"Kau sudah siap?" tanya Daniel sambil melihat Lena yang sedang menatap cermin.
"Sudah. Ayo!"
Daniel memandang Lena sekilas lalu mengulurkan tangannya. Lena menyambut tangan Daniel sambil melangkah keluar kamar hotel mereka.
Mereka memulai kencan sederhana itu. Disebut sederhana karena mereka telah menyepakati bahwa mereka hanya akan berkencan di sekitar jalanan Tokyo saja.
Pakaian mereka pun sederhana. Lena hanya menggunakan blouse merah bermodel dan berlengan pendek. Ia melengkapinya dengan aksesoris kalung. Ia juga memakai celana jeans model high waist dengan sepatu flat. Sedangkan Daniel sendiri hanya menggunakan kaos putih yang ditutupi oleh jaket denim dengan celana sporty dan sneakers putihnya, ditambah dengan kaca mata hitam di wajahnya. Meskipun begitu, pakaian mereka tetap memberikan kesan kasual namun elegan.
Setelah berdebat cukup panjang, akhirnya Shibuya menjadi tempat destinasi kencan mereka. Hanya memakan waktu sekitar 15 menit dari Tokyo subway, mereka sudah tiba di tempat yang merupakan salah satu distrik khusus kota Tokyo tersebut.
Sesampainya di sana, ternyata Daniel tidak bisa mengambil banyak andil dalam memilih lokasi di mana mereka akan menghabiskan waktu. Lena yang awalnya tidak tertarik dengan kecan mereka, sekarang justru terlihat sangat menikmatinya.
Mereka melakukan banyak hal, mulai dari sarapan bersama, belanja pernak pernik hingga berfoto di Purikura* ('Purinto Kurabu' atau dalam bahasa inggris 'Print Club', mesin di mana kita bisa berfoto ria, mengeditnya, dan langsung dicetak).
Daniel tidak mempermasalahkannya. Menghabiskan waktu bersama Lena sudah cukup baginya. Hanya dengan melihat tawa, canda dan kebahagiaan yang terpancar dari wajah Lena, sudah membuat dirinya senang.
Tapi entah kenapa, saat hendak keluar dari sebuah toko, tiba-tiba saja Lena terjatuh dan tak sadarkan diri. Daniel segera memanggil pengawalnya yang memang selalu mengawasi mereka. Ia mengangkat tubuh Lena dan membawanya ke dalam mobil. Ia segera memeriksa keadaan wanita itu. Beberapa kali Daniel mendengar Lena bergumam dan mengucapkan permintaan maaf kepada Harry. Daniel paham apa yang terjadi setelah ia mendapatkan laporan dari para pengawalnya bahwa mereka melihat beberapa poster Sia di daerah di mana Lena tadi berada.
Beberapa saat kemudian, Lena kembali sadar. Ia terkejut karena tengah berbaring dengan posisi kepalanya berada di pangkuan Daniel.
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Daniel yang telah melihat Lena terbangun sambil mengelus kepala wanita itu.
Lena berusaha untuk duduk dengan dibantu oleh Daniel. "Berapa lama aku tidur?"
"Sekitar 3 jam."
Lena tersentak mendengarnya. Ia melihat sekelilingnya. Mereka berada di dalam mobil yang sedang melaju. "Di mana kita?"
"Masih di jalan keluar Bandara Komatsu. Kita akan ke Distrik Nishi Chaya. Aku harus menemui seseorang di sana."
"Kanazawa?"
Daniel menjawab dengan mengangguk. "Kau tidak keberatankan?" Daniel mengatakannya sambil tersenyum hangat, sehingga mau tidak mau, Lena membalas senyuman itu dan mengangguk.
"Bagaimana dengan barang-barangku?"
"Kau tak perlu khawatir. Semuanya sudah dibereskan oleh asistenku."
"Baiklah."
"Sebentar," Daniel merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang berdering. Ia mengangkat panggilannya dan berbicara sebentar. Sebelum ia memasukkan kembali ponselnya, Lena segera menyergah pria itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Yesterday
Romance(Novel ini adalah novel dewasa yang memuat adegan-adegan dewasa pula. Dimohon kebijaksanaan pembaca yang ingin membacanya!) Masa lalu yang kelam dan dendam yang membara membuat seorang wanita begitu ambisius ingin menjadi seorang dokter. Namun takdi...