#26 Stay Out

4.1K 441 18
                                    

FLASHBACK POV

Jisoo terdiam saat lelaki paruh baya dengan tubuh yang masih tegap itu berkata untuk menjauhi Jennie di hadapannya langsung. Jisoo terdiam bukan untuk berpikir, tapi ia merasa bingung dengan dirinya sendiri, apakah ayah kekasihnya ini sudah tau hubungan mereka?

"Ada masalah antara aku dan Jennie?" tanya Jisoo tiba-tiba.

"Tidak ada, hanya saja.." ia mengetuk-ngetuk pulpen hitam di tangannya ke meja sambil memikirkan kalimat terbaiknya. "Kau tau bagaimana kondisi keluarga kami kan?"

"Ya, tentu saja."

"Kau tau bagaimana pergaulan Jennie?"

"Hmm, tentu."

"Kau tau jika Jennie belum tau tentang perusahaan keluarga kami yang bermasalah?"

"Hmm, tidak." Tuan Kim mengernyitkan dahinya dan menatap Jisoo dengan bingung. "Sebenarnya, aku sudah lebih dulu ketauan olehnya, surat kerja sama kita yang pertama pernah ia lihat dan ia marah padaku."

"Lalu?"

"Tidak lalu-lalu, ya begitu saja." potong Jisoo tenang. "Lalu hubungannya perusahaan keluarga anda dengan aku, apa?"

"Setidaknya jika kau menjauhi Jennie dia mau sedikit berubah dengan gaya hidupnya yang baru."

Jisoo terdiam lagi, benar juga apa kata Tuan Kim, Jennie memang tidak bisa berubah, meskipun keadaan keluarganya sedang seperti ini. Bahkan semasa ia belum mengetahui kebenaran jika perusahaannya bangkrut, ia malah pergi berbelanja dan menghabiskan isi tabungannya, ia ingat betul kejadian itu.

"Aku pastikan, tanpa menjauhi Jennie, ia akan merubah gaya hidupnya. Aku tidak janji, tapi mungkin ini patut di coba." senyum Jisoo simpul.

FLASHBACK POV END

"Aarghhh.." Jisoo menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya, ia menyeka keringat di dahinya dan terduduk lemas. "Panas sekali.." keluhnya. Ia membuka kaos putih miliknya dan menyisakan sport bra berlogo '3 strip'. Boxer ketat hitam yang terlihat menggembung di bagian depannya itu sengaja ia biarkan sebatas di bawah pinggang.

"Jen.." ia melihat-lihat isi ponselnya sambil membalas beberapa pesan.

Tok.. Tok.. Tok..

"Hohh.." serunya.

"Makan malam!!" teriak Lisa balik. Jisoo menggosok matanya dan menyadari jika itu baru jam 7 malam.

"Oh aku tadi tidur siang ya.." ia berjalan malas sambil membuka pintu kamarnya. "Makan?"

"Hmm.." ia melihat sang ayah yang duduk manis di meja makan di temani oleh ibunya yang sedang menyiapkan makan malam, Lisa yang duduk di dekat pamannya dan Rose yang ikut makan malam bersama mereka. Jisoo menyambar kaosnya lagi dan keluar untuk bergabung bersama.

"Ibu menyuruh Lisa membangunkanmu, nanti kau lanjut tidur lagi." ia mengacak rambut putri tunggalnya yang sudah terlihat segar saat matanya tertuju pada sepiring ayam fillet.

Makan malam memang berjalan lancar seperti biasanya, Jisoo sesekali tersenyum simpul saat lirikannya di ketahui oleh Rose, tapi ia tetap melanjutkan makan malamnya. Tak hanya Rose yang ia lihat, tapi ia pun menatap Lisa yang selalu sibuk mengunyah saat tatapannya sedang memperhatikan sepupu rasa pacarnya itu.

Selesai makan malam, Lisa mengantarkan Rose pulang. Jisoo tak peduli sebenarnya jadi ia bersikap biasa saja, ia berusaha melupakan kejadian mengerikan di toko bunga milik Rose.

Jisoo mengurut dahinya sendiri dan duduk bersandar di kursi kesayangannya dengan susu cokelat hangat yang baru saja ia teguk.

"Jisoo.." Lisa mengetuk pintu kamar sepupunya dua kali dan masuk melihat Jisoo yang sudah menoleh ke arahnya.

"Masuklah.." ajak Jisoo sambil menyuruh Lisa duduk di dekatnya, padahal tak ada kursi lain selain yang ia pakai. Lisa berjalan pelan dengan singlet hitam dan boxer hitam, menghampiri bibir jendela kamar Jisoo yang terbuka lebar dan duduk dengan tenang sambil menatap langit.

"Paman bilang kau sedang sibuk sendiri disini, tapi aku tak begitu saja percaya."

"Aku sedang mendapatkan pekerjaan sulit." Jisoo tersenyum. "Menjauhi kekasihku sendiri. Sulit kan?"

"Hmm?" Jisoo menceritakan apa kesepakatan yang ia dan Tuan Kim buat, Lisa mengangguk-angguk mengerti dan berusaha memahaminya.

"Menurutku, setelah Tuan Kim bicara seperti itu. Sebaiknya kau mengikuti apa katanya. Hanya untuk perusahaan kan? Tak lama."

"Bantu aku." Ucapan Jisoo di sambut dengan tos yang di berikan oleh Lisa, Jisoo menyambut tos nya itu dan tersenyum bersama.

***

"Hari ini kita pergi ke kedai kopi lagi?" Ajak Jennie sambil menggandeng tangan Jisoo dengan manja.

"Aku sedang malas pergi ke kedai kopi, Jen. Lain kali saja ya." Jisoo tersenyum menghibur kekasihnya itu.

"Bagaimana kalau kita pergi makan pizza? Aku sudah lama tidak mencicipi makanan siap saji." ajak Jennie lagi.

"Aku juga sedang malas makan makananan seperti junk food. Lain kali lagi ya." Jennie tetap mengikuti kemana pun Jisoo pergi. "Aku ada urusan Jen, kau bisa pulang sendiri kan?" tanya Jisoo.

"Kau menyuruhku pulang sendiri?" Jennie menoleh dengan mengangkat satu alisnya, raut wajah kecewa mulai terlihat saat genggamannya di tangan Jisoo melemas.

"Tidak, bukan begitu." Jisoo kembali menarik tangan Jennie agar tidak terlepas tapi Jennie menolaknya dengan halus. "Aku hanya bertanya padamu, kau bisa bilang tidak kalau kau tak mau pulang sendiri."

"Aku bisa." Jennie melangkah pergi melalui Jisoo begitu saja.

"Jen.."

"Jisoo-ya!! Kau ada jadwal hari ini.. Hmm.." Lisa berhenti di depan Jisoo dan sama-sama ikut menoleh ke arah perginya Jennie yang belum jauh dari mereka. "Kau benar-benar melakukannya hah?" tanya Lisa tanpa menoleh ke arah Jisoo.

"Perasaanku sangat sakit saat aku melakukannya."

"Tak apa, kau bisa buktikan padanya nanti." Lisa menepuk bahu Jisoo pelan dengan kedua tatapan mereka yang masih melihat perginya Jennie.

"Aku memang harus membuktikan padanya. Jika ferarri punyaku tidak sia-sia aku jual untuk masa depannya." Jennie berjalan pulang dengan perasaan yang tak karuan. Baru kali ini ia mendengar Jisoo menolaknya, bahkan untuk hal kecil.

"Baguslah.." Lisa dan Jisoo sama-sama saling membuang tatapan mereka dari Jennie dan membuat mereka saling bertatapan dalam jarak yang sangat dekat.

Jennie berbalik untuk melihat kekasihnya sendiri, tapi pemandangan tak enak yang ia dapat.

"Lisa? Sepupunya sendiri?" Mata kucingnya menatap mereka berdua dengan tajam dan Jennie mempercepat langkahnya untuk pergi.

"Apa-apaan kau?" pukul Jisoo.

"Argghh!! Kan tidak sengaja ahh!!" Lisa berlindung dengan kedua tangannya.

"Kalau Jennie lihat bagaimana hah?" Jisoo dengan beringas menoyor kepala Lisa berkali-kali. "Nanti dia salah paham bagaimana hah?!"

"Aduhh!! Iya iya maaf, lagi pula kenapa kita bisa berdekatan ahh!!" Lisa mundur menjauh sambil mengusap-usap kepalanya. "Ayo cepat, kau sudah di tunggu Tuan Kim."

"Ahhh Lalisa!!" dengus Jisoo dengan kesal saat ia mengingat adegan bodohnya tadi.

"Diam!! Aku pun malu!!" teriak Lisa dari jauh.

"Tak usah berteriak!! Aku mendengarmu!!" balas Jisoo, ia setengah berlari menuju mobil Lisa.

***

3 Step Closer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang