Jennie enggan mengajak Jisoo bicara semenjak ia baru saja pulang bersama suaminya itu.
"Aku mau tidur, kau mau tidur lagi denganku?" Jisoo menyimpan ranselnya di sofa dan menciumi Jensoo yang baru saja di tinggal oleh Rose pulang.
"Apa kau tidak pusing? Kau tidur terus." Jennie memberikan botol susu permintaan Jensoo padanya, gadis kecil itu mulai menyedot botol susunya sambil duduk di pangkuan Jisoo, Jisoo sesekali mengelus surai cokelat milik Jensoo. Rambutnya mirip sekali dengan Jisoo dan Jennie.
"Entahlah, aku sedang ingin bermalas-malasan hari ini, tak ingin memikirkan apapun." mata Jisoo sayu menatap ke arah Jennie, istrinya itu tau jika Jisoo menginginkan sesuatu, tapi ia tak seperti biasanya.
"Hmm.." Jennie hanya mendelik dan berlalu begitu saja.
"Halo, kenapa Bu?" Jennie keluar dari kamar saat Jisoo sedang menelpon ibu mertuanya yang tidak lain ibu Jisoo sendiri. "Iya iya, nanti aku antar Jensoo ke ibu. Hah? Ibu yang mau kesini? Ya sudah bu, aku tunggu. " Jisoo menutup telponnya, kemudian menggendong Jensoo ke pelukannya.
"Siapa?"
"Ibu, mau ketemu Jensoo katanya."
"Di antar atau jemput kemari?"
"Jemput." Jisoo menidurkan Jensoo di sofa, kemudian ia pergi.
"Hihh, dingin sekali dia.." dengus Jennie. "Jisoo-ya.." Jisoo menoleh ke arahnya kemudian Jensoo terbangun karena sang ayah melepaskan pelukannya. "Kau mau membantu Rose kan?"
"Sudah aku bilang, jangan memaksaku, Jennie Kim.."
"Apa salah jika aku memintamu untuk membantu orang lain yang bahkan sudah seperti keluarga kita sendiri?" Jennie duduk di sofa tempat Jensoo berada, anak kecil itu memeluk Jennie karena tatapan sang Ayah yang berapi-api mulai tersulut emosi.
"Kau masih mau membahas ini?" Jisoo berdiri sambil berkacak pinggang. "Kau masih mau membahas omong kosong ini Jennie?!" bentaknya keras. Membuat Jennie dan Jensoo tersentak dan ketakutan. "Kau masih mau memaksaku untuk menurutimu hah? Kau anggap aku ini siapa!!"
"Jisoo.." panggil Jennie lirih dengan perasaan takutnya, ia mulai berkaca-kaca.
"Kita akhiri saja hubungan ini jika kau masih memaksaku.." Jisoo memalingkan wajahnya.
"Ku mohon.." pinta Jennie yang sudah terisak.
"Persetan denganmu, Jennie Kim!!" Jisoo mengambil pistol Glock 17 miliknya di laci meja dan mengarahkannya ke arah Jennie. "Persetan denganmu!!"
Darrr!!!
"KIM JISOO!!" Rose berlari memeluk Jennie dan Jensoo sedangkan Lisa berdiri di depan mereka bertiga. "Kau gila hah?! Kau ini kenapa?! Sialan kau Jisoo!!" Lisa gemetar, ia takut saat alter ego milik sepupunya kembali setelah sekian lama emosinya tidak diusik sampai seperti ini. Suara tangisan Jensoo menggelegar memenuhi rumah mewahnya dan Jennie..
Braakkk..
Jisoo melemparkan senjatanya ke lantai dan mendengus kesal.
"Kau kalap sampai berbuat seperti ini!! Gila kau Jisoo!!" Lisa mendorong bahu Jisoo untuk mundur, tapi Jisoo masih tersulut emosi apalagi melihat kedua pasangan Chaelisa, ia seakan teringat permintaan Jennie yang terngiang di kepalanya.
"Pergi ke kamarmu, kau butuh susu cokelatmu, sayang.." tubuh Jennie bergetar, ia sangat kaget saat peluru yang Jisoo tembakan ternyata tak mengenainya. Jisoo menembakan peluru itu ke halaman luar, bahkan ia sudah ikhlas jika harus mati di tangan suaminya sendiri. "Bawa Jensoo ke kamar, Chaeyoung-ah.. Kenapa kalian balik lagi?" Jennie berusaha tegar, ia hanya akan membuat situasi kembali memburuk jika sama-sama kerasnya dengan Jisoo. Ia mengusap air matanya sendiri dan mengambil pistol yang tergeletak di lantai. "Aku simpan pistol ini, aku sita." ucapnya pada Jisoo, tapi manusia chickin itu hanya terdiam sambil menatap ke halaman luar.