#16 Card

4.5K 555 82
                                    

Jennie masih tertegun saat Jisoo mengakhiri kalimat dari mulutnya sendiri, air mata yang sudah tak terbendung lagi menetes pelan menyusuri pipinya yang mulai terlihat berisi.

"Kau percaya?" Jisoo duduk di depan Jennie yang diam tanpa suara sedikit pun. "Kau mempercayainya? Jennie Kim?" Tanya Jisoo lagi. Jisoo berpindah posisi, dari semula di depannya sekarang ia berada di sampingnya, memeluk Jennie dengan erat dan membuatnya nyaman seperti tadi.

"Jisoo.." seru Jennie lirih.

"Aku bukan maniak seks, Jen.. Aku hanya bercanda.." kekehnya pelan sambil mengecup pucuk kepala Jennie. "Aku memang berkepribadian ganda, tapi bukan itu.. Aku hanya bercanda.. sungguh.." Jisoo terdengar sangat tulus dan yakin saat mengucapkan itu pada kekasihnya. "Jangan menangis.." goda Jisoo sambil menyeka air mata Jennie yang terasa hangat di ibu jarinya.

"Hmm.." Jennie menenggelamkan dirinya sendiri di pelukan Jisoo sambil tersenyum simpul. "Jisoo.."

"Iya.."

"Belajarlah membela dirimu sendiri.." pinta Jennie.

"Baiklah." Jawabnya singkat, gadis itu tak menatap wajah lawan bicaranya, padahal dalam hatinya Jisoo menahan rasa sakit yang teramat sangat.

"Karena aku di besarkan dengan kekerasan, Jen.. Bukan dengan seks seperti yang aku katakan.." ia menahan tangisnya. "Maaf jika aku berbohong padamu, tapi aku tak ingin alter ego ku ini kembali menghilangkan nyawa seseorang suatu saat nanti.." Jisoo yang merasa jika Jennie sudah tidur pun akhirnya bisa mengeluarkan air matanya dalam diam. "Jika alter ego ku adalah pribadi yang sangat menyukai kekerasan, aku tak ingin kau terluka karena itu.." Jisoo berjalan menjauhi Jennie yang sudah ia benarkan posisi tidurnya dan menyelimutinya dengan selimut hangat bergambar beruang. Ia berjalan ke arah jendela dan terduduk.

"Aku selalu ingin menyakiti seseorang saat aku melamun sendirian.. Bisakah aku menyakitimu dengan cara lain?" Jisoo tertunduk melepaskan tangisannya. "Dengan cara yang kita suka seperti biasa.." Jisoo menyeringai.

***

FLASHBACK POV

"Jisoo.." suara nyaring milik Lisa membuat gadis yang tadinya tak sadarkan diri segera terbangun. Meskipun pandangannya masih berkunang-kunang tapi ia berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri saat tangan dingin Lisa menepuk-nepuk pipinya beberapa kali.

"Ngghhhh.." rintih gadis culun yang tak sedang menggunakan kacamata kesayangannya itu saat tubuh Lisa menopangnya untuk sekedar terduduk.

"Kau baik-baik saja? Hei lihat aku.." tak hanya bahu Jisoo yang berdarah tapi kedua lengan Lisa pun sama, sebuah luka sobek yang entah ia dapat darimana masih menganga dan butuh di jahit dengan segera. "Apalagi yang sakit selain bahu?" Tanya Lisa panik. Beberapa siswa membantunya membawa Jisoo masuk ke dalam ambulance dan siswa lain yang di temukan bersama Jisoo, mereka sama-sama tergeletak lemas dan bersimbah darah.

Lisa meninggalkan Jisoo di dalam ambulance saat ia hendak mengambil kedua tas mereka di luar.

"Seorang siswa menderita luka yang cukup parah di kepalanya.." ucap seseorang dengan nada parau, sepertinya seorang petugas medis. Jisoo masih tak bisa fokus karena rasa sakit dari lukanya semakin menjadi.

"Bagaimana? Masih tertolong?"

"Petugas sudah membawanya ke rumah sakit. Tapi luka sobek itu sangat tidak masuk akal menurutku.."

"Luka karena apa?"

"Karena sepatu high heels.." ada nada ngeri saat lelaki itu menjelaskan bagaimana lukanya. "Dengan sepatu bertanda, Kim.."

3 Step Closer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang