Love possesses not nor will it be possessed, for love is sufficient unto love.
-Anonymous-
Mutiara menekan rasa nyeri di hatinya, lalu membuang ponselnya sembarangan di atas kasur. Dia membuang napas dengan gusar, sudah dua tahun seharusnya perasaan itu sudah hilang tapi kenapa melihat berita tentang Dio Prakasa yang menggandeng perempuan lain begitu terasa sakit? Bukankah dirinya sendiri yang memilih pergi?
Mutiara menggeleng, bukan dia yang memilih pergi tapi karena dia tau seorang Dio tak akan mungkin bisa membalas cintanya sedang dia bukan orang naif yang harus memaksa orang lain untuk menyukainya.
Mutiara tau perasaan Dio murni 'sayang' karena persahabatan bukan karena maksud yang lebih.
Menarik napas dalam-dalam, Mutiara butuh pasokan oksigen agar hatinya kembali terasa lega meski tak bisa lega sepenuhnya. Dio lebih dulu menemukan orang yang bisa di ajak berjuang sedangkan dirinya masih berkubang pada kemelut kegamangan akan keyakinan atas ketetapan hatinya.
"Tiara?"
Mutiara menoleh ke arah pintu kamar, "iya bu Ummi, Sebentar."
Mutiara membuka pintu, menatap ibu tercintanya sudah siap dengan seragam dinas staff administrasi rumah sakit tempat ibunya mengabdi.
"Mau berangkat bareng Ummi apa sama Alaric?" Ibunya memberikan opsi, Mutiara tersenyum sambil menggeleng.
"Alaric aja deh bu Ummi, kan tujuan kami sama."
"Ya barangkali kamu bosen bareng Al terus." Mutiara tertawa geli.
"Bu Ummi ih, masa bosen sama adik sendiri."
Farah tersenyum manis.
"Oh ya, tadi Ummi lihat berita Dio mau tunangan, ya? Kok dia sekarang jarang ke rumah? Kalian berantem?"
Mutiara kontan menggeleng, "baik-baik saja, kan dia publik figur ya wajar sibuk gak bisa leha-leha."
"Dulu juga sibuk tapi nyempetin buat datang ke rumah kok," tambah Farah, Mutiara menipiskan bibirnya.
Dio bisa apa kalau sebenarnya Mutiara lah yang meminta Dio untuk membentang jarak.
Mutiara mengambil tas dan ponsel yang ia lempar tadi, sedikit merapikan tatanan rambut yang dia sanggul dan riasan wajah minimalis di depan cermin, dia mengajak ibunya ke ruang makan.
Dulu, Mutiara bertanya-tanya ada apa dengan sarapan berbagai macam buah. Namun, lama kelamaan dia terbiasa ternyata sarapan buah dengan jus buah kombinasi sayuran tidak terlalu buruk jadinya juga lebih segar dan yang paling penting baik untuk kesehatan.
Mutiara membawa bekal bermacam-macam potongan buah ke dalam tupperware. "Kamu kenapa tidak sarapan di rumah saja?" Ayahnya, Adi Harjanto menatap putri tengahnya.
Mutiara menggeleng sungkan, "maaf pak abi," kata Mutiara sambil melirik adik bungsunya yang sudah selesai menghabiskan sarapan ala keluarga mereka yang unik. "Tapi bentar lagi telat belum lagi bersaing sama macet."
Adi segera mengangguk saja ketika anaknya mulai memberikan alasan, lagi pula memang sekarang sudah masuk jam kritis. Belum juga Mutiara selesai memasukkan potongan buah-buahan sampai tupparware nya full Alaric segera berdiri setelah menandaskan jus buah mangga kombinasi daun selada.

YOU ARE READING
Mutiara ✔ [Completed]
RomanceRakasa Regantara dan Mutiara Cantika Harjanto adalah sedikit dari manusia yang memiliki kasus serupa. Gagal Move On. Sayangnya, siapa yang akan menyangka saat setelah mereka mengalami hal pahit mereka berjumpa dengan perbedaan karakter yang jauh be...