Jennie masih menjinjing baju Jisoo saat mereka tiba di depan pintu rumah kekasihnya itu, layaknya kucing kecil yang penurut Jisoo hanya mengikuti kemana pun tangan Jennie pergi membawanya.
"Masuk duluan.." Jennie melepaskan pegangannya sambil sedikit mendorong tubuh Jisoo, bersamaan dengan pintu rumah yang terbuka tiba-tiba.
"Waawwww.." Lisa berteriak saat kedua tangan Jisoo refleks menahan tubuhnya sendiri tepat di dada Lisa. "Jisoo-ya!!" Lisa menahan tubuh Jisoo agar mereka berdua tidak jatuh bersama. "Apa.. Ahhh!! Apa-apaan ini.."
"Menjauh dariku Lisa!!" Mereka berdua saling mendorong dan menjauhkan diri masing-masing.
"Kau yang menabrakku."
"Kau menghalangi!!"
"Lahh.." Lisa menyingkir saat Jisoo masuk ke dalam rumah.
"Kau mau kemana?" tanyanya sambil melihat Lisa dari atas kepala sampai ujung kakinya.
"Pergi, beli sesuatu."
"Aku lapar." keluh Jennie sambil mengelus perutnya.
"Kau sudah masak?"
"Micinnya habis, aku mau pergi beli." Lisa pergi begitu saja.
"Ishh, anak itu kebanyakan makan micin, nanti gesrek.." gerutunya.
***
Jisoo melangkah keluar dari kamar mandi, menggosok matanya dengan kasar dan mulutnya tak berhenti meracau tak jelas. Jennie tak menoleh ke arah Jisoo ia mengabaikannya begitu saja. Tengkuk Jisoo terlihat memerah karena ia terus menggaruknya meski tak gatal sedikit pun. Boxer putih yang di pakainya sedikit melorot dan semakin menunjukan jika ada sesuatu yang menggembung disana.
"Kau ini kenapa? Dari tadi segala kau keluhkan.." Jisoo mengacak rambutnya sendiri dan merengek. "Jisoo-ya.." panggil Jennie tapi Jisoo tetap merengek. Sport bra dan celana dalam hitam ketat itu memeluk erat isi dada dan spot favorite milik Jisoo. Lenggokan tubuhnya saat ia berdiri di depan cermin pun tak Jisoo hiraukan.
"Sudah hari keberapa kau ada disana, sayang.." Jennie mengelus pelan perutnya, ia bergumam dan tak ingin Jisoo tau kebenarannya, meskipun ia sendiri belum tau apakah ia memang benar-benar hamil atau tidak. "Aku akan segera membeli test pack untuk mengecekmu.." senyum Jennie senang.
Kedua tangan kekasihnya itu tiba-tiba melingkar tepat di pinggangnya saat Jennie masih mengelus perutnya sendiri.
"Sedang apa kau?" Mood Jisoo berubah, sudah tak uring-uringan seperti orang gila lagi. Ia bersandar di dagu Jennie dengan manja sambil ikut melihat ke arah perut kekasihnya yang terlihat rata. Jennie memegang tangan Jisoo dan mengajaknya mengelus perutnya perlahan, tak ada rasa curiga, seperti biasanya saja.
"Mmmmhh.." Jennie menahan desahannya saat tangan Jisoo selain mengelus pun dengan nakal merangsek masuk ke dalam celana dalamnya. "Sayang.."
"Hmm?" di kecupnya leher Jennie berkali-kali sampai ia tak jadi melanjutkan kata-katanya.
"Aku ingin di elus lagi.." pintanya manja sambil menghentikan kegiatan Jisoo dengan mencium bibirnya cepat.
"Di elus? Kenapa? Tumben sekali." Jisoo pun hanya bisa menuruti permintaan Jennie sambil terus mengelus perutnya.
"Kenapa aku seperti ini?" batin Jennie, ia pun merasa tak seperti biasanya, sentuhan Jisoo di perutnya seperti candu dan enggan untuk di hentikan. "Hmm.." lenguhnya, ia merasa nyaman sekali saat permintaannya ini di turuti oleh Jisoo.
"Jennie-ya.." bisik Jisoo. "Bisa kita main?" Secepat kilat Jennie menatap Jisoo dengan tajam. "Hhh, tidak bisa ya?" tanyanya gugup.
"Aku sedang tidak ingin. Nanti lagi saja.."