Lena bergerak. Ia tidak yakin berapa lama ia tidur. Ia berusaha mengambil napas, namun ini sangat menyesakkan. Serasa ada sesuatu yang menutupi ruang napasnya.
"Apa yang terjadi? Kepalaku terasa berat sekali," gumam Lena. Akhirnya dengan mengumpulkan cukup tenaga, Lena melepaskan pelukan Daniel. Tunggu dulu! Pelukan? Lena membuka matanya dengan cepat dan ia terbelalak. Ia menyibakkan selimutnya dan mendapati dirinya yang hanya menggunakan pakaian dalam sedangkan Daniel hanya menggunakan boxernya.
Lena duduk di atas ranjang yang mau tidak mau membuat Daniel ikut terbangun. Pria itu menyipitkan matanya kemudian menyeringai. Daniel menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lagi dan pura-pura tidur.
"Hey! Katakan ! Apa yang terjadi semalam?"
"Hmmm," Daniel bergumam. "Tadi malam...." Pria itu berhenti seperti berusaha membayangkan sesuatu, ".... Sangat menyenangkan dan luar biasa," desahnya. Diam-diam Daniel menyeringai senang melihat keterkejutan dari wajah Lena.
"Kau bercanda kan?"
"Aku tidak bercanda. Lihat!" Daniel ikut bangun dan duduk di samping Lena sembari menunjukkan bekas merah yang ada di leher dan dadanya yang telanjang. "Kau menyerangku dengan liar..." bisiknya di telinga Lena.
Daniel tidak berbohong. Sepanjang perjalanan dari tempat parkir hingga apartemennya, Lena terus menggoda Daniel. Mengelus, menjilat bahkan memberikan kecupan panas yang berbekas.
"Bagaimana mungkin? Kau berjanji tidak akan menyentuhku jika aku tidak mengizinkanmu untuk menyentuhku."
"Oh, ya? Hmmm...." Daniel mengangkat wajah Lena, "Bagaimana jika kau yang terlebih dulu menyentuhku?"
"Shit!!!" Lena menepis tangan Daniel.
Bagaimana ini? Ia belum siap dengan semuanya. Bedebah sialan! Ini semua karena Reza dan kebodohannya! Andai saja ia tidak cereboh, ia tidak akan berakhir seperti ini. Bagaimana jika ia hamil? Ia belum membalaskan dendamnya. Ditambah kemunculan Sia. Arrrggghhh!!!! Sial! Sial! Kenapa ia sama sekali tidak mengingat apapun?"Hey sayang! Lena! Lena stop!" ucap Daniel sembari menahan tangan Lena yang memukul-mukul kepalanya. "Aku hanya bercanda! Tidak ada yang terjadi semalam. Kau tertidur karena obat tidur yang aku berikan."
"Benarkah?" tanya Lena tak percaya.
Daniel mengangguk. "Aku tidak berbohong." Ia menghembuskan napasnya dan beranjak dari ranjang lalu memakai handuk yang berada di atas lantai.
Lena bernapas lega. Ia benar-benar bersyukur masih bisa menjaga dirinya. Bicara tentang dirinya, sekelibat Lena terbayang kejadian tadi malam. Badannya seketika menggigil.
"Tenanglah." ujar Daniel menepuk kepala Lena pelan.
"Bagaimana aku bisa tenang? Bajingan itu benar-benar membuat aku jijik."
"Aku sudah membereskannya," jawab Daniel ringan.
Lena terkejut. Ia menatap Daniel, "Apa yang kau lakukan padanya?" tanya Lena penuh rasa ingin tahu. "Kau tidak membunuhnya kan?"
"Aku seorang dokter sayang. Tugasku menyelamatkan nyawa orang bukan sebaliknya."
"Syukurlah..." kata Lena menyembunyikan rasa leganya.
"Kau bersyukur atas keselamatan pria yang ingin memperkosamu?"
"Tidak! Bukan seperti itu." Lena mengelak. "Aku hanya tidak suka jika dia mati begitu saja. Bajingan itu harus menerima hukuman yang setimpal."
"Woow... Kau justru lebih mengerikan dari mafia, sayang."
"Cih!" Lena kembali menatap Daniel. "Lalu, apa yang kau kerjakan tadi malam? Kenapa kau bisa berada di kantorku?"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Yesterday
Romance(Novel ini adalah novel dewasa yang memuat adegan-adegan dewasa pula. Dimohon kebijaksanaan pembaca yang ingin membacanya!) Masa lalu yang kelam dan dendam yang membara membuat seorang wanita begitu ambisius ingin menjadi seorang dokter. Namun takdi...