Pukul 7 pagi, Daniel terbangun seperti biasanya. Ia tersenyum simpul saat merasakan sesuatu di punggungnya. Dengan masih memejamkan mata ia membalikkan tubuhnya dan berseru, "Selamat pagi, sayang." Daniel berkata lembut. Ia mengernyitkan keningnya ketika tak mendengar sapaan balik dari istrinya. Perlahan-lahan tangannya mulai meraba-raba ranjang di sampingnya dan ternyata ia tidak bisa menemukan tubuh Lena. Ia hanya menemukan sebuah bantal guling yang tadi menyentuh punggungnya.
"Sayang!" panggil Daniel. Ia sudah sepenuhnya membuka mata dan kini dalam posisi duduk di atas ranjang. "Sayang, kau di mana?" Itu seruan Daniel yang ketiga kalinya. Sangat jarang Lena tak menyahut panggilannya. Wanita itu akan menjawab meskipun ia tengah berada di kamar mandi.
"Lena!" Wajah Daniel yang tadi dipenuhi senyuman kini berubah menjadi panik. Ia menyibakkan selimutnya dan berjalan ke arah kamar mandi.
Tok, tok, tok!
Daniel mengetuk. Mendengar tak ada respons dari dalam, Daniel membuka pintu kamar mandi yang memang tidak terkunci, namun di sana Daniel juga tidak menemukan istrinya.
Daniel saat ini benar-benar panik. Lena sangat jarang keluar kamar jika ia tidak bekerja, dan hari ini sudah terhitung empat hari sejak Lena mengambil cuti untuk persiapan persalinannya. Jadi di mana wanita itu sekarang? Apa dia ke kantor? Mengingat betapa gilanya Lena akan pekerjaannya, mungkin saja saat ini Lena pergi ke sana seperti biasanya. Tapi jika itu benar-benar terjadi, akan sangat membahayakan bagi Lena dan bayi di dalam kandungannya.
Daniel mengambil ponselnya dan melakukan sebuah panggilan di sana. Sambil menunggu tersambung, ia mengambil celana panjang dan t-shirt dari dalam lemari. Ia sudah lama tidur hanya dengan menggunakan boxer shorts, mungkin terhitung sejak kehamilan Lena memasuki bulan kelima. Sejak saat itu Lena tak mengizinkan Daniel untuk tidur bersamanya jika pria itu memakai baju. Lena ingin menggoda Daniel, pria itu tahu itu, tapi ia tidak pernah mempermasalahkannya.
Daniel sudah memakai celananya, tapi ketika ia hendak memakai t-shirt, tiba-tiba saja terdengar suara dari ujung panggilan.
"Ya, tuan."
"Romi, kau sedang bersama Lena?" ucap Daniel menghentikan kegiatannya memakai baju.
"Tidak, tuan."
"Apa kau memegang kunci mobil Lena?"
"Tidak, tuan. Kemarin saya sudah memberikannya kepada nyonya."
Mendengar hal itu membuat Daniel bergegas membuka laci nakas yang ada di samping ranjang. Pria itu hanya menemukan kunci mobilnya di sana, kemudian ia mengambil kunci itu dan berkata kepada Romi.
"Kau sedang berada di mana sekarang?"
"Di apartemen, tuan. Apakah nyonya tidak ada di apartemen tuan?"
Daniel keluar dari kamarnya. "Iya. Dia tidak ada. Kita harus mencarinya sekarang," katanya sambil berlari menuju ke pintu keluar apartemennya. Namun, belum benar-benar mencapai pintu keluar, telinga Daniel menangkap keributan dari arah dapur. Ia berjalan menuju dapur dan menemukan Lena berada di sana.
"Romi, tidak perlu mencarinya. Aku sudah menemukan Lena," ujarnya kepada Romi yang berada di ujung sambungan telepon kemudian ia menutup panggilannya dan memasukkan ponsel beserta kunci mobilnya ke dalam saku celananya.
Hhhuuuuhhhh!
Itu adalah hembusan panjang dari tarikan napas Daniel yang dalam. Ia melakukannya karena merasakan sebuah kelegaan yang besar dari dalam hatinya. Kepanikannya telah hilang dan kecemasannya yang tadi menyelimutinya kini telah lenyap entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Yesterday
Romance(Novel ini adalah novel dewasa yang memuat adegan-adegan dewasa pula. Dimohon kebijaksanaan pembaca yang ingin membacanya!) Masa lalu yang kelam dan dendam yang membara membuat seorang wanita begitu ambisius ingin menjadi seorang dokter. Namun takdi...