Rapat bersama Tuan Kim kali ini membuat Jisoo tidak nyaman. Entah apa yang ada di benaknya tapi ia mulai kehilangan fokus sejak pertama rapat di mulai. Karena Jennie, ya Jennie Kim berada satu meja dengannya, jauh dalam benaknya ia tak menyangka jika kekasihnya ini malah pergi ke kantor sang Ayah dan ikut dalam rapat gedung baru yang akan segera ia pegang.
"Seperti rencana awal, Jisoo akan memimpin jalannya gedung baru tersebut dengan tugas yang sudah di lampirkan."
"Gagal sudah rencanaku merahasiakan ini dari Jennie." ia menunduk dan menatap meja kaca yang merefleksikan bayangannya sendiri. Setiap kali tatapannya mencuri-curi waktu pada Jennie, kekasihnya itu selalu menatapnya balik. Sepertinya ia sudah sedari tadi menatap ke arah Jisoo dengan tatapan tajam dan meminta penjelasannya tentang ini segera.
"Terima kasih sudah datang pada rapat kali ini."
"Aku pamit terlebih dulu." Jisoo segera mengambil tasnya dan menjabat tangan Tuan Kim lalu pergi. Jennie yang tak ingin melepaskan mangsa untuk kemarahannya pun segera menyusul Jisoo keluar dari ruang rapat.
"KIM JISOO!!" teriak Jennie sambil berusaha menarik tangan Jisoo. "Jisoo!!" Jisoo mempercepat langkah kakinya.
"Arrgggh!!" Jennie melipat satu tangan Jisoo ke belakang punggungnya, ia membuat Jisoo tak berkutik saat tubuh kekasihnya itu berhadapan dengan tembok. "Ampun!!"
"Kebohongan yang ke berapa?!"
"Aku.. Arghhh!!"
"Jawab."
"Aku tidak berbohong!!"
"Kalau tidak berbohong lalu apa?" Jennie menekan tangan Jisoo semakin ke belakang dan membuat Jisoo semakin berontak.
"Kau mau mematahkan tanganku hah?" pipi Jisoo menempel erat pada tembok saat Jennie dengan kasar merapatkan tubuhnya dengan tembok.
"Bisakah kau berhenti berbohong padaku? Ayo pulang!!"
"Ya tapi lepaskan dulu tanganku, apa kau tidak malu di lihat banyak orang? Jen!!" Dengus Jisoo, Jennie menghiraukannya, ia tetap memegang tangan Jisoo seperti itu dan berjalan cepat keluar dari gedung.
Ponsel Jisoo yang bergetar terasa oleh Jennie, ia melirik kekasihnya itu dari atas sampai bawah kemudian mendorong Jisoo menjauh.
"Jelaskan padaku!!" tubuh Jisoo tersungkur menghantam mobil hitam milik Jennie di depannya. "Oh ya, kemarikan juga ponselmu."
"Untuk apa?"
"Kemarikan!!" pinta Jennie paksa. Jisoo melihat layar ponselnya, pesan dari Lisa yang entah apa isinya sudah di sambar oleh Jennie dengan kasar.
"Aku bahkan belum membacanya sama sekali Jen."
"Bagaimana rapatmu? Semoga harimu menyenangkan tanpa Jennie."
Serasa teriris, Jennie menatap Jisoo sejenak, membuang tatapannya seakan tak percaya kemudian menatapnya lagi.
"Jen.." Jisoo menarik tubuh Jennie mendekat untuk dipeluk saat dilihatnya mata kucing kekasihnya itu mulai berkaca-kaca.
"Tidak." Jennie menolaknya dengan cepat.
"Kemarilah."
"Tidak mau." Jennie masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Jisoo di luar.
"Haruskah kami perang dunia lagi?" dengus Jisoo sambil berjalan ke sisi kemudi.
***
Braaaakkk..
"Jennie!!" Jennie melempar ponsel Jisoo ke sembarang arah, Jisoo menoleh sejenak dan menepikan mobilnya. "Kau ini kenapa?"
"Kau yang kenapa!!"