Boleh tidak aku berharap kembali, mereka akan memujiku seperti yang mereka lakukan pada kedua kakakku.
🌸Ariellea Mahardika🌸
Lembaran 10
Kami berjalan beriringan menuju kantin. Aku, kak Karel, kak Tiana dan kak Kegan. Sebelum masuk kelas tadi, kak Karel terus memaksaku untuk ikut bergabung dikantin pada jam istirahat.
Kami memasuki kantin yang ramai dan terlihat semua meja sudah terisi. Aku menghela napas melihat keadaannya.
"Tuh, gabung sama anak-anak." Kata kak Karel menunjuk meja panjang berisi anak-anak basket. Aku menoleh, menatapnya ragu. Pasalnya tubuhku saat ini sedang tidak stabil. Aku takut yang lain mengambil alih dalam keadaan yang tidak tepat. Mending jika yang muncul adalah Jessy, bagaiman jika Riella atau yang lain mungkin?
"Lo mau pesen apaan? Gue pesenin." Katanya tidak mempedulikan tatapanku.
"Malah diem, ya udah, tuh ikutin Tiana." Katanya lagi sembari mengusap belakang kepalaku sebelum mendorongnya pelan membuatku dengan berat hati melangkahkan kaki menyusul kak Tiana
Para cowok itu sibuk bercengkrama seru membahas pertandingan tadi.
"Akhirnya kita bisa ngalahin tim Adlegar."
"Skornya tipis banget, Anjir!"
"Kerenlah si Kegan mainnya three points mulu buat nyeimbangun skor."
"Hai, gabung ya."
Semuanya menoleh, mendengar sapaan kak Tiana. Mereka tersenyum lalu mempersilahkan kak Tiana duduk. Kak Tiana menarik tanganku mengambil tempat duduk disisinya.
"Karel sama Kegan kemana?" Tanga salah satu cowok bername tag Rio.
"Lagi pesenin kita makanan." Jawab kak Tiana ramah.
"Ah, lo Ariel ya? Adeknya Karel yang bungsu?" Tanya cowok satunya bername tag Aldo.
Aku hanya tersenyum canggung.
Mereka semua mengangguk.
"Tadi, si Karel ngedumel mulu selama pertandingan ngarepin lo nonton dia." Seru satunya lagi bernama Rayan sembari meminum soda."Tahu tuh, nih anak gak mau nonton abangnya main. Heran gue, yang lain pada mau nonton gue, dia mah kagak mau." Sungut kak Karel yang baru tiba membuat yang lainnya tergelak. Ia membawa nampan berisi dua mangkuk bakso dan dua gelas teh manis dingin. Kak Kegan berjalan dibelakangnya dengan bawaan yang sama.
Kak Karel mengangsurkan mangkuk berisi bakso dan segelas teh manis dingin kearahku, lalu mengambil tempat duduk dihadapanku. Kak Kegan melakukan hal yang sama pada kak Tiana.
"Kenapa lo tadi gak nonton?" Tanyanya sewot.
Aku meringis ketika mengaduk kuah bakso.
"Aku tadi latihan kak." Kataku, memang benar aku latihan dan dilanjut dengan tidur ketika tahu waktunya masih ada daripada nonton pertandingan.
"Latihan apa dek?" Tanya kak Tiana.
Dahi kak Karel berkerut menunggu.
"Debat buat nanti ditingkat nasional." Kataku pelan.
"Anjir, sejak kapan dek!?" Seru kak Karel tidak kalem.
"Udah lama,"
"Kok lo gak cerita?" Tanya kak Tiana ikut menolehkan kepalanya padaku.
Aku yang akan memakan bakso kecil terhenti, menatap penghuni meja yang ternyata tertuju kearahku. Aku meringis
"Perasaan yang gue tahu, peserta debat ngambil anak kelas sebelas deh." Celetuk Rio.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]
Novela JuvenilAriellea Mahardika yang memiliki gangguan Dissociative Identity Disorder atau kepribadian ganda hanya ingin menjalani kehidupannya dengan normal seperti remaja lainnya dan berusaha untuk tidak membuat ulah yang akan menyebabkan beberapa sosok asing...