Lembaran 9

723 85 7
                                    

Aku tidak ingin bersembunyi atau menyembunyikan. Aku ingin mereka tahu dan tetap menerimaku. Terlalu besarkah harapanku?

🌸 Ariellea Mahardika🌸

Lembaran 9

Riuh sorak sorai penonton yang memenuhi tribun, di tengah lapangan basket indoor milik SMA Mataram. Beberapa anggota cheerleader SMA Mataram saling berhadapan dengan anggota cheerleader SMA Kentara. Setelah mereka bersalaman dan mempersilahkan tuan rumah menampilkan tariannya lebih dahulu disambut sorak sorai siswa siswi disana.

Kegan bersama timnya yang sedang melakukan pemanasan dipinggir lapangan, terpaku sejenak melihat penampilan Tiana yang menawan. Cewek itu tengah menggerakkan seluruh badannya dengan lincah, rambutnya yang dikuncir sebagian memantul indah, dengan wajah yang dipoles make up sedikit tebal dari biasanya tersenyum lebar dengan semangat dan penuh enerjik.

"Si Ariel kemana sih? Masa gak mau nonton abangnya tanding sekali aja." Gerutu Karel sembari merenggangkan kakinya agar tidak kaku. Dumelannya terdengar jelas ditelinga Kegan, hingga cowok itu menoleh dan mendapati mata Karel menjelajah setiap penonton berharap salah satu diantara mereka adalah Ariel.

Kegan kembali melanjutkan pemanasannya dibagian kaki dengan mencoba berlari cepat ditempat lalu meloncat setinggi mungkin. Kembali fokus untuk melemaskan otot otot tubuhnya saat penampilan sekolahnya selesai.

Riuh tepuk tangan menggema, tanpa terasa kedua tim cheerleader sudah menampilkan kreasinya, dan mereka kini tengah berdiri dipinggir lapangan dengan pompom di kedua tangannya menyemangati tim basket  masing-masing.

Para pemain inti basket dikedua kubu mulai memasuki lapangan. Kegan menepuk bahu Karel yang masih menjelajahkan pandangan ke penjuru penonton dengan penuh harap.

"Udahan dulu, paling adek lo, datengnya di pertengahan pertandingan." Kata Kegan mampu membuat Karel mengalihkan perhatiannya, cowok itu mengangguk merasa lega Kegan tidak diam lagi padanya. Mereka mulai memasuki lapangan bersiap.

🍃IBYB🍃

"ARIEL!"

Aku berjengit mendengar teriakan Ivanka, dan setelahnya mengernyit merasakan sinar matahari langsung menyorot wajahku yang sebelum tertutup buku novel yang sekarang entah pergi kemana.

"Bangun, Riel! Lo bener gak bakal nonton pertandingan basket!? Gue rela nyari lo pas pertandingannya dijeda waktu istirahat, kakak lo sama kak Kegan cakep gila, Ariel!" Seru Ivanka heboh.

Aku menghalau sinar matahari yang mengenai wajahku dengan telapak tangan yang terjulur ke atas sebelum membuka mata.

"Kamu sana nonton, keburu mereka main lagi. Kalau aku sih, gak mau." Jawabku serak dan malas.

Tenggorokan dan otakku kering dipakai latihan debat tadi sebelum beberapa hari mengikuti seleksi debat tingkat nasional. Sudah tidak ada jatah untuk ikut berteriak menyerukan nama kakakku.

"Tapi, Riel, Kak Kegan main."

Dahiku berkerut.

"Lah, emang dia main, orang dia kapten dan masuk tim inti, ya kali gak main." Decakku.

Ivanka terlihat gemas, bahkan ia sudah duduk dirumput

"Sekarang 'kan dia pacar lo, Riel!" Seru Ivanka. " Tega banget lo gak nyemangatin dia." Lanjutnya gemas.

Aku terkekeh mendengarnya

"Cuman pacar pinjaman, Ka. Gak lebih, gak harus diistimewain." Sahutku, lagipula itu karena Jessy.

I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang