengunjung pasar tradisional membuat mereka sedikit gerah berbeda kalau berbelanja di supermarket.
Raka mengamati bagaimana bunda dan Mutiara melakukan tawar-menawar harga, sesekali Mutiara dan bunda tertawa karena Mutiara suka bercanda dengan pedagang ikan tenggiri yang humoris.
"Nanti kalau eneng jadi menantu saya, tiap hari minta tenggiri nggak papa."
"Ya kalau anak bapak mau sama saya," balas Mutiara bercanda, tapi netranya fokus memilih ikan yang menurutnya segar dan besar.
"Pasti mau lah, neng. Eneng kan, cantik."
Mutiara kembali tertawa sopan, "bapak mau pilih menantu yang mana? Cantik tapi males atau biasa-biasa aja tapi berhati baik dan rajin?"
"Kalau eneng mah, udah pasti rajin."
Mutiara dan bunda saling pandang. "Kok bapak mikirnya, gitu?"
"Gak mungkin kalau males mau ke pasar, pinter lagi milih ikannya."
Dengan antusias, bunda bertepuk tangan dan memberi jempol pada bapak pedagang. "Bapak matanya tajam ya liat calon menantu yang T.O.P."
Mutiara menahan senyum melihat interaksi antara bunda dan pedagang.
"Nah, mumpung ada ibunya di sini juga, mau gak buk kita jodohkan anak kita?"
Ya salam, Mutiara hanya menganggap ini obrolan candaan.
Banyaknya pembeli tak mengacaukan fokus sang bapak pedagang ikan pada Mutiara.
"Kalau saya sih, tergantung anak saya pak. Mau apa gak? Kan dia yang menjalani."
YOU ARE READING
Mutiara ✔ [Completed]
RomanceRakasa Regantara dan Mutiara Cantika Harjanto adalah sedikit dari manusia yang memiliki kasus serupa. Gagal Move On. Sayangnya, siapa yang akan menyangka saat setelah mereka mengalami hal pahit mereka berjumpa dengan perbedaan karakter yang jauh be...