Obsesi

4.6K 268 20
                                    

Lena dan Romi pergi ke salah satu butik terelit di Jakarta mencari gaun yang cocok untuk ia pakai minggu depan. Saat berada di dalam, matanya tertuju pada salah satu gaun yang terpasang indah di sebuah manekin dan di kelilingi kaca dengan pencahayaan yang khusus. Ia bukannya bodoh tidak tahu gaun apa itu. Black Diamond Dress, salah satu mahakarya dari rancangan Debbie Wingham. Gaun yang terselipkan 100 berlian hitam dan putih dan hanya dipakai oleh wanita kelas atas karena harganya yang menyentuh jutaan dolar Amerika.

Lena menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia melangkah ke arah beberapa gaun yang di gantung di sana. Bola matanya berbinar saat melihat koleksi pakaian yang tersusun cantik. Semuanya kelihatan indah hingga wanita itu tidak tahu mana yang hendak ia beli. Pegawai butik menawarkan beberapa yang terbaik, namun ketika Lena mengetahui harganya, ia enggan untuk membeli barang satu pun.

Lebih dari 20 menit Lena berkutat dengan kegamangannya untuk memilih gaunnya. Matanya melirik ke arah jam di pergelangan tangan. Kemudian ia melihat sekitarnya dan belum juga menemukan tanda-tanda kehadiran Daniel di sana.

Lena memilih satu dress berwarna merah yang ia nilai pantas dan sesuai dengannya. Ia melangkah ke arah kamar ganti untuk mencoba baju pilihannya dengan dibantu seorang pegawai.

"Aku tidak menyukainya," suara baritone tiba-tiba bergema di kamar ganti itu. Lena bisa melihat siapa orang itu dari cermin di depannya yang memantulkan bayangan pria itu.

"Kau gila Daniel! Kenapa kau tiba-tiba masuk ke sini?! Astaga! Keluar sana!" ujar Lena terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh pegawai yang membantu Lena.

"Berikan dia dress itu," ujar Daniel kepada dua pelayan yang ada di belakang Daniel sambil membawa Black Diamond Dress yang tadi dilihat Lena.

"Tunggu dulu!" Ucapan Lena menghentikan langkah kedua pegawai itu. Lena memberikan isyarat tangan agar Daniel mendekatinya. Setelah pria itu berada di sampingnya, Lena menarik baju Daniel untuk membuat pria itu sedikit menunduk dan berbisik, "Dress itu harganya sangat mahal."

"Aku tahu," bisik Daniel sambil punggung tangan kanannya berusahan menutup ucapan bibirnya di telinga Lena.

Lena membalas, "Kau ingin membelinya?"

Daniel mengangguk.

"Apa kau gila?" tanya Lena dengan masih terus berbisik.

"Sedikit," jawab Daniel juga dengan berbisik.

Lena memutar matanya jengah. Ia tidak ingin menghambur-hamburkan uang walaupun ia tidak bisa menampik bahwa sebagian hatinya menginginkan dress berwarna hitam itu.

Daniel menyadari kegundahan Lena. Ia menunduk dan kembali berbisik, "Jangan terlalu banyak berpikir sayang. Ayo manfaatkan suamimu yang kaya ini."

"Kau yakin?"

Daniel mengangguk lagi. "Cobalah dress itu. Aku akan menunggu di luar," tuturnya sembari mengecup kening Lena. Pria itu sengaja mempertontonkan kemesraannya di hadapan para pegawai agar mereka paham posisi Lena dan bersikap hormat pada wanita itu.

Lena memakai dress itu, bercermin dan melihat tubuhnya tidak cukup baik. Walau sedikit samar, namun goresan-goresan bekas sayatan itu masih tercetak di kedua tangannya. Beruntung hiasan tambahan berupa selendang di dress itu bisa menutupi itu. Lena melihat sekali lagi. Potongan dress ini sangat pas di tubuhnya dan membuat tampilan tubuhnya terlihat lebih baik.

Lena menggelung rambutnya dan menata rambutnya dengan rapi. Setelah selesai, ia keluar dan menatap Daniel yang ternyata juga sudah siap dengan tuxedo putih dengan kerah dan kemeja berwarna hitam. Lena terpesona dan nyaris saja mengatakan berapa tampannya pria itu. Namun, ia masih bisa menahan kata-katanya di ujung lidahnya.

My Last YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang