#35 Silver

3.2K 421 14
                                    

Jensoo sedang sangat aktif seperti anak lainnya, ia melangkah masuk ke kamar Ayah dan Ibunya, ia melihat Jisoo yang sedang berkutat dengan PC game kesayangannya. PUBG, ia sibuk dengan itu, telinganya tertutup rapat tak sedikit pun mendengar celotehan Jensoo.

"Aaa.. Taa.. Hhhh.."

"Buka ruang, jaga sebelah, biar aku yang tembak.." terdengar Jisoo berbicara dengan rekan mainnya di seberang dan tak menyadari adanya Jensoo disitu.

"Aaaaa.. Tahhhh.."

Taappp..

Layar monitor Jisoo mati, hitam seketika, ia pun mulai mengumpat dan mengepalkan tangannya keras-keras.

"What the ffffff..." ia merasa sesuatu meraih ke arah pahanya, menepuk-nepuk kakinya, membuat ia menoleh. "Jen.. Soo.." ia mendengus lemas, anaknya sendiri yang membuat ia kalah dalam permainan favoritenya.

"Aahh, kau disini rupanya.." Jennie malah terlihat sangat riang dan menggendong Jensoo seketika. "Kenapa?" tanyanya.

"Tak apa.." Jisoo melepaskan earphonenya, berdiri dengan kasar dan berlalu dari hadapan Jennie begitu saja.

"Kau kenapa?" Ia pergi menyimpan Jensoo di box tidurnya dan menyusul Jisoo yang sudah uring-uringan tak jelas. "Sayang.." Jennie menarik tangan Jisoo dan dengan cepat ia menepisnya, kasar.

"Diam."

"Hei!!"

"Kau tidak bisa menjaga anakmu, hah?" Terdengar nada kesal di ucapan suaminya itu, tapi tak sampai membentaknya.

"Aku punya urusan rumah yang harus aku selesaikan, kau kenapa? Bilang padaku."

"Kalau tidak bisa mengurus anak, ya sudah tak usah punya sekalian."

"Kenapa, hah?" Jennie balik menantang Jisoo yang melemparkan dirinya ke sofa, menahan emosinya dan berusaha tetap tenang.

"Jensoo sudah mematikan PC ku saat aku bermain!! Bagaimana aku tidak kesal?" protes Jisoo.

"Itu bukan salahnya." Jennie pergi dan tak ingin mendengar Jisoo lagi.

"What?! Jelas itu.."

"Bukan salahnya." potong Jennie cepat.

"Salahnya lah." Jisoo tak mau kalah.

"Kalau tak ingin di ganggu oleh anakmu sendiri, biarkan aku dan Jensoo pulang ke rumah Ayah dan Ibuku." Jisoo pun terdiam, Jennie tau jika suaminya itu selalu mengeluh setiap kali anak satu-satunya mereka mendekat padanya. Entah pekerjaan atau sedang main game, menggambar sketsa, makan chickin atau apapun yang sedang Jisoo lakukan dan itu adalah quality time dirinya.

"Kenapa kau selalu bilang seperti itu? Sudah tak butuh aku?"

"Apa kau yang sudah tak butuh kami?"

"Maksudmu?"

"Kau selalu menyalahkan Jensoo dan aku akan tetap membelanya."

"Aku tidak menyalahkannya, Kim Jennie."

"Tutup mulutmu, Kim Jisoo."

"Isshhhh!!" Jisoo menghentakkan kakinya kesal seperti anak kecil.

***

"Jisoo-ya.." Lisa duduk dengan malas, menyandarkan kepalanya di meja kerjanya sendiri sambil memainkan pulpen di tangannya.

"Hmm.."

"Ayo kita pergi." Suaranya sangat lemas dan Lisa benar-benar malas untuk bekerja.

"Kemana?"

"Kemana saja asalkan keluar dari ruangan ini." dengusnya kesal.

3 Step Closer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang