XVI

10.3K 983 11
                                        

Gak ada perasaan menggebu-gebu bertahan selamanya. Hidup itu seperti roda, begitu juga perasaan. Ada masa dimana perasaan itu juga bisa padam, masalahnya adalah kita gak tahu masa nya itu kapan. Tanpa atau dengan adanya seseorang." -Reliana Anggakusuma-

"kalau dipikir-pikir ada yang janggal."

Rere cukup fokus saat mendengar suara yang mirip dengan gumaman itu mengudara, dia memperbaiki duduknya memangku sebelah kaki nya diatas kaki yang lain.

"apaan?"

"Ara."

Rere mendesah keras, "ya ampun, gue pikir gue doang yang telat peka ternyata elo lebih parah." sindirnya.

Mutiara jarang membicarakan perasaannya secara gamblang, dia adalah manusia yang menganut bahwa tak semua hal yang terjadi dalam hidupnya perlu dibagi-bagi pada orang lain sekalipun yang ia sebut sebagai sahabat. Sebab mereka juga punya ruang privasi.

Friga tak terlalu menanggapi kalimat menyindir Rere tapi keningnya terus mengkerut karena risih dan kesal. "media itu sama resek dan nyebelinnya dengan bibir emak-emak."

"gak jauh beda lah sama bibir kita-kita." tanggap Rere cepat, tentang fakta itu dia tak ingin menafikannya tapi Friga lagi-lagi tak menghiraukan tanggapan Rere.

"tiga pekan setelah acara pertunangan sialan nya Dio, berita nya tetap aja headline di media sosial dan selalu jadi trending topic." Friga benar-benar tak habis pikir.  "sudah tiga pekan yang lalu dan hanya berita pertunangan. Omg, apa hebatnya?!" tanyanya emosi.

"hebatnya? Mereka adalah sepasang kekasih yang sangat diidolakan oleh para netizen sejagat raya," akhirnya Rere menyuarakan opini yang menurut Friga selaras. "dan nampak serasi untuk jadi pasangan, lagian Dio juga ngadain acara pertunangan dua kali dalam tiga pekan ini, pertama di Spanyol, tepatnya di Granada." Friga memaki dalam hati, tempatnya sungguh pas dengan drama korea yang sedang tayang sekarang  ini. "Dan kedua, baru-baru ini tepatnya masih terhitung pekan ini -- jaga-jaga kalau lo kudet Fri-- di Indonesia, Jakarta. Alasan yang paling logis kenapa mereka masih sangat hangat menjadi topik perbincangan. Sungguh glamour, royal, eksklusif dan mewah." suara Rere pecah dengan nada iri.

"dan sekarang masih saja diundang diberbagai acara talk show." lirik Friga kesal ke arah tv, dia mendecih. "Dio mikirin kita gak sih?" lalu tangan kanannya terangkat, memanggil pramusaji.

"ya dia mikir lah, lagian maunya Ara kan? Betewe, dia ngundang gue saat acara kedua pertunangannya di Jakarta tapi gue gak dateng."

Friga terpaku. "what?! Kok dia gak ngundang gue?!!"

"Karena elo suka meledak-ledak. Sama sih kek gue cuma dia mikirnya gue adalah orang yang akan memikirkan risiko jika nanti gue nge-labrak dia."

"ada yang bisa saya bantu, mbak?" interupsi pramusaji yang dipanggil Friga. Pramusaji itu berlagak sopan berlebihan, melihatnya dengan gelagat seperti itu membuat perut Friga bergolak karena muak. Tentu saja pramusji itu tahu kalau Rere adalah adik dari bos nya.

"ganti channel tv-nya, intinya yang gak ada wajah Dio atau si cewek centil itu!" cetus Friga ketus, hilang sudah image yang ia jaga agar tetap anggun.

Pramusaji itu agak gelagapan sebab ada pelanggan lain yang ingin melihat acaranya. "tapi mbak, customer di meja nomor empat pengen nonton beritanya."

Alamat panjang urusan Rere menghela napas pendek dan mulai bertindak memainkan senjatanya. "pindahin aja channel nya," netra Rere mengarah pada pin yang dipakai oleh si pramusaji. "Susan, nanti saya ngomong sama Ranz, kamu tenang saja. Tapi tetep ngomong baik-baik sama customer yang bersangkutan. Oke?" Rere menebar senyum ramah kepalsuan, membawa sang pramusaji pergi.

Mutiara ✔ [Completed]Where stories live. Discover now