Lembaran 31

729 93 9
                                    

Lembaran 31

Rahang Kegan mengeras mengetahui jika Ariel saat ini tengah menghabiskan waktu bersama Vigo. Harusnya ia tidak seperti ini, harusnya ia senang jika ada yang bisa membuat Ariel melupakannya. Tapi, ia merasa tidak rela.

"Kegan, Ariel sama Vigo cocok ya? Mereka punya kesukaan yang sama jadi kalo mereka jalan udah punya tempat yang mau dituju, yang pastinya tempat yang mereka sukai. Gak kayak kita, kalo mau jalan bingung soalnya kesukaan kita beda." Tiana berceloteh dengan riang, ikut merasa senang dengan Vigo yang mendekati Ariel.

Kegan hanya mengatupkan bibirnya, mencoba tidak mengindahkan ocehan Tiana yang membuat hatinya panas.

"Lho, Kegan kok puter arah?"

Entah apa yang ada dipikiran cowok itu, namun yang pasti ia memacu motornya menuju tempat Ariel dan Vigo.

Katakan dia sudah gila.

🍃🍃🍃

Aku mengerutkan dahi ketika melihat kak Kegan menggandeng kak Tiana berjalan kearahku. Rahangnya mengeras dan tatapannya dingin.

"Ariel, lo udah baca Sengsara Membawa Nikmat?"

Aku menoleh ketika kak Vigo mengangsurkan novel yang ditanyakan.

"Udah kak." Kataku, ia lalu mengangguk, kembali fokus pada deretan novel lainnya.

"Lo suka puisi?" Tanyanya kemudian, aku yang akan melirik kak Kegan terpaksa kembali menoleh.

"Aku suka puisi karya Chairil Anwar." Kataku, ia lalu mengambil buku antologi puisi karya Chairil Anwar berjudul Aku Ini Binatang Jalang.

Aku terkekeh.

"Ini legend banget," kataku ikut menyentuh bukunya.

"Lo udah punya? Kalau Tiga Menguak Takdir?"

"Itu yang sama Asrul Sani dan Rivai Apin?" Tanyaku memastikan.

"Iya, lo udah punya?"

Aku mengangguk membuat ia mengerucutkan bibirnya. Ia lalu beralih mengambil buku antologi karya W.S Rendra dengan antologi berjudul Puisi-puisi Cinta.

"Kalo yang ini?"

Kali ini aku menggeleng membuat dia terlihat bergairah.

"Ada satu puisi didalamnya yang berjudul Kangen." Katanya.

"Kak Vigo hafal?" Tanyaku dan dia mengangguk.

"Coba?" Tantangku.

Ia berdehem.

"Pohon cemara dari jauh,
Membayangkan panjang rambutnya,
Maka aku pun kangen kekasihku,
Sagan, 1950." Ujarnya dengan nada genit pada kata kekasihku.

"Aku tahu karya W.S Rendra itu puisi yang berjudul. Balada Terbunuhnya Atmo Karpo." Kataku.

Kak Vigo mengangguk,

I Borrow Your Boyfriend [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang