Lembaran 25

629 78 5
                                    

Lembaran 25

Entah mengapa ia merasa ikut gugup sampai ia memilih untuk duduk dikursi yang tersedia di halaman gedung tempat lomba debat dilaksanakan. Kegan kembali menghela napas, melirik jam tangannya. Ia sudah berada di tempat ini menemani Ariel lebih dari dua jam.

Debat yang tengah berlangsung di dalam sebuah gedung yang berada dihadapan Kegan membuat ia tersenyum seraya mengucapkan kata penyemangat di dalam hati.

Beberapa orang yang keluar dari gedung itu tampak bergairah menceritakan keadaan di dalam ketika melewati Kegan. Membuat cowok itu menarik kesimpulan bahwa di dalam sana begitu seru mempertahankan dan mengeluarkan argumennya masing-masing.

Drrt... Drrrtt...

Gawai milik Kegan bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ia segera menerimanya setelah melihat nama yang tertera di layar.

"Gimana adek gue?"

"Dia udah masuk dari dua jam yang lalu."

"Lo gak ikut liat?"

Kegan menggeleng.

"Gue gak suka liat orang adu bacot."

Terdengar kekehan Karel.

"Adu bacot kata lo? Haha, itu jelas-jelas jauh lebih berkelas daripada sekedar adu bacot, nyet!" Seru Karel terdengar tidak terima.

Kegan terkekeh, ikut merasakan betapa sayangnya Karel pada Ariel. Terkadang membuat ia iri ingin memiliki saudara, agar ada yang selalu mendukungnya, dan mau mendengarkan curahan hatinya. Terdengar lebay memang, tapi Kegan bersungguh-sungguh menginginkan ada yang benar-benar mengerti dirinya.

"Oh iya, adek gue belum sempet makan, dia tadi makan dulu gak pas sama lo?" Tanya Karel.

"Shit, kenapa gak bilang?!" Seru Kegan, ia lalu memutuskan panggilannya dan berlari menuju mini market di sebrang area gedung. Meraih beberapa bungkus roti, beberapa susu kotak, beberapa biskuit dan dua botol air mineral.

Ia kembali berlari menuju halaman gedung berniat masuk kedalam namun langkahnya terhenti ketika melihat Ariel yang berdiri dihadapannya dengan kedua alis terangkat.

"Lho, kakak kok diluar? Gak ikut masuk?"

Kegan berjalan mendekat.

"Lo gak pingsan?"

"Hah?" Ariel melongo mendengar pertanyaan Kegan.

"Lo belum sarapan dan sekarang udah mulai siang. Otak lo gak mandet buat di pake debat 'kan?"

Ariel terkekeh geli, membuat Kegan terpaku. Entah mengapa, ini bukan pertama kalinya Kegan melihat Ariel tertawa kecil seperti ini. Tapi, ia merasa ini sosok Ariel yang sebenarnya.

"Kakak lucu deh, aku sering gak sarapan, udah biasa juga. Bahkan pas ikut olimpiade matematika di SMP aku gak sarapan dulu, dan masih bisa berpikir." Jelasnya.

Kegan mengerjap, lalu mendengus.

"Tetep aja, lo harus makan dulu, biar otak lo gak makan tubuh lo yang lain."

Kembali Ariel tersenyum geli.
"Lagian sebelum lomba aku sama dua rekan aku, dikasih roti sama Bu Mita buat ganjel sambil nunggu giliran."

Kegan merutuki dirinya yang tidak seperti biasa. Menghawatirkan orang lain,

"Udah terlanjur beli gue." Dengusnya sembari mengulurkan kantung kresek berlogo mini market.

Ariel mengambilnya,

"Terima kasih." Ia lalu melihat isinya. "Whoaaa kakak beli banyak banget, mau dibagiin ke anak-anak?" Ia menunjuk Gamma dan Andra yang berada tidak jauh terlihat berdiskusi.

I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang