XXX

11.6K 1K 41
                                    

"Sebab yakin dan akibatnya gak bisa mundur."
-Rakasa Regantara-

Otak Rere masih mencoba mencerna—sebenarnya ia menolak percaya pada realita, nyatanya si Raka bisa bergerak tanpa bantuan mereka—apa yang terjadi bak orang dungu yang picik, bertanya pada diri sendiri ini nyata ataukah mimpi? Selama ini dia tak melihat tanda-tanda kedekatan antara kakak dan sahabatnya semakin intens. Apalagi setelah kedatangan Raka dan Mutiara, Raka tak mengijinkan Mutiara bersama mereka untuk diinterogasi melainkan menggiring kekasihnya ke lantai paling atas, tempat ruang produksi semua kue berada. Bertemu bunda Ayla.

Mutiara sempat nyengir sebelum bibirnya bergerak tanpa suara "nanti ya, sist."

"Ini konyol." gumam Friga setelah drama tak terduga berlangsung.

Randy menyeringai, "apanya yang konyol, Mbak? Ya bagus kan planning kalian mau combalingin Mbak Ara sama koko, done! Gak perlu usaha keras, sampe nguras otak demi strategi ngaco."

Ranz menyandarkan tubuhnya dengan nyaman, sembari melempar pandang ke sekitar tak ada lagi orang-orang yang mencuri-curi pandang karena penasaran.

"Kok bisa ya?" Rere akhirnya bersuara, "gue gak lihat tanda-tanda yang berarti tauk, Ranz."

Ranz mengedik, "honestly, ada Re. Tanya aja sama Friga kami udah heran sama tingkah nya Tiara tapi emang dasar Tiara dan koko type orang yang gak suka ngumbar-ngumbar kan?"

Rere berpaling pada Friga yang mau tak mau mengangguk lemah, "gak tau gue kalau yang bikin dia aneh itu koko lo sendiri."

Awalnya bingung mendera mereka tapi kemudian suitan dari Randy melogiskan semuanya tentang keberadaan mereka di sana. "Kita terlambat sadar dan bunda pengin kasih tahu kita dengan cara yang menurut ku agak berbelit-belit emang, gak biasanya bunda minta kita ke sini rame-rame hanya untuk nyobain putu ayu bihun. Alasan yang terlalu berlebihan, bunda bisa bawa pulang kuenya ke rumah tanpa kita harus main ke sini langsung.—

"Ingat nggak, beberapa hari yang lalu Rere juga nge-recokin koko karena Mbak Ara? Itu mungkin landasan bunda mau kasih tau kita kalau ternyata koko selalu punya kejutan dan tak butuh bantuan, koko gak se hopeless itu. Kalau dia udah mau dia bisa bergerak sendiri tanpa kita duga. Koko selalu memperhitungkan semuanya."

Mereka semua terlongong-longong atas jawaban logis sebab-akibat mereka berada di ruko bunda mereka. Diakui ataupun tidak, bunda memang meminta ketiga anaknya untuk mampir ke toko nya dengan dalih menu kue baru. Meski begitu bagi mereka itu hanyalah 'hipotesa' sementara dari si bontot.

Rere mengibas pakaiannya yang terkena remah-remah kue kering yang ia ambil sebelumnya dari lantai atas. Dia menatap sang bontot lalu berkata dengan nada jengkel. "Ya udahlah! Udah terjadi kan?" dia melirik sinis ke arah tangga. "Kita tungguin kapan Tiara selesai dimonopoli sama koko, gue penasaran sampe rasanya pengin mati aja."

Sontak Rere mengaduh mendapat jitakan dari Ranz. "Kalau mau mati, alasannya elite dikit kek." ekspresi Ranz dibuat-buat kelihatan prihatin. "Jangan penasaran, gentayangan terus dong lo. Tiap kali pengen tahu dan butuh jawaban bukannya dapet, orang yang lo tanyain bakal lari jumpalitan, dodol!!" jelas Ranz mencemooh.

"Gak usah sok nge advice deh, kayak gak tahu bahasa kekinian aja." dumel Rere, mencebik.

Friga dan Randy geli sampai tak bisa menahan kekehan. Bertepatan dengan itu ponsel Randy yang tergeletak berdampingan dengan ponsel Ranz bergetar. Ranz sempat melirik id contact lalu menyeringai miring, penuh arti. Randy baru saja akan menjawab tapi notifikasi baterai lemah membuat pria itu mendesis sebal.

"Giliran baterai full hp sunyi kek kuburan, eh pas sekalinya ada yang nelpon hp nya mati. Tragis emang!" ledek Ranz tergelak hebat.

Randy tak mengindahkan justru mengantongi hp nya dengan gestur tenang walau sebenarnya hatinya merutuk karena lupa men charge hp nya.

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now