XXV

10.1K 1K 15
                                    

Sejak perayaan ulang tahun Mutiara tepat di hari CFD yang membuat beberapa guru kepo tentang keberadaan Raka lalu pergi dengan perempuan lain Mutiara harus menjawab dengan amat santai bahwa Raka sama sekali tak memiliki hubungan spesial dengannya selain Raka adalah kakak dari sahabatnya, tidak kurang tidak lebih. Dan semenjak itu pula, Friga yang terlebih dahulu menceritakan semua itu pada Rere mewanti-wanti Friga agar tidak membahas itu disaat ia masih di Singapura.

Dan tibalah Rere pulang ke tanah air tercinta, hal pertama yang ia lakukan setelah membagi-bagikan titipan jajanan pada seluruh keluarganya ia segera meluncur ke rumah Mutiara. Rere tak perlu dengan rempongnya istirahat bak orang kelelahan sebab Indonesia dan Singapura tentu sangat dekat dan bukan apa-apa. Friga dan Ranz berencana akan menyusul nanti.

Rere tidak terlalu terkejut menemukan Mutiara sibuk di dapur dengan rambut yang di gelung asal dan seluruh gerak tubuhnya tampak lincah. Mutiara terlalu sibuk dan hanya menyapa Rere singkat sambil lalu melanjutkan pekerjaannya.

"Lagi buat apa sih?"

"Ikan kayu dan ayam tangkap khas Aceh."

Rere ber-oh ria dan masih menunggu dengan duduk anteng sambil bermain ponsel.

"Kebetulan Cut Aila yang dari Aceh itu ngasih aku ikan tongkol yang udah agak kering ini. Banyak lagi. Kemaren udah diajarin cara masaknya." jelas Mutiara panjang sambil menyecap ikan kayu setelah ditaburi garam dan kaldu jamur.

Aroma gurih dan lezat yang menguar membuat Rere mupeng sekaligus merasa lapar apalagi bumbu daun dari Ayam Tangkap yang dimasak Mutiara dalam porsi besar itu aromanya memanggil untuk dihabiskan.

"Nanti yang lain lo bawa pulang ya Re, kebanyakan nih gak bakal abis."

"Oke," terima Rere dengan senang hati, dia tersenyum senang. "Btw Ranz sama Friga nanti nyusul ke sini." Mutiara yang tengah menyalin ikan kayu ke sebuah wadah tupperware mendongak, menatap Rere dengan alis terangkat.

"Ngapain? Bukannya mereka lagi kencan?" dan ia kembali terpekur pada pekerjaan dapur lagi.

"Ada yang lebih penting dari kencan kali." cetus Rere cuek.

Mutiara tertawa sambil geleng-geleng. "Mereka butuh waktu berdua, ya kali kalau urusan ini emang lebih urgent. Emang masalah apa sih?"

Rere mengedik seakan tak tahu, padahal Mutiara tak menatap kearahnya. Perempuan itu sedang mencuci piring dan wajan kotor. Tak mendengar jawaban Rere Mutiara meminta Rere untuk mencoba masakannya padahal meski tak diminta, Rere sudah bergerak lebih dulu mencomot.

"Nasi nya mana Ra? Laper nih."

Mutiara berbalik, menahan tawa. "Kalau lo lupa biar gue ingetin," katanya kalem. "Lo bukannya lagi diet?"

"Oh damn!" umpatnya sebal. "Salah lo ya, kenapa masak makanan enak sih?"

"Semua makanan ya pasti enak lah," seloroh Mutiara tapi ia tetap mengambilkan nasi untuk Rere.

"Segini cukup?"

Rere merana, "Kurangin dikit deh," katanya tak rela.

Mutiara kembali membersihkan dapur dan membiarkan Rere makan sendiri setelahnya dia ikut bergabung tepat saat itu Friga dan Ranz datang.

"Hello darling." Friga berteriak heboh, Mutiara bersyukur sore itu Ummi dan Abi nya masih di rumah sakit kalau si bontot Al yang terganggu, Mutiara tak ambil pusing.

"Hai, wah perasaan ini weekday deh kok ada acara makan-makan?" tanya Ranz dengan kening berkerut, namun langkah kakinya segera mengarah pada westafel sambil mencuci tangan.

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now