X

10.8K 1.1K 11
                                    

Ketika setiap orang melakukan sesuatu, selalu ada alasan dibaliknya, sama halnya seperti sebuah panggilan, apa saya boleh tau alasan kenapa kamu memanggil saya 'mas koko'?

-Rakasa Regantara-

Saat sepi menjadi teman, hening sebagai penghias. Gelap tak melulu menjadi dominasi yang cocok, sebab warna lain bisa menjadi karib jika dipasangkan dengan jodoh yang pantas.

Setiap orang punya penilaian berbeda pada satu orang, tergantung mereka melihat dari sudut pandang seperti apa dan atas dasar kepentingan seperti apa. Bagi seorang Rakasa, dia sudah cukup paham akan masalah ini. Banyak bertemu orang membuatnya banyak belajar pula. Sama halnya bersama Mutiara, Raka bisa menghitung jari seberapa banyak dia bertemu Mutiara dan seberapa banyak dia berkomunikasi dengan wanita berusia dua puluh enam tahun ini.

Lebih banyak, Raka akhirnya paham dimana letak kehati-hatian Mutiara tiap kali berinteraksi dengannya. Mutiara seorang guru BK, dimana dirinya lebih banyak bertemu dengan murid yang memiliki karakter berbeda-beda, menghadapi mereka dan menuntun mereka. Mutiara pandai tak mengusik seseorang, yang mungkin itu tak hanya berlaku untuknya.

"Mas—maaf, maksud saya koko suka yang pedas?"

Mutiara berbalik, menatap Raka yang duduk di meja makan dengan tenang sambil minum air putih.

"Suka." Jawab Raka lugas. Mutiara tersenyum tipis sebelum akhirnya kembali meracik saus pasta yang sedang dia tumis.

Raka mengetuk ibu jarinya diatas meja makan berbahan dasar kayu jati yang terkenal kuat nan kokoh, dilapisi dengan kaca agar lebih apik. Ada banyak pertanyaan yang bercokol di kepalanya setelah beberapa kali bertemu Mutiara. Setiap apa yang kita lakukan pasti punya alasan, sama seperti dirinya yang ingin membangun usaha bengkel dan showroom. Selain hobi dan kegemarannya dibidang otomotif, dia juga bisa memadukannya dengan bisnis agar apa yang dia lakoni bisa berimbas materi.

"Sudah siap, selamat menikmati."

Lamunannya terhenti, Raka menatap Mutiara yang meletakkan piring berbentuk oval di depannya berisi pasta dengan topping saus jamur. Mutiara menebar senyum sembari menambah air putih di gelasnya. Tak lama, gadis itu menahan desahan napas agar tak terdengar jelas kepalanya melirik ke arah pintu yang terhubung dengan ruang tengah. Mungkin berharap salah satu saudaranya akan muncul dari sana dan ikut bergabung dengan mereka.

"Kamu tidak makan?" Tanya Raka mulai mengambil garpu.

Mutiara menggeleng, dia menarik bangku di depan Raka. "Nunggu Randy, katanya mau nyusul."

Raka mengangguk paham, sebelum garpu itu menyentuh pasta Raka kembali mengurungkan niat untuk sarapannya yang tertunda.

"Boleh saya bertanya?"

Mutiara yang tengah meminum jus buatannya menatap Raka singkat, dia memilih menuntaskan minumannya sebelum akhirnya menjawab. "Boleh ma—Ko, apa saja, silahkan." Mutiara tersenyum kikuk, bukan apa-apa. Dirinya sudah bertekad untuk tak lagi memanggil Raka dengan panggilan 'mas koko' terhitung pagi ini, alasannya sederhana, tak mungkin dirinya memiliki nama panggilan lain pada orang tersebut tanpa persetujuan. Lagipula, mereka tak dekat. Nama mas koko hanyalah panggilan reflek sejak awal dia melihat foto Raka dan terbawa saat kali pertama mereka berjumpa.

"Ketika orang melakukan sesuatu, selalu ada alasan dibaliknya, benar?"

Mutiara, meski heran dia tetap mengangguk membenarkan pernyataan Raka.

"Sama halnya seperti sebuah panggilan, apa saya boleh tau alasan kenapa kamu memanggil saya 'mas koko'?"

Sudah jauh-jauh hari, Mutiara tau hal ini akan terjadi untuk itu pagi tadi dia ingin mengubah nama panggilan itu. Mendesah pelan, Mutiara tersenyum tipis setelah menarik napas panjang kembali.

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now