Lembaran 1

2.6K 141 23
                                    

Aku ingin, satu kesempatan lagi untuk bisa memegang tangannya

Satu kesempatan lagi agar aku bisa membuatnya tersenyum

Satu kesempatan lagi untuk menghabiskan waktu bersamanya

Namun, jika tetap tidak ada. maka,

Izinkan aku melihatnya dan mengatakan satu hal yang belum pernah aku katakan padanya.

Pada dia, gadisku.

🌹 Kegan Dirgantara 🌹


Lembaran 1

Aku menatap tag kelas XII Mia 1 dengan ragu, ingin rasanya aku pergi dari wilayah anak-anak kelas 12 jika getar ponsel di saku seragamku menghentikan niat. Aku melihat nama yang memanggilku.

Kegantengan calling...

Tek

"Ha-"

"Lo masih dimana? Lama banget!" Seru orang diseberang dengan geram dan menutup sambungan begitu saja tanpa berniat mendengar balasan. Aku menjauhkan ponselku dari telinga. Menatapnya dengan sebal. Belum saja aku menyapa halo dia sudah memutuskan sambungannya setelah dia bicara.

Huffttt... Bulat tidak bulat tekadku. Aku harus masuk kedalam kelas para senior. Semangat Ariellea Mahardika.

Aku berjalan risih memasuki kelasnya, seluruh penghuni kelas menatapku dengan pandangan aneh. Nyaris saja aku akan berbalik pergi jika tidak menemukan sepasang mata yang menatapku tajam seakan menyuruhku untuk mendekatinya. Langkahku semakin kaku saja setelah berjalan kearahnya, dan membuat seluruh penghuni kelasnya kini berbisik keras.

"Bukannya dia itu adiknya, Tiana?"

"Kok dia ke kelas ini sih, bukan pacarnya yang dateng? Gak biasanya."

"Mungkin mereka lagi berantem, jadi yang mewakili adiknya."

Uuh, mereka tidak tahu tata cara berbisik yang baik dan benar ya? Sampai bisa terdengar, asal kalian tahu saja, itu bukan berbisik namanya!

Brak!

Aku terlonjak kaget, langsung menoleh kearah cowok yang duduk dikursinya tengah menatapku malas. Tatapannya menunjuk pada sebuah kotak bekal yang baru saja ia lempar di meja. Seketika saja pikiranku tertuju pada satu orang.

"Ooh... Titipin buat kak Tiana." Aku mengangguk paham, hendak mengambilnya namun bekal itu ditarik lagi olehnya. "Lah, kenapa kak?" Tanyaku bingung.

"Lo yakin udah SMA?" Tanyanya membuatku mengangguk bingung.

"Tapi kok bego." Celetuknya dengan ringan.

Aku menjatuhkan rahangku mendengarnya. Iisssh... Omongannya itu, bibirnya minta dicubit.

"Lo kan minjem gue buat jadi pacar lo." Katanya setengah-setengah membuatku setengah mati juga ingin mencekiknya. Mengapa aku bisa meminjam pacar jenis seperti ini?

"Lo gak ngerti juga?" Tanyanya.

Aku mencebik.

"Buat aku 'kan?" Tanyaku mencoba menerka. Akhirnya ia mengangguk.

Aku mengambilnya.

"Makasih, kak." Kataku lalu berbalik dan segera keluar dari kelas menyeramkan itu.

Eerrrr!

Andai saja waktu itu diriku yang lain tidak melakukan kesalahan bodoh. Aku tidak akan mendapat kesialan ini. Perasaan, aku ini anak manis yang baik dan rajin belajar, tidak pernah terlambat sekolah dan selalu menolong kedua kakakku yang rese, mengapa harus mendapatkan kak Kegan yang menyebelinnya minta dicuekin itu sebagai pacarku?

Aku menunduk, menatap kotak yang dia berikan. Apa isinya ya? Kok tumben dia ngasih beginian? Isinya gak dicampur racun kan-

"Ariel!"

Aku langsung menoleh kearah kak Tiana yang mengagetkanku di balik tembok. Nyaris saja aku akan menimpuknya dengan kotak bekal yang aku pegang jika yang mengagetkanku itu sahabatku bukan kak Tiana.

Ia tersenyum manis padaku. Berbanding terbalik denganku, kakakku yang sangat cantik ini terlihat bergaya. Dia memakai kemeja yang pas ditubuhnya bukan kemeja gombrang, roknya yang diatas lutut mempercantik kaki jenjangnya tentu berbeda denganku yang memakai rok sebatas lutut. Sepatunya mengkilap dengan warna pink lembut sedangkan sepatu hitamku warnanya sudah sedikit berubah. Rambutnya yang aslinya lurus ditata menjadi bergelombang indah dengan bantuan catokan. Tergerai hingga pinggang. Rambutku? Hanya diikat satu. Jangan lupakan make up natural yang menghias wajahnya. Aku? Hanya bedak dan lipbalm, itu juga make up kan?

Matanya yang memakai softlens berwarna coklat hingga terlihat seperti mata boneka menatap lekat kotak bekal yang aku pegang. Refleks, aku menyerahkannya.

"Ini buat gue? Dari Kegan ya?" Tanyanya senang.

Aku mengangguk. Bukan maksudku membohonginya, justru aku lebih tidak enak lagi jika mengatakan kotak bekal yang diberikan kak Kegan itu untukku. Kak Tiana pasti marah dan sedih mengetahui fakta bahwa pacarnya menyiapkan bekal untuk adiknya yang berstatus pacar pinjaman saat ini.

"Lo mau gak?" Tawarnya, setelah mengambil kotak itu, membukanya dan memperlihatkan isi kotak itu dengan beberapa potong roti berisi selai coklat.

Aku menjulurkan tangan hendak mengambil satu potong namun tangan kak Tiana menjauhkannya.

"Enak aja!" Serunya lalu menjulurkan lidahnya dan pergi begitu saja.

Aku hanya bisa cemberut. Aku juga belum sarapan. Uang jajanku juga diambil kak Tiana, sebagai hukuman membuatku tidak bisa pergi ke kantin untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan. Benar-benar diriku yang lain itu membuatku repot.


To Be Continued


Di publish ulang, yang kemarin wattpadnya error bikin rada rada deh 😂

I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang