#14 Alter Ego

4.8K 603 43
                                    

Sudah 2 hari ini sejak Jisoo di perlakukan seperti itu oleh Bryan di depan Jennie, Jennie masih tidak mau mengajaknya bicara. Tapi gadis itu masih saja bersikap baik-baik saja dan seakan-akan tidak terjadi sesuatu yang salah di antara mereka.

"Kemana Jisoo?" tanya Lisa saat ia mendapati gadis bermata kucing itu sedang membuat segelas susu vanilla.

"Di kamar seperti biasa." jawabnya datar.

"Oh, melamun lagi." Lisa mengangguk pelan dan pergi dengan toples keripik kentang di dekapannya.

"Melamun?"

"Hmm.. Melamun." Lisa duduk seenaknya di sofa dan menikmati tontonan favoritenya.

"Aku masih kesal dengannya." tanpa di ajak bicara Jennie menghampiri Lisa yang berjongkok di atas sofa sambil terus mengunyah. "Kenapa dia selalu mau di tindas oleh orang lain? Kenapa dia tidak melawan?"

"Karena dia sudah lelah melawan." dengus Lisa.

"Kau kan sepupunya, seharusnya kau tau ada apa dengan dia itu." Jennie balik memaki Lisa yang hanya di jawab oleh tatapan aneh.

"Kau ini kenapa? Ya dia memang seperti itu, mau bagaimana lagi?"

"Iya kenapa? Pasti dia punya sesuatu yang ia sembunyikan dariku." gerutu Jennie terus menerus.

"Begini ya, aku ceritakan saja." Lisa berbalik menghadap ke arah Jennie. "Jadi Jisoo itu.." Jennie sudah bersemangat mendengarkan cerita dari Lisa. "Sebentar, kau ini siapanya dia?" tanya Lisa.

"Hmmm.. Teman.." jawabnya asal.

"Tidak mungkin." sangkal Lisa seketika.

"Kenapa tidak mungkin? Bisa saja kan."

"Jisoo hanya akan seperti itu pada orang terdekatnya, orang dekat, sangat dekat, dekat dekat dekat sekali. Kalau aku? Ya aku adalah sepupunya, aku kenal dia sejak kecil. Kau siapanya? Jujur saja." Lisa terus mengunyah sambil menunggu Jennie menjawabnya.

"Pacar."

"Hmm.. Pantas saja hari-harinya sedikit berwarna." seringai Lisa.

"Dulu..
Jisoo adalah seorang gadis kecil yang sangat pintar, ayahnya seorang arsitek muda dan ibunya adalah seorang CEO sepertimu. Ayah dan ibunya memang cukup sibuk jika harus mengurus hal lain selain anak mereka, tapi Jisoo selalu mereka perhatikan karena ia adalah anak mereka satu-satunya. Jisoo di antar ke sekolah setiap pagi, di jemput tepat waktu, di beri kebebasan untuk mengambil les apapun." Jennie masih fokus untuk mendengarkan cerita Lisa.

"Sejak sekolah dasar, aku dan Jisoo selalu bersama. Karena ibuku adalah adik ibunya Jisoo jadi ya kami di sekolahkan bersama dan aku pun selalu kecipratan pintarnya dia, sedikit, 0,1% nya lah. Masa kecilnya sangat keras, meskipun ia pintar dan baik, tapi tak semua anak menyukainya. Ia selalu di bully, bahkan aku harus bekerja extra untuk membela sepupuku itu jika ia sedang di bully habis-habisan."

"Apa yang mereka lakukan pada Jisoo?"

"Mereka tidak suka jika Jisoo selalu mendapatkan nilai bagus, pekerjaannya yang rapi, ia sangat jenius!! Aku serius. Dia itu manusia jenius. Dan salah satu pembullynya adalah Bryan, Bryan adalah lelaki yang paling tidak suka padanya saat Jisoo berhasil lolos ke olimpiade matematika nasional mengalahkannya. Aku pernah menangis bersamanya saat ia di tendang oleh Bryan dan kepalanya menghantam westafel saat kami sedang olahraga di sekolah, karena Jisoo berhasil mengalahkan waktu lari miliknya. Hidungnya berdarah dan aku panik disitu, sangat panik!!" Lisa menepuk dahinya dan menggeleng pelan.

"Buku tugasnya di robek, agar ia tidak mengumpulkan tugasnya, aku sih mengerjakan tugasnya dan memberikan Jisoo secarik kertas, memperlihatkan tugas itu padanya dan dia mengerjakannya seperti robot. Sangat pintar. Saat kami berdua masuk SMP kami tidak bertemu lagi dengan Bryan, tapi Jisoo dekat dengan Gerald. Lalu SMA, kami bertemu lagi dengan Bryan karena kami berdua lolos masuk sekolah internasional bersama Gerald juga. Disana tidak hanya Bryan yang tidak suka pada Jisoo, beberapa gadis pun membencinya. Mereka pernah merusak barang milik Jisoo, mempermalukannya di depan umum, di depan guru juga, tapi anehnya, ya aku juga aneh sebenarnya, setelah sekian banyak dia di bully, nilainya selalu bagus!! Aku tak paham lagi.." Lisa bercerita dengan semangat.

"Saat sekolah kami sedang mengadakan promnight, Jisoo mendapatkan percobaan pembunuhan dan pemerkosaan. Jujur saja, disitu aku benar-benar kehilangan jejaknya, aku mencari ke sudut sekolah dan menemukannya sudah di paksa masuk ke dalam gedung olahraga oleh beberapa gadis dan lelaki, bahunya berdarah, sudah berantakanlah. Sebenarnya.." Lisa berusaha menahan tangisnya.

"Ya dia hanya di lecehkan saja, tidak sampai seperti ya.. Itulah ya, kau tau kan.. Tidak ada Bryan disana, itu murni memang ketidaksukaan siswa lain pada gadis pintar itu. Jisoo masih di bully sampai saat ini karena ia semakin pintar saja. Dan satu hal yang harus kau tau.." Lisa melirik ke arah kamar Jennie dan Jisoo lalu menatap balik ke arah Jennie.

"Jangan pernah mengungkitnya tentang masalah itu, aku mohon padamu. Cukup aku dan kau yang tau, Jisoo pernah bilang padaku, untuk tidak membahas itu sampai kapanpun dan aku pun memang tidak ingin membicarakan hal itu. Itu adalah kesalahan terbodoh dalam hidupku, menjaga sepupu sendiri saja tidak becus." Jennie hanya terdiam, ia berusaha menerima semua yang di ucapkan oleh Lisa.

"Dia akan menghabiskan waktunya di kamar atau di depan tv, untuk menghibur diri. Jika dia ada di kamar, dia pasti selalu membawa minuman hangat, terutama susu cokelatnya, lalu duduk di dekat jendela, sesekali membuat sketsa bangunan atau apapun itu, dengan musik kencang, sampai telingaku saja hampir pecah mendengarkan musiknya itu."

"Jen.. Semoga kau masih mau menerimanya. Dia itu.. Memiliki Alter Ego.. Kepribadian ganda.."

Jisoo keluar dari kamarnya sambil membawa gelas kosong di tangannya. Jennie dan Lisa yang tadinya sibuk bercerita segera terdiam dan memperhatikan gerak gerik Jisoo.

"Kenapa kalian? Apa lihat-lihat?" tanyanya sambil menyimpan gelas itu.

"Kau sudah makan? Mau aku buatkan ramen?" tanya Lisa basa basi.

"Kau sudah makan, Jen?"

"Hei!! Aku bertanya padamu!!" teriak Lisa sambil melemparnya dengan keripik kentang.

"Hmm.." Jisoo menangkap keripik yang ia lempar dan memakannya. "Buatkan Jennie makan malam, aku akan bersihkan kamarku dulu." ia kembali ke dalam kamar dan menutup pintunya.

"Huffttt.. Hampir saja.." Jennie menghembuskan napasnya kasar bersamaan dengan Lisa yang sudah lemas karena takut gadis culun itu mendengar cerita mereka.

"Kepribadian ganda bagaimana?"

"Ya kepribadian ganda karena masa lalunya itu. Sifat aslinya adalah culun.. Sedangkan alter egonya adalah.. Hmmm, sudah sejauh mana kau dengannya berhubungan?"

"Jauh." jawab Jennie singkat.

"Iya sejauh mana?" Lisa berusaha menahan kesabarannya agar tidak habis.

"Jauhlah, sudah lanjutkan cepat!!" maki Jennie.

"Hihhh.. Di tanya malah balik marah.." Lisa mendelik kesal.

"Dia senang dengan kekerasan.."

"Sudah kau buat belum?" Mereka berdua tercengang kaget saat tiba-tiba Jisoo sudah berada di luar kamarnya.

"Iya, iya ini mau buat.." Lisa segera bangkit dari duduknya dan membuatkan Jennie ramen untuk makan malam.

Lirikan Jennie terfokus pada Jisoo yang sedang mengambil gelas untuk minum, gadis itu entah mengapa segera membalas lirikan Jennie dan menyeringai padanya.

***

3 Step Closer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang