XXXII

10.7K 1K 21
                                    

Kurang lebih dua bulan menjalani hubungan lebih dari sekadar kakak sahabatnya sendiri, Mutiara harus lapang menyadari meskipun Raka selalu bersikap manis tiap kali di depannya namun pria itu suka menghilang tanpa kabar kalau telah disibukkan oleh pekerjaan. Memang, sebelumnya pria itu akan memberitahukan padanya terlebih dahulu tapi ..., tetap saja saat ia hanya berbasa-basi, pesan yang ia kirim tak juga dibalas. Boro-boro dibalas baca pun tidak.

Maka dengan berat hati Mutiara harus menerimanya.

Dibalik kekurangan Raka yang pernah ditegaskan oleh pria itu sendiri sejak awal, Mutiara kerap merasa tersanjung. Raka tak malu dan tak pernah ragu memperkenalkan Mutiara sebagai calon istri. Ya, calon istri. Bukan pacar. Kenyataan yang membuat Mutiara ingin menjerit dalam hati saking girang nya.

"Tidak apa-apa kan kalau dikenalin sebagai calon istri?" Bisik Raka saat itu setelah ia memperkenalkan Mutiara pada Landi, salah satu relasi sekaligus teman masa putih abu-abu nya dulu.

Bibir Mutiara rapat, ia berusaha menahan kuluman bibirnya menyerupai senyuman. Dengan tenang Mutiara menggeleng pelan, "Gak papa kok." sahutnya kalem.

"Yakin?"

Mutiara mengerling ke arah Raka, bahunya mengedik sepintas. "Yang harus di tanya itu koko," balas Mutiara berbisik, namun bedanya Mutiara sengaja menggoda Raka dengan wajahnya sedikit menjorok ke lekukan leher pria itu. "Koko yakin mau nikah sama aku? Gak nyesel?"

Wajah Raka yang selalu terkesan kaku dan matanya yang persis seperti bulan sabit nyaris tertutup sebab memicing, memastikan Mutiara bercanda apa serius. "Kok malah kebalik gini? Aku selalu serius dan selalu yakin pada setiap kata yang pernah aku ucapin sama kamu, udah lupa?"

Kepala Mutiara menggeleng.

"Nggak." timpal nya tak lagi bisa menahan senyum lebar dan tangannya yang langsung meraih lengan pria itu untuk dipeluk.

Salah satu contoh kasus awal mula Raka memperkenalkan Mutiara sebagai calon istri. Entah itu pada relasi, networking atau bahkan kolega nya. Dan sering terjadi tiap kali mereka jalan berdua.

Raka juga mulai terbiasa mengungkap kan kejenuhan dan kejengkelannya atas pekerjaan yang selalu menuntut kesabaran juga ketekunan yang ekstra. Tak sekali Raka akan bermanja pada Mutiara kala gadis itu bersamanya.

Mutiara sih bahagia-bahagia saja, artinya dia menjadi salah satu perempuan tempat Raka percayai dalam masalahnya selain Rania dan Bunda Ayla.

Seperti saat ini, Mutiara tengah mengganti-ganti chanel tv yang lebih banyak tak bisa menarik perhatian nya sebab Raka menyedot penuh dengan pria itu menumpukkan kepalanya di paha Mutiara dan wajah Raka menghadap ke arah perut Mutiara. Ini sebenarnya sering terjadi, tapi sekalipun sering Mutiara tak bisa menyesuaikan diri dan rileks. Suara napas Raka yang menghirup aroma tubuh Mutiara terdengar, bulu kuduk Mutiara sampai meremang.

Napasnya acap kali tersendat-sendat, tapi demi kenyamanan pacar walau harus mengorbankan kesehatan jantungnya ia harus sabar dan menerima. Tangan kanannya yang asal memencet-mencet tombol di remote terhenti, Raka menggenggam tangannya.

"Mending ngusap kepala aku aja daripada tenaga kamu habis mencet remote sampe rusak."

Tuh kaaan!! Mutiara tak tersinggung jelas ia tahu maksud Raka yang ingin dibelai-belai manja. Mutiara menghela napas dan berdecak pelan.

"Manja sekali calon suamiku ini." ledek Mutiara dan Raka tersenyum lebar begitu ia kembali memiringkan tubuhnya ke depan perut Mutiara.

"Yusuf jadi balik kan, sabtu ini?"

"Iya, katanya mau ketemu koko terus dia bilang geli aja nanti pas ketemu koko sebagai calon adik ipar bukan sekadar teman."

"Emang aneh." lirih pria itu yang mulai memejamkan mata, terbuai oleh usapan Mutiara diatas surainya, juga aroma gadis itu.

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now