"Tahu diri itu perlu. Tahu diri pada seseorang yang diinginkan namun untuk melirik nya pun tidak." -Arvian-
Siang itu dengan perut yang tak sempat diberi asupan, Mutiara berusaha untuk bersikap profesional meski batinnya cukup tertekan dan menahan dirinya agar tak terguncang. Dia sangat berterima kasih pada Raka yang telah mengantarnya walau pada akhirnya dia bahkan tak sadar kalau Raka belum pergi, justru mengikutinya dari belakang.
Para polisi yang langsung bertindak di TKP mengijinkan Mutiara untuk melihat semuanya. Langkahnya pelan dan gontai begitu menapak anak tangga, menuju lantai dua dimana kamar Rini berada. Ia tercengang mendapati tali kekang, pisau, obat nyamuk, detergen, obat berceceran di sekitar lantai kamar itu. Praduga Mutiara, Rini sedang memutuskan dengan cara apa kira-kira untuk bunuh diri. Ada Arvian di sana, bersama kepala kepolisian yang menangani kasus ini beserta salah satu keluarga Rini yang ia tahu pasti bukan orangtua anak itu. Toilet di seberang kiri tempat Mutiara berpijak terbuka, disana ada sketsa yang dibuat polisi tata letak Rini setelah ditemukan tak bernyawa lagi.
Tangan Mutiara terkepal, ia menuntut dirinya untuk tenang dan fokus. Tenang. Tapi rasanya sangat sulit.
"oh iya pak, ini ibu Mutiara dia guru BK yang menjadi tempat pertama korban mengakui segala kesalahannya."
Korban. Secara otomatis, napasnya tertahan cukup lama sampai kepala polisi tersebut menyentaknya dengan halus.
"selamat siang, bu Mutiara."
Mutiara hanya mengangguk singkat, di dalam dia begitu tak kuat sampai wajahnya tersirat duka. Arvian dan yang lainnya melihat semua itu dengan kentara.
"pasti berat begitu mengetahui anak didikan pergi dengan cara tragis." buka kepala polisi meminta perhatian dari Mutiara dan akhirnya Mutiara yang saat itu tampil dengan pakaian yang sama sekali tak menggambarkan duka memusatkan perhatiannya pada polisi.
"apa yang dikatakan korban sebelumnya? Maksud saya, ketika dia mengaku pertama kali pada anda."
Mutiara belum menjawab, ia melihat seluruh kamar dengan gamang. "tanggung jawab," tuturnya singkat. "Rini ingin bertanggung jawab seberat apapun masalahnya, demi bayi yang dia kandung." katanya jelas. Memorinya seolah kembali pada masa itu, dimana perasaannya campur aduk karena terkejut, marah dan menyayangkan perilaku impulsif oleh sang gadis remaja itu.
"benar, sudah jelas motifnya untuk bunuh diri karena korban kehilangan bayinya, kemarin dia keguguran." kepala polisi tersebut sepertinya merasa bahwa dia perlu menjelaskan ini pada Mutiara. "dia mungkin merasa tak ada pegangan lagi." kepala polisi yang telah berumur paruh baya itu mengusap wajahnya prihatin.
Mutiara tersenyum sinis, amat sinis sehingga membuat ketiga lelaki dewasa yang berada di sana terkejut. "tapi hebatnya, ada orang yang tega membunuh darah dagingnya sendiri hanya untuk menghindari aib."
"Tiara!!" sentak Arvian cepat, dia tak bisa berpikir bagaimana bisa Mutiara bisa bertindak begitu sembrono. Satu kalimat, tidak. Bahkan satu kata yang ambigu bisa membuatnya menjadi berbahaya di depan polisi.
Mutiara melirik Arvian getir lalu menatap kepala polisi itu penuh tekad. "saya tahu bapak pasti sudah sering menangani kasus seperti ini, maka sekarang saya akan bertanya berdasarkan analisis bapak." Mutiara tak peduli meski lututnya sekarang terasa lemas tak mampu menopang tubuhnya yang berat.
Kepala polisi itu tetap diam, menanti Mutiara mengatakan apa yang ingin dikatakan. Sedang salah satu keluarga Rini itu menunggu dengan perasaan was-was. "psikiater sudah bisa menebak kalau Rini depresi telah lama dan mulai stabil begitu mengakui akibat dari kesalahannya." kepala polisi tersebut mengangguk, setuju dengan penuturan Mutiara. "tetapi untuk mengatasi rasa gelisah berlebihan, tentu saja psikiater perlu meresepkan obat dan tak pelik pasti ia mempertimbangkan sosok yang berada dalam tubuh Rini. Bukankah aneh jika psikiater dengan sengaja tak memperhatikan kandungan dari obat yang diberikannya pada pasien?"

YOU ARE READING
Mutiara ✔ [Completed]
RomanceRakasa Regantara dan Mutiara Cantika Harjanto adalah sedikit dari manusia yang memiliki kasus serupa. Gagal Move On. Sayangnya, siapa yang akan menyangka saat setelah mereka mengalami hal pahit mereka berjumpa dengan perbedaan karakter yang jauh be...