Absennya Lena dalam beberapa hari membuat wanita itu mengambil waktu lembur untuk mengganti waktu cuti yang ia ambil. Sudah tiga hari ia pulang larut malam dan tidak ada waktu bersantai baginya karena pekerjaan menumpuk sudah menunggunya.
Lena melirik jam digital yang tertera di laptopnya. Sudah pukul delapan malam rupanya dan tidak ada niatan bagi Lena untuk menghentikan pekerjaannya. Ia masih harus memeriksa narasumber yang akan diundang dalam talkshownya bulan depan. Tema dan topiknya telah disetujui eksekutif produser. Hanya saja terdapat beberapa narasumber yang tidak sesuai dengan idealisme stasiun televisi ini. Sebenarnya itu hanya kamuflase saja untuk menutupi bahwa para narasumber itu memiliki pandangan yang berseberangan dengan pemilik stasiun televisi ini. Yah... Mau bagaimana lagi? Lena hanya karyawan yang harus tunduk dengan kebijakan perusahaan.
Lena menyeleksi beberapa nama yang ia kira cocok dan mencatat informasi penting mengenai mereka. Ia masih terus bekerja hingga ia lupa sudah menghabiskan waktu satu jam dari waktu yang ia lihat tadi. Lena mengambil ponselnya dan bergegas membereskan barang-barangnya saat melihat sebuah pesan dari Romi di ponselnya.
Lena memang selalu dijemput asisten pribadi Daniel itu ketika ia pulang larut malam. Lena yang tak ingin kejadian buruk menimpanya lagi, akhirnya menerima bantuan Romi saat pria itu menawarkan diri untuk menjemput Lena.
Sesampainya di apartemen, Lena menemukan keadaan kosong sama persis dengan keadaan yang ia temukan selama tiga hari belakangan ini. Sejak pulang dari Singapura, Daniel sama sekali tidak kembali ke apartemen itu. Entah apa yang terjadi. Mungkin saja pria itu kesal karena menerima penolakan dari Lena. Tapi Lena sama sekali tidak peduli. Ia bahkan tidak menanyakan keberadaan Daniel kepada Romi sebab sampai detik ini tidak tahu mengapa Lena masih merasa marah pada Daniel.
Lena tidur dan bangun pukul 6 pagi lalu berangkat pukul 7 pagi. Perjalanannya menuju ke kantornya kurang lebih memakan waktu 30 menit. Lena lebih senang datang lebih cepat setengah jam dari waktu masuk kantor dibandingkan terlambat barang sedetikpun. Itulah prinsip yang ia pegang sampai detik ini.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di kantor, ia meninjau studio program acaranya. Sebagai kepala tim kreatif sekaligus presenter program itu, Lena mempunyai peran dan tanggungjawab ganda. Ia meneliti semua perlengkapan agar tidak ada satupun kesalahan yang akan terjadi saat on air nanti.
XXXX
"Mbak sudah check berita hari ini?" ujar salah seorang staf kepada Lena saat wanita itu telah selesai melakukan pekerjaannya sebagai presenter program acaranya.
Lena melepaskan bajunya dan menyerahkannya kepada staf wardrobe itu. "Berita apa?"
"Ini bukannya dokter ganteng yang pernah jadi narasumber pengganti kita dulu? Ternyata dia mencabut dana bantuannya di salah satu rumah sakit," jelas staf itu menyerahkan ponselnya yang menunjukkan sebuah portal berita.
Kening Lena mengkerut. Ia tidak mendengar hal ini dari Romi. Kira-kira rumah sakit mana yang mendapatkan kemalangan itu? Karena semua jurnalis kesehatan tahu bagaimana ujung dari penarikan dana bantuan dari konglomerat Alvaro itu. Kalau tidak bangkrut secara cepat, rumah sakit itu pasti mati secara berlahan-lahan karena kehilangan investor. Sudah menjadi rahasia umum jika para investor yang mau menginvestasikan saham mereka hanya karena memandang keluarga Alvaro. Jadi jika keluarga kaya itu menarik dukungannya, itu artinya kepercayaan para investor secara otomatis akan berkurang bahkan menghilang.
Lena mengambil ponsel stafnya dengan penasaran lalu membacanya. Alangkah terkejutnya ia karena rumah sakit itu adalah rumah sakit milik Nyonya Hendrawan. Lena geram dan marah. Kurang ajar! Daniel. Lagi-lagi pria itu mengusik urusan pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Yesterday
Romance(Novel ini adalah novel dewasa yang memuat adegan-adegan dewasa pula. Dimohon kebijaksanaan pembaca yang ingin membacanya!) Masa lalu yang kelam dan dendam yang membara membuat seorang wanita begitu ambisius ingin menjadi seorang dokter. Namun takdi...