Tentang Kita

4.4K 289 20
                                    

Mendengar perkataan Daniel membuat Lena menggila. Bagaimana mungkin ini terjadi dan ia tidak tahu sama sekali? Sandi mengidap tumor otak yang saat ini telah menjadi kanker stadium akhir. Itu artinya harapan hidup pria itu sangatlah kecil.

Tidak! Lena bukan tidak mengetahuinya, tapi wanita itulah yang abai dengan kondisi Sandi. Ia terlalu fokus dengan ambisi dan dendamnya hingga tak bisa melihat tanda-tanda pelemahan pada tubuh Sandi. Ya, sejak kecil Sandi memang sering sakit dan wajahnya selalu terlihat pucat. Lena tahu itu namun ia tidak mempedulikannya. Bagaimana mungkin ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang sahabat?

Dengan jantung yang bergemuruh dan mata yang berair, Lena yang ditemani Daniel, datang ke rumah sakit di mana Sandi berada. Daniel menahan Lena yang mencoba masuk ke dalam ruangan perawatan Sandi. Hal inilah yang ditakutkan oleh Sandi. Itulah sebabnya, saat itu Sandi datang menemui Daniel untuk menceritakan semua yang menimpa Lena dan strateginya dalam menghancurkan ibunya dan Sia. Daniel memang sempat bertanya waktu itu mengapa Sandi tidak melakukannya sendiri. Tapi penjelasan Sandi lah yang menyentakkan Daniel. Sandi sudah menyadari hidupnya tak akan lama lagi dan ia menyerahkan semuanya ke tangan Daniel. Sekaligus, Sandi meminta Daniel merahasiakan penyakitnya kepada Lena karena ia tak ingin melihat Lena merasa kehilangan lagi.

Lena tak bisa masuk ke dalam. Kondisi kehamilan yang masih memasuki minggu ke 5 tidak diperbolehkan masuk ke ruangan perawatan khusus tempat Sandi dirawat. Beberapa hari Lena habiskan hanya menunggu di luar ruangan sambil mengintip dari kaca di pintu. Dan dari luar ruangan yang ditempati oleh Sandi itu pula Lena dapat melihat dokter yang berbeda-beda, baik pribumi maupun dari luar negeri, datang dan pergi. Namun kondisi Sandi tetap tidak membaik.

Sandi bukannya tidak melakukan pengobatan. Ia sudah menjalani operasi invasif, operasi pembukaan tengkorak (kraniotomi) guna mengangkat sel tumor ganas di otaknya. Operasinya memang berhasil. Namun sel-sel tumor itu nampaknya tidak benar-benar terangkat dan justru menyebar dengan cepat.

"Daniel, apakah Sandi bisa selamat?" kata Lena memandang Daniel di hari kelimanya mengunjungi Sandi.

Daniel melihat ke arah Lena yang menatapnya dengan penuh harap. Daniel sudah berkonsultasi dengan berbagai macam dokter. Pria itu menggeleng pelan dengan raut wajah berduka, membuat Lena tersentak dan meneteskan air matanya.

"Apakah dia tidak bisa membuka matanya lagi?" tanya Lena lagi sembari menatap tubuh Sandi yang terbaring lemah dengan dibantu oleh berbagai macam alat di tubuhnya.

Daniel membalik tubuh Lena dan memeluknya. "Aku tahu ini sangat berat bagimu," ujarnya menenangkan istrinya yang menangis.

"Mengapa kau tidak memberitahuku dari awal Daniel?" kata Lena terisak-isak di dalam pelukan Daniel.

Daniel mengelus rambut Lena, "Dia tak ingin kau bersedih Lena."

Lena terdiam. Ia terus menangis di dekapan Daniel. Daniel yang melihat hal itu langsung membawa Lena untuk pulang. Kondisi mental Lena sangat berbahaya dengan kandungannya saat ini.

Akan tetapi, ketika Lena dan Daniel tiba di apartemen mereka, tiba-tiba Daniel dihubungi oleh dokter bahwa Sandi telah sadarkan diri. Hal itu membuat Daniel dan Lena segera menuju ke rumah sakit lagi.

Sesampainya di sana, Lena dan Daniel terkejut melihat Sandi yang terlihat sedang duduk di atas ranjang di ruangannya dengan senyuman merekah menyambut kedatangan mereka.

Lena melambaikan tangannya dari balik pintu, sementara Daniel mengganti pakaiannya dengan pakaian khusus dan masuk ke dalam. Lena bisa menyaksikan ketika Daniel dan Sandi berdebat sambil sesekali Sandi menoleh ke arahnya. Lena tak tahu apa yang didebatkan kedua pria itu. Tapi beberapa menit kemudian, Daniel keluar dari ruangan dengan mendorong kursi roda yang di duduki Sandi. Mereka menghampiri Lena yang sedang duduk di kursi tunggu.

My Last YesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang