Hukuman

6.9K 362 10
                                        

Flashback

Setiap pertemuan kedua bocah itu pasti diakhiri dengan suatu masalah. Entah sang gadis kecil yang mendapat amukan atau sang kakak gadis itu yang mendapat hinaan. Tapi yang pasti selalu Lena lah yang akan menjadi korban.

Hukuman. Itulah yang akan didapatkan oleh Lena. Ia tahu persis apa yang harus ia lakukan jika ia melanggar perintah sang kakak. Sambil terus berjalan, ia mengambil beberapa lidi yang berserakan di halaman depan rumahnya.

“Kau sudah tahu kesalahanmu rupanya” ucap sang kakak yang tengah berdiri di ambang pintu.
“Maaf kak…” kata Lena dengan mata sembab menahan air matanya.
“Diam!!!” Sang kakak mengambil lidi dari genggaman Lena. “Ulurkan tanganmu!!!” perintahnya dengan tegas.

Lena kecil hanya bisa patuh mendengar intruksi sang kakak. Membiarkan kakaknya yang dengan brutal memukuli tangan dan kakinya dengan lidi-lidi itu. Bahkan tubuhnya pun tak luput dari kekejaman sang kakak.

Mungkin itu adalah hukuman yang terakhir yang bisa diberikan sang kakak kepadanya. Karena beberapa hari setelahnya, kondisi wanita itu berubah drastis. Ia lebih suka berbaring di ranjang. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Ia sering menggigil dan ia juga sering mual dan muntah.

Berita sakitnya sang kakak membuat gempar seluruh penjuru kampung itu. Mereka terkejut melihat kondisi wanita itu yang memburuk. Tubuhnya yang dulu sintal dan padat, beransur-ansur berubah menjadi kurus.

Penduduk kampung itu tidak membantu sang kakak sama sekali. Justru mereka menyebarkan gosip dan isu bahwa wanita itu terkena HIV AIDS.

Luar biasa!
Hanya dalam kurun waktu satu minggu saja, berita miring tentang sang kakak terus menyebar.

“Maria sang pelacur!”
“Maria sang perebut suami orang!”
“Maria sang wanita penghibur!”
“Maria sang wanita jalang!”
Dan masih banyak lagi sebutan-sebutan miring yang ditujukan untuk sang kakak. Maria.

Lena amat tahu bahwa semua yang dituduhkan kepada kakaknya tidak benar. Bukan karena nama Maria yang suci bagi umat Katolik, karena dirinya dan kakaknya bukanlah pengikut Katolik yang taat. Tapi Lena yakin karena sekejam dan sejahat apapun sang kakak, ia selalu memprioritaskan Lena. Lena tahu kakaknya adalah wanita yang bertanggungjawab. Ia tidak akan meninggalkan Lena sendirian karena itulah janji sang kakak di depan pusaran kedua orang tua mereka.

Dengan penuh kelembutan, tangan Lena kecil meletakan kain basah ke dahi Maria. Ia juga mengelap keringat dan darah yang keluar dari hidung kakaknya. Semakin hari semakin parah. Maria hanya bisa berbaring lemah di atas tempat tidur kayu miliknya. Ia terbatuk dan mengeluarkan lendir bercampur darah dari mulutnya.

“Oh tidak! Ini bahkan semakin parah!” gumamnya. Dengan berlahan ia mengambil gelas yang berisi air minum di bawah ranjangnya. Namun, baru hendak meminumnya, tiba-tiba saja nafasnya terasa sangat sesak. Dadanya terasa amat sakit.

PRANGG

Gelas yang awalnya di genggam oleh Maria kini telah jatuh dan pecah. Membuat sang adik terbangun dari tidurnya.

“KAKAK!!!” teriak Lena yang terkejut melihat kondisi kakaknya dengan hidung dan mulut dipenuhi oleh darah. Lena yang panik langsung berlari keluar untuk mencari pertolongan. Tapi kemana ia bisa mencari bantuan selarut ini? Ia tentu tidak bisa meminta bantuan warga kampung yang sudah pasti jijik melihat mereka.

Lena kecil perpikir keras. Hanya satu tempat yang bisa ia kunjungi. Tanpa berpikir panjang lagi, Lena berlari. Mengabaikan telapak kaki telanjangnya yang mulai berdarah karena tertusuk batu dan semak. Hingga ia tiba di tempat itu. Sebuah gereja tua yang di sebelahnya terdapat rumah-rumah tempat di mana para Frater (sebutan calon Imam/Romo) tinggal.

My Last YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang