Dua Puluh Tiga~

19 1 0
                                    

Sesampainya dikelas, Fey menaruh kepalanya dimeja. " Allah, kenapa sih temen SMA gue pada aneh gini " batinnya miris. " Kenapa ga kayak ceritanya Tsubasa, yang temenannya keren gitu. " lanjutnya berangan-angan.

Sebenarnya sama saja, Fey-terlihat-sedikit-aneh.

Pintu kelas terbanting, Aldy yang membuka pintu langsung berteriak. " Fey, kok aku ditinggal! Untung ga kesasar! " katanya tak peduli suasana kelas. Fey hanya menoleh, mengernyitkan dahinya. " Punya mulut kan? Bisa nanya orang? " katanya sambil memalingkan wajah, Aldy mendekatinya dengan muka tertekuk lalu duduk disebelah Fey.

" Eh iya Fey. Kamu suka sepak bola? " Aldy bertanya seperti itu karna tak sengaja melihat wallpaper Fey bergambar Real Madrid. " Hah? Iya. " kata Fey tersadar. " Aku juga suka. Kamu suka pemain yang mana? Aku suka BBC, keren. " jelas Aldy semangat. " Iya, gue juga suka. " kata Fey tak menoleh sama sekali.

Fey tersadar dengan kata Aldy saat dikantin. " Eh, lo anak futsal kan? Ikutan club mana? " tanya Fey ingin memastikan. " Ohh, iya. Aku ikut club Persebaya Junior. Tapi karna pindah Jakarta, masih bingung mau masuk club mana. " jelas Aldy. Fey hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Tak lama kemudian guru pengajar memasuki kelas. Melanjutkan pelajaran minggu lalu.

Sesekali Aldy bertanya. Entah nama guru tersebut, bagaimana sifatnya, atau tentang murid-murid disekolah, pendaftaran ekskul, dan sebagainya. " Keliatannya doang kalem. Nyatanya cerewet banget astaga!! " batin Fey kesal. " Hmm, kalo yang... " Aldy ingin bertanya lagi, tapi Fey langsung memotongnya, " Ok, lo banyak tanya dan gue males jawabinnya. Tanya ke orang lain aja. " kata Fey kasar. " Tapi... " Aldy menggantung kata-katanya. " Udah, gaada tapi-tapian. Idc Dy. I dont care! " kata Fey langsung memotong, membuka bukunya melanjutkan pelajaran. Aldy menghela nafas berat.

Padahal niatnya hanya ingin mengobrol, karna kalau tak seperti ini sikap Fey jauh lebih dingin. " Pengen ngobrol aja gaboleh. " gumam Aldy pelan.

Saat pulang sekolah, Fey masih didalam kelasnya. Ia sengaja keluar terakhir karna tak mau ramai-ramai. Aldy yang sudah keluar duluan, tak disangka menunggu Fey didepan kelas.

Saat Fey hendak keluar, Aldy langsung berdiri dan menyapanya. " Hai, aku nungguin kamu lo. " sapa Aldy dengan senyum ala pangeran yang-bisa-membuat-siapa-saja-seketika-luluh-dengannya. Tapi tidak untuk Fey. Fey hanya tersenyum dan mengangguk.

Tiba-tiba ada teriakan dari sebelah kiri kelas Fey. " FEYY!! JANGAN PULANG DULU!! " kata seseorang sembari berlari kencang. Sesampainya depan kelas Fey, Rey tersenyum manis walau nafasnya sedikit terengah-engah. " Hmm, maaf gue telat. Tadi ada rapat OSIS bentar. " katanya menjelaskan. Tapi, jawaban Fey malah membuatnya Rey sekaligus Aldy langsung kaget. " Gue ga nyuruh jemput, gue bisa jalan sendiri. " katanya sambil melihat mereka berdua.

Keduanya sama-sama diam. " Ta.. Tapi.. Gue kan.. " kata Rey terbata-bata, yang dilanjutkan oleh Aldy. " Kita udah belain lo, eh tepatnya aku. Aku udah belain nunggu kamu lama. Kok malah gini? " Aldy memerotes, bingung.

" Gue bisa pulang sendiri, makasih. " kata Fey sembari meninggalkan mereka berdua.

Mereka hanya menoleh satu sama lain. " Gila ni cewek, ga ngerti perjuangan banget. " batin hati mereka masing-masing.

Saat sampai didepan gerbang sekolah, Fey terkaget karna tepat dibelakangnya ada vas bunga yang jatuh. " Eh, apaan nih. " reflek Fey sambil menoleh melihat sesiapa yang ada disana. Rena dan Dena yang melihat dari atas pun mengaduh. " Duhh, kok ga kena Fey sih! Harusnya kan kena dia!! " omel Dena karna memang vas tersebut ditujukan untuk Fey. Dena dan Rena sedikit beradu mulut. Saling menyalahkan karna lemparan vas bunganya tak mengenai kepala Fey.

Telinga Fey menangkap suara gaduh diatas. Ia menoleh dan mendapati Dena dan Rena menunjuk dan memanggil nama Fey.

Samar-sama terdengar bahwa Dena berkata, " Coba aja kalo lemparnya dikerasin dikit, pasti pas tuh kena kepala Fey. Atau karna dianya yang kurang maju. " gumamnya dengan Rena. Fey yang mendengarkan langsung melotot, memperlihatkan aura seramnya. " Hei, yang baik lah kalau sama cewek. Inget-inget aja. Gue mantan anak karate sabuk hitam. Baru lulus taun kemarin. " kalimat Fey seperti mengancam. " Gue duluan kakak-kakak. " katanya meninggalkan mereka karna pak Den sudah datang menjemput.

Dena dan Rena pun menoleh kebawah, mereka membulatkan matanya melihat Fey masuk kedalam mobil. " Whhattt!! Jadi? Fey denger yang kita omongin??!!! Gimana dongg!! " panik Rena tak henti-henti. " Mana sabuk hitam lagi, lupa gue. Mampus dahhh! " lanjut Rena tak berhenti panik.

Dena yang mendengarkan pun langsung mendengus kesal. " Goshhh!! Udahlah tenang aja. Perjuangin apa yang harus diperjuangin, jangan kalah cuma gara-gara gitu. Lagian belum tentu kalo dia beneran anak karate. " jelas Dena yang membuat Rena sedikit lebih tenang.

Mereka pun pulang kerumah masing-masing, dengan fikiran yang berputar, berfikir bagaimana Fey bisa disakiti agar tak mendekati kedua pujaan hati mereka. Aldy dan Rey.

Live, Food, and Football. Lil Bit Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang