Perbedaan memang akan selalu ada dalam setiap hubungan. Tapi ada perbedaan yang bisa dikompromi dan tak bisa dikompromi.
-Mutiara Cantika Harjanto-
"Gimana? Sudah dapat tempat yang cocok?" Sang lawan bicara tidak menjawab, wajah datar dan tak berselera itu sudah menjawab semuanya. "Bukannya kamu sudah ekspansi, kemarin?"
Raka melempar pandang, tempat duduknya strategis untuk melihat situasi di luar sana. "Ndre, aku rasa aku butuh waktu." Andre, salah satu sahabat seperjuangan di bangku kuliah itu tertawa renyah.
"Butuh waktu versi kamu itu sama dengan trekking," seloroh lelaki itu sambil menyentuh bibir cangkir dengan telunjuknya. "Terus, kamu mau kemana? Apa masalah ekspansi begitu berat sampai kamu butuh waktu menjernihkan pikiran?"
Raka ingin sekali berkata tidak, tapi ada banyak yang bercokol dalam kepalanya selain bisnis namun tak mampu dia ungkapkan. Laki-laki dan ego nya, mereka sukar mengungkapkan apa yang mereka rasa. Mereka cenderung menenangkan diri sekaligus mencari jalan keluar dengan cara mereka sendiri, meski jalan keluarnya sudah di depan mata. Tetap saja, harus ada jalan yang tak menyenggol ego mereka.
Raka menyugar rambut nya yang tak terikat lalu tangannya turun mengusap rahangnya yang penuh bulu-bulu kasar. Dia jarang mendapati dirinya seperti ini, berada dalam kebingungan sedang dia bertahan pada ego.
Tidak ada seorangpun yang mampu mengusik hatinya setelah Krisan, mengusik dengan cara yang tak biasa. Padahal sang pengusik itu tak melakukan apa-apa, dia hanya bersikap apa adanya dengan berusaha tidak mengganggu dunianya yang sepi. Sayangnya, Raka sendiri justru merasa terusik dengan sikap kehati-hatian perempuan itu.
"Jangan bilang, ini soal perempuan?" Tanya Andre melihat gelagat Raka yang tak biasa. "Kalau benar, kamu butuh Andy." Putus Andre sepihak, seolah dia tahu segalanya. "Siapa perempuan itu? Apa dia seperti Krisan yang berkerudung?"
Tidak! Jawab Raka dalam hati. "Atau dia seceria Krisan?" Raka menghela napas. Bahkan dia tahu, kenapa perempuan itu tak bisa berekspresi dengan leluasa. Itu semua agar dia sendiri merasa nyaman.Andre mengernyit, "apa dia berbeda?"
Dia perempuan yang mementingkan kenyamananku sebelum dirinya sendiri.
"Aku rasa dia berbeda, karena kamu tidak mungkin mencintai orang yang sama." Kekeh Andre terus bicara. "Atau, kamu tidak mungkin mencintai orang yang sama persis dengan Krisan." Raka mengalihkan netranya pada Andre yang tersenyum jumawa. "Sebab, jika itu terjadi sungguh sangat disayangkan. Perempuan itu hanya menjadi bayang-bayang bukan pusat dari cahaya."
Raka termangu. Dia tak bisa menahan diri untuk bertanya pada diri sendiri, apa sekarang aku bebas? Bebas dari jeratan masa lalu. Raka masih betah membisu sedang kawannya mulai membuat dugaan-dugaan yang pasti.
"Yang membuat aku takjub, kamu benar-benar butuh waktu yang ... lumayan lama untuk terpukau pada seseorang selain Krisan."
Raka juga tak tahu, kenapa dirinya tak seperti orang lain. Mudah jatuh cinta, lalu mudah berpindah ke lain hati jika memang tak cocok. Sayangnya, dirinya tetaplah dirinya yang sekali jatuh cinta, berat melepaskan. "Padahal banyak perempuan di luar sana yang tak kalah cantik dari Krisan, yang suka mencari perhatian sama kamu. Tapi kamu nya slowww abis." Andre terus berceloteh, Raka adalah kawannya yang langka. Berbeda dengan sahabat-sahabatnya yang lain.
Sedang Andre mulai membuka-buka lembaran lama di jaman mereka masih kuliah dulu hingga saat ini, tatapan Raka terpaku pada objek yang beberapa hari ini mengusik dirinya. Berada di cafe yang sama dengannya, Raka tak tahu sudah berapa lama perempuan itu di sana, dia hanya baru menyadari kehadiran perempuan itu. Sering, Perempuan itu tertawa lepas sebuah tawa yang tak mungkin Raka lihat jika perempuan itu di sampingnya, lalu kadang-kadang perempuan itu terlihat gemas dan mengobrol asik dengan kawannya.

YOU ARE READING
Mutiara ✔ [Completed]
عاطفيةRakasa Regantara dan Mutiara Cantika Harjanto adalah sedikit dari manusia yang memiliki kasus serupa. Gagal Move On. Sayangnya, siapa yang akan menyangka saat setelah mereka mengalami hal pahit mereka berjumpa dengan perbedaan karakter yang jauh be...