Jisoo menggelengkan kepalanya berkali-kali saat Jennie mulai membuka penutup lapis pertama daerah sensitif Jisoo.
"Kita baru pertama kali bercinta dan kau tidak pernah membuka bajumu sama sekali." Jisoo memejamkan matanya, kakinya bergerak gusar berusaha menjauhkan pinggulnya dari Jennie.
"Diam!!" Jennie yang terkadang masih sesenggukan itu pun menaiki tubuh Jisoo, membelakanginya dan mendapati boxer hitam yang pernah ia lihat saat berada di kamar Jisoo. Jennie mengelus benda itu dan cukup tercengang juga saat msndapati ada yang beda dengan kekasihnya itu.
"Jadi ini adalah kebohonganmu yang ke berapa, Kim Jisoo?" Jennie menyeringai, ia geram dan meremas benda itu. Jennie kembali berbalik dan melihat Jisoo yang terengah-engah setelah Jennie melakukan hal itu padanya.
"Kebohongan yang keberapa?" tampar Jennie pelan. "Jawab!!" tamparnya lagi. "Susah ya? Sini aku buka." Jennie membuka bajunya, bergerak erotis di depan Jisoo, ia menggesekan miliknya di atas benda itu, Jisoo tetap menggelengkan kepalanya, menolak agar Jennie tidak melanjutkannya.
"Ngggghhh.." erang Jennie saat ia benar-benar melakukannya.
Sretttt..
Jennie menarik plester di mulut Jisoo satu persatu saat tubuhnya masih terus bergerak naik turun di atas tubuh kekasihnya.
Srettttt..
Erangan Jisoo semakin jelas terdengar saat ia terus melihat ekspresi Jennie yang menikmati olahraganya diiringi suara desahan dari mulutnya itu.
Srettttt..
"Jennie-ya!!" teriak Jisoo seketika saat Jennie semakin cepat bergerak dan Jisoo terlihat sangat panik.
"Jisoo.. Nggghhh.." Jisoo bahkan tak peduli jika tangannya mulai lecet saat ia berusaha membebaskannya dari plester yang di tempel oleh Jennie.
"Jennie, stop!!" pergelangan tangan Jisoo mulai memerah tapi ia terus memaksakannya.
"Jisoo.. Aahhhh.." Jisoo merasa jika benda itu mulai tegang dengan cepat ia terduduk, membalikan keadaan dan melepaskan batang keras miliknya dari tubuh Jennie. Jennie mengejang, kakinya terasa lemas, Jisoo melepasnya di saat yang tepat.
"Kau bodoh hah?!" maki Jisoo yang sama-sama sedang nengatur napasnya. Cairan putih tercecer di tubuh dan sprei kasur kekasihnya, meski sedang lemas, Jennie meraih tubuh Jisoo, mengincar benda itu lagi dan mengurutnya pelan.
"Kau pembohong!!" remasnya keras.
"Arrgghhh!! Ampun Jen.." Jisoo berusaha menarik tangan Jennie agar melepaskannya tapi Jennie malah semakin keras.
"Sekali pembohong tetap pembohong!!"
"Iya iya aku minta maaf!!"
"Kebohongan apa lagi yang masih kau simpan hah?" ia seakan-akan berbicara dengan si junior.
"Tidak ada!!" teriak Jisoo. "Mau bilang jika aku ada main dengan Lisa?" gumam Jisoo dalam hati. "Bisa habis aku di sunatnya. Tidak jadi." Jisoo mengurungkan niatnya saat Jennie melepaskan cengkramannya.
Jennie melihat sisa cairan putih di tangannya, ia penasaran dengan apa yang pernah ia lihat di film-film itu. Perlahan, Jennie hendak menjilat jarinya sendiri tapi Jisoo segera menepisnya.
"Jangan macam-macam!!"
"Kan tidak akan membuatku hamil." dengus Jennie manja.
"Ya sudah, jangan macam-macam makanya."
"Kan kalau hamil itu yang di masukan kesini." Jennie hendak menyentuh area sensitifnya dengan tangan yang sama.
"Ya jangan juga!!" tepis Jisoo lagi. "Jangan cari gara-gara, Jen." Jisoo beranjak dari kasur.