Walau kita berada di tempat yang sama kita nggak perlu tertekan berusaha menciptakan obrolan hanya untuk memecah sunyi dan memberi suasana nyaman.
-Mutiara Harjanto-Bisa dibilang, rencana Ranz yang nekat tanpa melibatkan saudara-saudarinya itu sukses. Sangat sukses. Meski Rania yang pada saat itu penasaran dengan keriweuhan para tamu undangan di lantai satu hingga membuatnya turun dan saat mendapati pemandangan kurang menyenangkan ia nyaris ngamuk di depan banyak orang.
Rere terkejut menangkap sosok Rania dan mulai berancang-ancang tapi Raka sadar betul akan peran nya lebih dibutuhkan sehingga ia mendahului Rere. Sebelum beranjak dan menyingkir dari jangkauan Mutiara ia mengusap pucuk kepala Mutiara lembut seakan tak peduli bahwa saat itu tubuh Mutiara meremang dan menahan napas. Jantungnya bertalu dengan ritme gila-gilaan. Raka pergi tanpa kata, tanpa penjelasan setidaknya Raka harus memberitahu nya makna dari sikapnya seperti itu.
Mutiara menghembuskan napasnya pelan dan mulai mengaturnya agar tenang dan bernapas perlahan-lahan. Dibalik sikap Raka itu sejujurnya Mutiara bersyukur, memang dia sudah sering bahkan banyak kali menonton film adegan kissing tapi melihat langsung orang berciuman, live tanpa embel-embel sensor tepat didepan matanya sendiri membuat ia bergidik. Bukan karena apa, rasanya agak aneh. Toh Indonesia bukan seperti negara barat yang begitu frontal memperlihatkan kemesraan di depan umum. Dan lagi, pasangan yang berciuman itu bukan orang asing! Melainkan sahabatnya.
Kepala nya mulai terasa sangat pening begitu menyadari Alaric adik semata wayangnya itu juga menyaksikan hal serupa. Mutiara mendesah, sepertinya ia perlu bicara dengan Ranz soal tata krama budaya timur Indonesia tercinta ini. Berciuman di depan umum adalah hal yang sangat tabu namun tidak dengan anak muda zaman sekarang, beberapa yang berpaham liberal sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut. Justru itu terlihat keren dan tentu saja enak untuk dipamerkan.
Gestur tubuh Galih terlihat kurang nyaman, terlihat jelas di mata Mutiara sampai akhirnya anak itu tiba-tiba berdiri, Mutiara mencegah dengan menjegal pergelangannya. "Mau kemana?"
"Toilet mbak," jawabnya singkat.
Galih memang hanya beda setahun dengannya dan Friga tapi anak itu sangat sopan. Mutiara tak tahu bagaimana perasaan Galih melihat kakak nya berciuman tapi intinya pasti dia kurang nyaman.
Alaric tetap diam, Mutiara tak tahu apa yang dikerjakan Al pada saat moment itu berlangsung. Yang pasti saat ini dia dalam kebisuan dan tak ikut rame, remaja itu justru kembali berkutat dengan makanannya. Terlihat apatis. Mutiara dibuat sangsi karenanya.
Friga yang sangat malu digiring Ranz langsung ke meja mereka, lalu tanpa tedeng aling-aling dia segera jatuh ke pelukan Rere menyembunyikan wajahnya yang merona malu. Rere menyambutnya dengan tarikan lengkungan bibir yang sedikit dipaksakan. Pikirannya masih terpusat oleh kekhawatiran dengan Rania yang digeret Raka mungkin mereka sedang berdebat atau bernegosiasi agar tak rusuh dan membuat gaduh pada acara yang seharusnya berakhir indah ini.
Mutiara melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Ranz dengan sorot mata tajam dan dibuat galak. Masih terdengar suit-suitan dari teman-teman lelakinya, ada yang menggerutu jijik dan alay meski sebenarnya mereka hanya berpura-pura.l
"Gila ya lo Ranz, sekali bertindak bikin gue mati di tempat!" sengit Mutiara kesal.
Ranz hanya terkekeh pelan, "abisnya kalau nunggu Friga sadar sendiri gak akan sadar."
Mutiara menggelengkan kepala, Ranz salah mengartikan maksudnya. "Bukan itu, kissing! Eropa? Gak inget ada anak dibawah umur sekarang?!" lirik Mutiara ke arah Alaric yang anteng dengan makanannya. Dia hanya menatap Mutiara sekilas tapi setelah itu kembali tak acuh. Ranz ini pernah mengenyam pendidikan di Belanda mengambil program master.

YOU ARE READING
Mutiara ✔ [Completed]
RomanceRakasa Regantara dan Mutiara Cantika Harjanto adalah sedikit dari manusia yang memiliki kasus serupa. Gagal Move On. Sayangnya, siapa yang akan menyangka saat setelah mereka mengalami hal pahit mereka berjumpa dengan perbedaan karakter yang jauh be...