Lembaran 36
Plak
Astaga!
Pipiku sepertinya sudah kebal dengan tamparan, aku menghela napas melihat Meiyana yang menatapku nyalang. Sekarang apalagi? Apa dia tidak puas mengurungku di gudang belakang sekolah waktu itu?
"Penjilat."
Apa lagi yang ia sematkan padaku kali ini.
"Maksud kamu?"
Ia mendengus.
"Lo sama bokap lo sama-sama penjilat." Katanya membuatku menghembuskan napas lelah.
"Terserah kamu, Mei, mau bilang aku apa." Kataku lelah meladeninya, yang ada aku berakhir dengan diambil alih oleh diriku yang lain.
"Gue gak terima sebelum lo balikin lagi apa yang dibeliin bokap gue buat lo!" Serunya membuatku mengerutkan dahi.
"Aku gak nerima apapun dari bapak kamu." Kataku, dan memang benar aku tidak menerima apapun. Lagipula untuk apa Papanya Meiyana memberiku sesuatu?
Meiyana berdecak.
"Jangan bohong, gue tahu!" Serunya kesal seakan itu memang benar-
Tunggu, bukankah kemarin Papa memberikan sesuatu pada kedua kakakku? Apa...
"Tapi, aku emang gak nerima apapun dari Papa aku kemarin." Kataku jujur membuat dia menggeram.
"Terserah, pokoknya gue akan bikin lo ngebayar apa yang udah bokap gue kasih!" Serunya lalu keluar dari toilet dengan kaki menghentak.
Aku hanya menggeleng menanggapinya.
Semoga dia tidak bertindak lebih jauh lagi.
🍃🍃🍃
Semua anak Cheerleader dan anak Basket berkumpul di lapangan indoor, mereka berdoa dan menyerukan yel-yel. Semuanya tampak tegang, meski ini pertandingan persahabatan namun jelas akan membawa nama sekolah jika mereka bisa memenangkannya.
Kegan berbalik ketika semuanya mulai membubarkan diri, ia menatap penjuru tribun penonton berharap salah satu diantara mereka adalah orang yang menyemangatinya. Tapi nihil, dan cukup membuat Kegan menghela napas.
Ia menoleh ketika bahunya di tepuk.
"Tahu 'kan sekarang gimana rasanya nunggu si Ariel yang gak nonton-nonton pertandingan?"
Kegan terkekeh dan mengiyakan dalam hati. Padahal ada kakak dan pacarnya sedang bertanding, ia malah menghilang entah kemana. Sedangkan siswa lain berbondong-bondong untuk menonton mereka.
Seluruh anak basket telah melakukan pemanasan dan mereka berdiri di pinggir lapang ketika cheerleader tim lawan tengah beraksi di tengah lapang, begitu enerjik membuat penonton begitu riuh berseru.
Tiana tampak tegang, begitupun anak Cheerleader lainnya meski sudah di semangati oleh ketua tim untuk tenang. Cewek itu tampak berdecak kagum ketika seorang flyer di lempar dan mendarat dengan indah. Ia jadi merasa sedikit kurang percaya diri sebagai flyer.
"Lo bisa lebih bagus dari itu." Kata ketua cheerleader menyemangati. "Inget lo latihan paling giat." Katanya membuat Tiana lebih percaya diri.
"Thanks kak." Katanya.
Cewek yang menyemangatinya itu berbalik.
"Meiyana, tolong kasih CD lagu yang akan mengiringi penampilan kita,"
Meiyana langsung mengangguk, ia lalu berbalik.
🍃🍃🍃
Pagi cerah seperti ini, lebih enak dipakai membaca buku di taman sekolah yang cukup sepi. Aku terkekeh mengingat kak Kegan yang menginginkan aku untuk menonton pertandingannya. Tapi aku tidak suka tempat yang ramai, hingga akhirnya aku tidak kunjung merealisasikan keinginannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]
Teen FictionAriellea Mahardika yang memiliki gangguan Dissociative Identity Disorder atau kepribadian ganda hanya ingin menjalani kehidupannya dengan normal seperti remaja lainnya dan berusaha untuk tidak membuat ulah yang akan menyebabkan beberapa sosok asing...