XXXIV

9.6K 944 11
                                        

Mutiara masih betah merecoki Bunga setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur. Mungkin inikah yang dimaksud wanita itu adalah sosok yang multitasking? Sebab meski Mutiara mengajak Bunga berbincang Bunga masih bisa fokus memasak dan Mutiara sebagai adik ipar mendadak malas ikut nimbrung. Ia  duduk di salah satu kursi yang berada di dapur.

Makanan yang diidamkan Yusuf selesai, Mutiara dan Bunga sepakat melipir ke dalam kamarnya dimana Sarah tengah tertidur di ranjangnya.

"Mbak Bunga kenal ce Jessica juga, nggak?"

Bunga yang baru saja melepas kerudungnya tercenung sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Kamu udah kenal dia?"

"Sekadar tahu aja sih, kenal gak."

Bagi Mutiara definisi tahu dan kenal itu berbeda. Ya kalau tahu artinya dia tahu wajah dan nama. Kenal artinya ia tahu seluk beluk tentang orang tersebut.

"Ce Jessica itu apanya koko?"

Bunga memicing, Mutiara seperti tengah bermain-main dengannya. "Mbak kira kamu nanya karena udah tahu hubungan Raka dan Jessica kayak apa." sindir Bunga yang kontan memicu bibir Mutiara mengerucut.

"Please deh mbak, aku kan pengen tahu."

"Kenapa gak nanya sama Raka langsung?"

Mutiara menggeleng, "Gak asik kalau nanya sama koko. Mending nanya sama mbak aja."

Alasan sebenarnya karena ia tak kuat harus mendengar pengakuan Raka. Mutiara jadi terlihat egois untuk perkara ini. Perempuan dan sifat cemburunya tapi tak pelik juga tak sungkan menjadi sanjungan. Seandainya Raka juga tahu Mutiara sempat tertarik dan jatuh cinta pada sahabatnya, antara masa lalu Mutiara dan Raka itu udah fair kok.

Bunga mendelik ke arahnya dan kemudian mengangguk.

"Raka itu anak teknik mesin dan sipil, dia emang suka nongkrong tapi lebih banyak ngejar kelas. Saking suka terburu-buru anaknya cuek bebek sama penampilan. Pas untuk karakter dia yang bodo amat sih."

Mutiara tersenyum sumringah mendengar cerita Bunga, Raka yang dulu dan sekarang itu beda jauh. Mungkin karena telah dewasa dan dipaksa kerja di kantor menuntutnya berpenampilan rapi. Tapi kalau diingat ke belakang awal pertemuan mereka, Raka masih tampak buluk dan di mata Friga Raka itu seksi.

"Terus juga sedikit aktif di organisasi kalau dia punya waktu senggang, bahkan kadangkala bareng abang kamu nginep di sekre saking nyamannya dan udah nganggap sekre mapala kayak kost kedua bagi mereka."

Berpikir cepat, Mutiara kemudian mencetuskan apa yang ada di kepalanya. "Sama cewek-cewek dong? Kan gak mungkin anggota mapala cowok doang."

Dengan berat hati, Bunga mengakuinya. "Iya, tapi  kan gak mungkin tidur udah kek kebo yang gak tahu diri. Gak ada grepe-grepe kok, cewek sih tidur di ruangan lain di sekre."

"Mbak kok tahu?"

"Tahu lah, kan Lisa temen se kamar mbak anak mapala juga."

"Oh!"

"Raka juga jago main musik Ra, kamu pernah dengar Raka main gitar atau celo gitu gak?"

"Hah?"

"Kamu gak tahu?"

"Kalau mas koko bisa main gitar sih tahu, kalau celo gak."

"Nah Raka ini suka main musik di depan kost nya mbak yang juga kost Jessica jadi Jessica jadi vokalisnya. Kalau inget itu kamu mungkin bisa bayangin gimana nelangsa nya para cewek-cewek dan cowok-cowok yang jealous tingkat akut lihat mereka. Serasi banget. Jadi mereka di kampus tuh famous bukan hanya karena cantik dan tampan tapi nih," tunjuk Bunga ke kepalanya sendiri. "Pinter banget. Raka dan Jessica tempat mereka menyepi aja sama, di perpus. Cuma anak cowok sih kadang males gitu kan harus lama-lama di perpus, bukunya dia pinjam terus dibawa deh ke tempat PS, jadi kalau teman-temannya main dia baca buku atau ke bengkel abis baca buku bantuin bang Arnold sekalian belajar juga."

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now