Jangan Campuri Urusanku!

4.6K 287 6
                                    

Lena memejamkan matanya dan menyembunyikan wajahnya di tubuh Daniel. Ia tidak bisa leluasa bergerak tapi ia juga tidak mau mengambil resiko. Puluhan pertanyaan para wartawan itu begitu mengerikan dan menyudutkan mereka. Namun, Daniel sama sekali tidak menganggapi. Ia hanya menjawab dengan senyuman dan satu kata, "Permisi."

Beberapa menit kemudian, Daniel dan Lena sudah sampai di dalam mobil. Daniel ingin menurunkan Lena dari pangkuannya, tapi ia mengurungkan niatannya. Tangan Lena yang melingkar sangat erat di lehernya dan matanya yang tertutup, membuat rasa jahil Daniel muncul seketika.

"Apa kau benar-benar menyukai tubuhku, sayang?" kata Daniel kepada Lena.

"Ha?" tanya Lena yang masih memejamkan matanya dan menenggelamkan wajahnya di dada Daniel.

"Tak apa sayang. Romi bisa mencarikan kita hotel terdekat di sekitar sini."

"Apa para wartawan itu masih di sini? Apa mereka masih mengikuti kita?"

Daniel terkekeh mendengar pertanyaan lugu dari istrinya. Ternyata wanita itu sama sekali tidak menyimak apa yang ia katakan dan justru berpikir bahwa perkataannya itu ia ucapkan untuk bersembunyi dari para wartawan.

"Bukan karena para wartawan itu, sayang. Tapi..." Daniel mendekatkan bibirnya di telinga Lena. Ia membisikkan beberapa kata nakal hingga membuat wanita itu sadar dan membelalakan matanya mendengarkannya.

"Kau gila!!!" Lena sedikit meronta. "Lepaskan aku!!!" katanya lagi sambil berusaha melepaskan dekapan Daniel.

Daniel sama sekali tidak peduli. Pria itu justru semakin mengeratkan tubuh Lena di pangkuannya. "Kau tahu, kau begitu menggemaskan dan selalu berhasil memancingku untuk menjahilimu," ucapnya sambil mengecup singkat bibir Lena lalu kemudian membiarkan wanita itu untuk beranjak dari pangkuannya.

"Kau ingin diantar ke mana?" Daniel bertanya lagi sambil memeriksa ponselnya. Ia terlihat sibuk membalas banyaknya pesan singkat yang masuk ke ponselnya itu.

"Ke Kafe di perempatan jalan ini saja," jawab Lena cepat. Sebenarnya ia bingung akan pergi ke mana. Ia belum mendapatkan berita. Kembali ke Bandung sama halnya dengan menyerahkan kematian karirnya ke tangan Pak Putra, atasan yang mengerikan yang entah sampai kapan menggantikan posisi dari Pak Adam.

"Kau yakin?"
Lena membalas dengan anggukan kepala.
"Baiklah."

Setibanya di depan Kafe, Lena bergegas turun. Namun, belum ia keluar dari mobil, Daniel langsung menarik tanganya dan mencium bibirnya.
"Ini! Aku yakin kau pasti membutuhkannya." Daniel menyerahkan sebuah flashdisk hitam ke tangan Lena. "Malam ini aku tidak bisa pulang. Jika pekerjaanmu selesai, kau bisa menghubungi Romi untuk menjemputmu."

Lena mengangguk lagi lalu beranjak keluar dari mobil Daniel dan berjalan ke dalam Kafe.

Satu hal yang membuat Lena terperangah tentang Daniel. Ternyata pria itu sangat baik. Ia menyerahkan informasi tentang pembelian kelima rumah sakit kepada Lena. Belum lagi tentang skandal di hotel. Semua gosip dan kabar miring hanya ditujukan untuk Daniel. Tidak ada satu artikel pun yang memberitakan tentang wanita yang berada sekamar dengan Daniel yang sebenarnya adalah dirinya.

XXXXX

"Brengsek!!!" Lena menatap mata pria tua di depannya dengan tajam. Memberi isyarat tidak suka kepada pria yang memiliki beberapa rambut putih di kepalanya itu.

Hari ini, tepat satu minggu setelah skandal di hotel, Lena memulai aktivitasnya seperti biasa. Menjadi jurnalis, sekaligus mencari kesempatan untuk kembali ke dunia televisi. Sebenarnya hari ini ia mendapatkan panggilan untuk melakukan interview dari salah satu stasiun televisi swasta di Jakarta. Tapi tak disangka, interview ini justu menjadi wadah untuk menghinanya.

My Last YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang