#28 She's Back

4.1K 440 48
                                    

"Jangan ubah jalan ceritanya karena tebakanku benar, thor.." Begitulah komentar salah satu reader.

Baiklah, kali ini, aku ga akan mainin pikiran readers lagi. Biasanya kalo udah ketebak suka aku belokin dulu ke alur lain baru balik lagi ke Ori. Tapi sekarang, enggak deh.😊😊

***

Jennie berlari kencang setelah ia mengibaskan selimut dari atas tubuhnya, ia membuka pintu kamar mandi di kamar Jisoo dan meraih kran westafel sambil menyalakannya. Perutnya terasa mual tak karuan, tubuhnya lemas, wajahnya pucat. Ia tau jika saat yang ia alami saat ini akan datang, ketika Jisoo sudah beberapa kali memasukan benih calon anak mereka ke dalam rahimnya saat mereka bercinta.

Jennie mengelap mulutnya sendiri kemudian berjalan keluar kamar, ia melihat tak ada seorang pun di sana.

"Kemana mereka?"

"Aahhh!!" Kegaduhan terdengar ketika Lisa dengan air panas dan teko yang ia pegang sedang bersitegang. "Sudah ku bilang pegang yang benar!!" protesnya pada seseorang.

"Sudah ku pegang kau saja yang tak bisa diam." Jisoo menyisihkan gelas susu miliknya dan gelas kopi milik Lisa.

"Sayang.." panggil Jennie lirih sambil memegangi perutnya yang masih terasa mual.

"Jen?" Jisoo membersihkan dapur mereka yang berantakan di bantu oleh Lisa. "Kau bereskan ini, aku urus Jennie dulu." Jisoo menghampiri Jennie dan menariknya ke dalam dekapan hangat. Ia membawanya terduduk di sofa ruang tv yang di sambut oleh pelukan erat dari Jennie, ia sengaja menenggelamkan wajahnya di bahu Jisoo dan tak mau melihat ke arah kekasihnya yang memasang wajah bingung. "Kau baik-baik saja?"

Tak terkira, Jennie merubah posisi duduknya. Ia melangkahi tubuh Jisoo dan duduk di pangkuan Jisoo, tubuh mereka saling berhadapan, memudahkan Jennie bersandar di dada Jisoo dengan lebih leluasa. Jisoo mengelus pelan rambut cokelat Jennie dan mengecup pelan pucuk kepalanya.

"Sayang.." tumben sekali Jennie memanggilnya dengan panggilan itu.

"Ada apa?" Lisa mengantarkan gelas susu milik Jisoo sambil memegang gelas kopi miliknya juga. Raut wajahnya menatap Jisoo dengan raut wajah bertanya. "Jennie mau di buatkan minuman apa?"

"Teh manis hangat saja." jawab Jisoo pelan, Lisa mengangguk dan kembali meninggalkan mereka.

"Seberapa jauh hubungan kita nanti?" tanya Jennie tiba-tiba.

"Seberapa jauh? Aku akan lebih serius denganmu. Ada apa?"

"Kalau aku hamil?" Lisa yang sayup-sayup mendengar pembicaraan mereka pun mendelik tajam sambil mengaduk teh manis hangat yang ia buat untuk Jennie.

"Jennie hamil?" ia membuang tatapannya dan bergumam, menebak-nebak apakah pertanyaan kekasih sepupunya itu lelucon atau memang serius.

"Kalau kau hamil ya aku akan bertanggung jawab, tapi tidak sekarang." bagai tersambar petir, Jennie terdiam seketika saat ia mendengar beberapa kata terakhir di kalimat Jisoo. Ia sudah hamil dan Jisoo masih berkata seperti itu?

"Aku ingin kita serius." Jisoo terduduk dan otomatis tubuh Jennie pun ikut terduduk. Ia meraih gelas teh dari tangan Lisa dan memberikannya pada Jennie.

"Minum dulu, wajahmu pucat sekali. Kau sakit?"

"Mau aku ambilkan obat?" tanya Lisa yang sudah berdiri di depan kotak obat.

"Ambilkan saja, jaga-jaga." jawab Jisoo. Ia memeluk tubuh Jennie erat, seperti bayi koala yang enggan lepas, begitulah Jennie di dalam pelukan Jisoo.

"Aku rasa aku hamil, Jisoo." gumam Jennie yang kembali menenggelamkan wajahnya.

***

FLASHBACK POV

"Kau tau jika kita berdua tidak bisa bersatu? Itu terlalu tabu bahkan untuk diketahui oleh keluarga kita sendiri." Jisoo menggaruk tengkuk putih mulusnya sambil berjalan mondar mandir di depan tv.

"Kita sudah bersama sejak kecil, apakah itu alasan kuat darinya untuk hubungan ini?" Ia menghabiskan sisa susu cokelat di gelasnya malam itu kemudian pindah posisi ke arah dapur, masih dengan perasaan yang berkecamuk tak jelas di kepalanya.

"Sedang apa?" pelukan hangat di rasakannya saat ia tak melihat siapa yang memeluknya saat ini, tapi suara itu sangat khas untuk memberitahu Jisoo jika ia benar dengan tebakannya. Tubuh jangkungnya melebihi Jisoo, tangannya yang berotot terlihat kekar melingkar di pinggang gadis bertubuh ramping itu.

"Menyimpan gelas bekas susuku. Kenapa?" Jisoo melirik ke arahnya yang di sambut oleh kecupan-kecupan di pipi dan lehernya.

"Aku merindukanmu." hembusan napasnya tepat berada di tengkuk Jisoo, membuatnya bergidik ngeri dan mencengkram lengan yang ada di pinggangnya.

"Hari ini aku tidak kemana-mana, aku ada di rumah." jawab Jisoo disertai geliat manja dan geli saat tubuhnya mulai digerayangi oleh orang di belakangnya. "Hentikan.."

"Ayo main.." godanya.

"Tidak." jawab Jisoo sambil melepaskan pelukannya. Ia berjalan tenang dengan senyuman malu-malu.

"Kemarilah.." manusia itu ternyata enggan menyerah begitu saja. Ia memeluk tubuh kecil Jisoo dan menariknya paksa tapi masih terlihat sangat lembut ke dalam kamarnya.

"Lepaskan!!" pekik Jisoo di sela jeritan dan tawa gelinya. "Aku sedang tidak ingin bermain, aahhh.." Ia menyeringai dan mulai mendesah saat lehernya mulai dihujani oleh jilatan-jilatan dan kecupan nakal. Bahkan dengan mudah ia bisa segera memainkan dan memilin aset lain milik Jisoo, menghisap dan menjilatnya, membuat sang empunya hanya bisa menengadah sambil meremas rambutnya pelan.

"Kau akan menikmatinya.."

"Aku.. Ahhh.. Aku, m-mohon.. Mmpphhh.." tubuhnya lemas saat jari jemari manusia itu semakin gencar bergerilya di tubuhnya. Jisoo pun tak sungkan membalas ciuman liar yang datang dan pergi tanpa sepengetahuannya. Ia hanya bisa membalasnya, saling beradu dan melemparkan desahan.

"Hmm, sudah berdiri huh?"

"Tidakkkhhh.." ia membalikan tubuh Jisoo menghadap ke dinding, melolosi boxernya dan mendapati celana dalam dengan merk crocodile itu sudah menggembung. Tangannya dengan lihai, mengelus dan menggesek batang keras milik Jisoo, mengeluarkannya agar tidak terasa sesak dan mengocoknya perlahan. "Sialan kau.. Ohhh.." Jisoo hanya bisa bertumpu pada dua tangannya di dinding dan merasakan hand service yang di berikan.

Ia menyingkirkan tangan itu secara paksa, berbalik dan melingkarkan tangannya di leher orang itu.

"Kau berkeringat.." goda Jisoo balik.

"Kau terlalu hot untuk sekedar di pandang." napasnya tersengal-sengal setelah memberikan hand service pada Jisoo.

"Jangan mulai.."

"Jisoo-ya.. Be mine.."

"Hmmm.." Jisoo tersenyum lebar sambil mengangguk, ciuman itu melengkapi mereka yang kemudian saling tersenyum dan berpelukan.

"Love you.."

"Hmm, Li.."

FLASHBACK POV END

"Lisa.."

Gubraakkk..

Jisoo terperanjat saat tubuhnya menghantam lantai keras rumahnya.

Duaggghh..

Baru saja akan bangun kepalanya terantuk meja di dekatnya, mantap sekali jatuhnya kali ini.

"Yang benar saja.." ia menggosok kepalanya sendiri berusaha menghilangkan rasa sakitnya. Jisoo menengok ke arah Jennie yang tertidur pulas di sofa dan membelakanginya.

Ia berjalan cepat ke kamar Lisa dan membuka pintu kamarnya paksa, untungnya tidak di kunci, kalau di kunci bisa-bisa ia malu sendiri karena sudah buru-buru datang ke sana.

"Lisa.." panggil Jisoo tiba-tiba saat melihat sepupunya itu sedang terduduk di bibir kasurnya.

"Jisoo-ya.." Lisa menoleh dengan wajah serius.

"Aku memimpikanmu.." ucap mereka bersamaan.

***

3 Step Closer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang