Lembaran 18

614 82 5
                                    

Lembaran 18

Langkah kaki kak Kegan begitu lebar dan cepat membuatku kesulitan untuk mengejarnya. Mendengus ketika ia hanya melirikku sejenak yang berusaha menyusulnya sebelum kembali berjalan dengan tempo yang seperti semula.

"Kak-"

"Gue pengen makan di kantin." Potongnya seakan tahu apa yang ingin aku tanyakan.

Hufftt, selama menjadi pacar pinjaman, aku merasa bukan seorang pacar tapi lebih ke pesuruhnya. Memang sih tidak seperti di novel-novel wattpad. Tapi tetap saja sikap kak Kegan yang seperti ini itu selalu membuatku gemas ingin menyambitnya dengan novel yang aku bawa.

Aku menunduk, melihat novel berjudul Tebaran Mega karya Sutan Takdir Alisjahbana milik kak Vigo ditanganku. Tersenyum mengingat ia yang selalu membawa-bawa novel ini setiap main keluar, berharap akan bertemu denganku dan meminjamkan novelnya. Serta kertas pembatas yang dibaliknya terdapat rentetan nomor telepon miliknya, berharap aku menghubunginya untuk memudahkan komunikasi kami.

Tanpa sadar aku terkekeh dan hal itu membuat kak Kegan menoleh dengan salah satu alisnya terangkat.

"Lo sehat?" Tanyanya.

Aku hanya mendengus, ia mengendikkan bahunya tak acuh dan menggiringku menuju sebuah meja panjang, yang disamping kiri sudah terisi. Seluruh meja sebenarnya sudah penuh, hanya meja panjang ini yang menyisakan empat tempat duduk kosong. Kak Kegan mengambil tempat duduk dihadapanku.

"Mau pesen apa?" Tanyaku ketika aku akan beranjak untuk mengantri, namun ia menahannya.

"Gue yang pesenin, lo mau makan apa?"

Aku kembali duduk.

"Samain aja." Kataku dan ia segera beranjak dari tempatnya.

Selama menunggu kak Kegan memesan makanan, aku memperhatikan sekitar kantin dan melihat segerombolan anak Cheerleader yang tengah berkumpul disatu meja panjang. Mereka terlihat asik membicarakan suatu topik bahasan. Aku tersenyum melihat kak Tiana tertawa sembari melempar kulit kacang kearah temannya.

Kak Tiana memang supel orangnya, tidak heran banyak sekali siswa di SMA Mataram berteman dan dekat dengannya. Dia cantik, tinggi, putih, pintar menari bahkan di gadang-gadang menjadi kandidat kuat ketua ekskul cheerleader tahun ini yang akan segera diumumkan. Tentu saja aku mendukungnya. Kak Tiana pantas mendapatkannya.

Aku terus memperhatikan mereka hingga salah satu dari mereka menoleh kearahku. Dia Meiyana, teman SMP kak Tiana. Ia tersenyum padaku, namun aku tidak membalasnya dan memilih memperhatikan kak Kegan yang kini berjalan kearah meja kami. Aku tidak suka Meiyana dan senyumnya sejak kami satu SMP.

"Nih,"

Aku menatap mangkuk berisi bakso yang di sodorkan kak Kegan dengan mata berbinar. Kebetulan sekali aku sedang ingin makan bakso.

Aku menatap kak Kegan yang sudah duduk dengan nyaman dan mulai mengaduk kuahnya mencampur bumbu.

"Makasih kak." Kataku yang hanya dibalas deheman.

Kami mulai makan dengan diam, dan aku lebih memilih mendengarkan suara berisik siswa siswi SMA Mataram hingga satu suara menarik perhatianku.

"Itu apaan Gan?"

"Kupon diskon empat puluh persen dari toko buku."

"Emang lo ngapain ke toko buku tumben amat."

"Gue disuruh sama bu Mita beli buku kumpulan soal, lo lupa gue 'kan udah kelas dua belas, disuruh banyak-banyak makan soal buat UNBK."

"Eh, kenapa lo remes gitu kuponnya?"

Mataku melirik siswa yang makan disampingku, berjarak tiga kursi, yang sebelumnya terisi namun sekarang sudah kosong hingga aku bisa melihat siswa itu meremas kuponnya dan memasukkannya kedalam mangkuk membuatku menahan nafas.

I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang