Masa Lalu

3.9K 291 23
                                    

Lena menggenggam gagang pisaunya. Baru hendak menggoreskannya ke tanggannya, Lena mendengar sebuah suara.

"Mengapa kau membunuh Harry?" suara seperti isakkan itu mengganggu indera pendengaran Lena. Membuat wanita itu menoleh namun tak menemukan siapa pun di sana.

"Kau membunuhnya!!!"

"Kau membunuhnya!!!"

Kalimat-kalimat itu kembali terdengar dengan bayangan-banyangan yang datang dari segala arah, semakin lama suaranya semakin keras, mengitari Lena dan memenuhi seluruh isi ruangan.

"TIDAK!!!" teriak Lena.

"Kau membunuhnya!!!" kata bayangan-banyangan di sekitar Lena. Wanita itu mengambil pisau dan mengarahkannya pada bayangan itu. "DIAM!!! PERGI!!!" Lena melemparkan benda-benda yang berada di dekatnya. Lalu ia melangkah ke ruang keluarga masih dengan pisau yang dihunuskan ke depan untuk mengancam bayangan itu.

Bayangan-banyangan itu mengikuti Lena hingga membuat wanita itu terjatuh.

"Kau membunuh Harry!!!"

Lena menjerit. Bayangan itu ada di mana saja ketika Lena mengalihkan pandangannya. Ada di setiap sudut, di setiap dinding, setiap perabot, di langit-langit, di mana saja.

"Mengapa kau membunuh Harry? Mengapa?!" ucap sesosok bayangan mendekati Lena yang terjatuh.

"TIDAK!!!"

Lena beringsut mundur hingga membentur dinding di dekat jendela. Napasnya terengah-engah, bahunya gemetar. Setiap tarikan napasnya menjadi aktivitas yang menyakitkan dan setiap hembusan yang ia keluarkan terasa sangat perih.

Pelan-pelan ingatan lama Lena tersusun. Hal itu membuatnya matanya memerah dan ia berteriak kencang di tengah kekuatan amarah dan ketakutannya karena kenangannya terulang di benaknya bagaikan sebuah film.

XXXX

(Flashback)

Malam itu setelah berkencan dengan Glenn, Lena memutuskan untuk kembali ke rumah sakit. Ia membawa cokelat putih kesukaan Harry di dalam tas jinjingnya. Ia sengaja masih menggunakan dress hijaunya dan flat shoesnya kepada Harry. Bocah kecil itu pasti senang karena saat meminta izin pada Harry untuk tidak menjaganya malam itu, Lena telah berjanji untuk menunjukkan bagaimana tampilannya kepada anak itu.

Lena mengetuk pintu ruang rawat Harry. "Harry, ini kak Lena. Bolehkah kakak masuk?" kata Lena disela-sela ketukan pintunya.

Lena mengulangi kegiatannya beberapa kali dan tidak mendapatkan jawaban. Lena langsung membuka pintu dan masuk ke dalam. Tidak ada siapa-siapa di ruangan itu. Biasanya, ibu Harry akan datang pada tengah malam setelah membuat perlengkapan untuk suami dan adik dari Harry yang masih berusia tiga tahun. Itulah sebabnya ia atau Sia akan menjaga Harry di ruangan itu. Tapi, di mana Sia saat ini? Apakah dia sedang di kamar mandi? Atau sedang makan malam?

Lena melihat Harry yang sedang berbaring di tempat tidur. Lena tertawa kecil melihat anak itu yang berbaring berantakan.

Lena mendekati Harry. Ia menyentuh tangan Harry pelan dan membangunkan anak itu. "Harry bangun!!! Kakak bawa cokelat kesukaanmu."

Tidak ada respon dari Harry. Lena mencoba membangunkan Harry lagi namun hasilnya masih sama. Lena mulai khawatir dan memeriksa tubuh Harry dan menemukan bahwa Harry bukan sedang tertidur tapi sedang tak sadarkan diri.

Dengan cepat Lena menekan tombol darurat berkali-kali. Ia memegang tangan Harry sambil berusaha menekan tombol dan berteriak untuk mendapatkan bantuan.

Beberapa detik kemudian, Sia datang ke ruangan Harry dan terkejut mendapati Lena yang tengah menjerit panik.

"Lena, ada apa dengan Harry?" kata Sia sambil memeriksa bocah berusia enam tahun itu. "Gawat, akan aku panggilkan dokter. Kau tunggu di sini," ujarnya lalu meninggalkan Lena dan Harry.

My Last YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang