Los Angeles, USA
08.30Seperti biasa, Jessica terbangun dari tidurnya dan memeriksa Carsten. Karena bayi itu sudah bertumbuh, maka Jessica tidak menidurkan Carsten di sebelahnya lagi di attached infant bed to parent bed, melainkan di infant bed biasa. Carsten rupanya sudah bangun dan sedang mengemut tangannya sendiri.
"Selamat pagi Sayang. Aduh duh, udah ngemut aja pagi-pagi." ucap Jessica sambil menggendong Carsten. Carsten mengoceh tidak jelas sambil tersenyum. Salah satu tangan mungilnya menyentuh wajah Jessica. "Uhh lucu banget sih kamu." ucap Jessica kemudian mengecup-ngecup pipi tembem Carsten. "Ke kamar Daddy Dylan yuk?" ajak Jessica sembari menuju pintu kamar.
Jessica turun satu lantai menuju lantai dua untuk menemui Dylan. Jessica mengetuk pintu kamar tunangan nya itu terlebih dahulu. Dylan belum membukakan pintu saat Jessica mengetuk untuk kedua kalinya. "Dyl aku masuk ya?" ucap Jessica dengan ragu. Akhirnya gadis dan bayi itu masuk ke kamar Dylan dan mendapati Dylan masih tidur pulas dengan posisi tengkurap.
"Daddy Dylan masih tidur, Carsten." ucap Jessica. "Tunggu dibawah aja ya." sambung gadis itu. "Jes." panggil Dylan tiba-tiba. Jessica menengok. "Loh? Kamu udah bangun? Aku ganggu ya?" tanya Jessica. "Enggak kok. Sini." jawab Dylan sambil menggoyangkan tangannya dan masih pada posisi tidurnya.
Laki-laki itu masih sangat ngantuk. Jessica mendekat pada Dylan. "Kenapa? Aku bikin kamu bangun ya?" tanya Jessica tidak enak. "Enggak Sayang, kan aku udah bilang. Sini aja temenin aku, aku masih ngantuk." jawab Dylan sambil menggenggam tangan gadis itu.
"Kalo masih ngantuk ya tidur lagi. Aku tunggu dibawah aja biar ga ganggu kamu." balas Jessica. "Jangan. Disini aja." ucap Dylan dengan manja. "Ya aku ga mungkin duduk begini terus sambil gendong Carsten, Dyl." balas Jessica. "Carsten di infant bed aja ya. Please." pinta Dylan dengan lemas. "Oke, oke. Sebentar ya." ucap Jessica kemudian berdiri dan kembali menempatkan Carsten di infant bed nya.
Beruntung bayi itu langsung bermain dengan boneka di infant bed nya yang berada di kamar Dylan. Kemudian Jessica kembali duduk di sebelah Dylan yang masih tidur pada posisi tengkurapnya. Dylan kembali menggenggam tangan calon istrinya itu.
"Kamu gapapa berdua di kamar sama aku?" tanya Dylan. "Gapapa kok, asal ga aneh-aneh aja." jawab Jessica. Dylan tersenyum jahil. "Oke." balas Dylan.
"Kamu gapapa 'kan?" tanya Jessica.
"Gapapa." jawab Dylan dengan lemas.
"Oh.. oke." balas Jessica.🍼
Satu jam berlalu. Jessica masih setia pada posisinya. Duduk di sebelah Dylan dan digenggam tangannya oleh Dylan. Laki-laki itu tampaknya belum mau bangun juga. Jessica memperhatikan wajah Dylan. Gadis itu juga tertarik dengan tato-tato yang berada di tubuh Dylan. FYI, Dylan tidur hanya mengenakan celana piyama.
"Dyl? Bangun yuk?" tanya Jessica dengan pelan. "Hmm." gumam Dylan. "Yuk." ajak Jessica sambil mengusap punggung telanjang Dylan. "Dyl kok badan kamu anget?" tanya Jessica. "Sebenernya aku ga enak badan, makanya minta kamu disini." jawab Dylan. "Ih kenapa ga bilang daritadi? Kan aku bisa ambilin obat." balas Jessica sambil menempelkan punggung tangannya pada kening Dylan.
"Kamu demam loh." ucap Jessica.
"Beneran?" tanya Dylan.
"Iya, masa aku bohong." jawab Jessica.
"Haduh." balas Dylan.
"Bangun dulu yuk Sayang. Pake kaos dulu, nanti malah makin sakit." ucap Jessica."Pakein." pinta Dylan dengan manja namun lemas. "Ya udah aku pakein, tapi bangun dulu, sebentar aja." ucap Jessica kemudian menuju walking closet nya Dylan untuk mencari kaos. "Yuk aku pakein dulu." ucap Jessica sambil memulai memakaikan kaos untuk Dylan. Selesai Jessica memakaikan kaos untuk Dylan, laki-laki itu mencium dan melumat bibir ranum gadis itu. Jessica kewalahan setelah berciuman dengan Dylan dan segera mengatur nafasnya.
Dylan ingin mencium Jessica lagi. "Udah ya, cium nya nanti aja. Sekarang kamu tunggu sini aku ambilin sarapan sama obat buat kamu." ucap Jessica sambil menutup mulut Dylan. Dylan tersenyum sembari mengeratkan pelukannya pada pinggang Jessica. "Oke." balas Dylan.
Jessica pun bangun dari ranjang Dylan dan segera turun ke bawah. Daripada hanya diam, Dylan pun menghampiri Carsten yang sudah bangun karena ketiduran. Bayi itu tiba-tiba menangis saat Dylan menghampirinya. "Loh kok Carsten nangis? Sini, sini sama Daddy." ucap Dylan kemudian menggendong Carsten sambil menimang-nimang anak bayi itu.
"Pap..paa." ucap Carsten secara tiba-tiba. "Papa? Carsten panggil papa?" tanya Dylan dengan girang. Sambil menangis, bayi berusia tujuh setengah bulan itu menyentuh wajah Dylan. "Sayang, sayang, jangan nangis." ucap Dylan kemudian mengecup-ngecup pipi Carsten. "Mommy." ucap Carsten. "Mommy? Sebentar ya Mommy lagi dibawah, ambilin makanan nya Carsten juga. Sebentar ya." ucap Dylan.
Walaupun sedang sakit, Dylan sadar merawat bayi itu tetap menjadi kewajibannya. Dengan kekuatan yang ada, Dylan terus menimang-nimang Carsten sampai Jessica datang.
"Hai." sapa Jessica saat datang ke kamar Dylan sambil membawa nampan kecil. "Jes kamu ga perlu repot-repot. Kan bisa minta tolong salah satu asisten rumah." ucap Dylan. "Gapapa Dyl, aku ga enak, lagipula ini kan rumah kamu." balas Jessica sambil meletakkan nampan tersebut di atas nakas. "Ga enak atau mau latihan buat nanti?" tanya Dylan dengan jahil. "Ih apa sih kamu." jawab Jessica. "Kamu makan dulu ya, aku mau suapin Carsten." sambungnya.
"Aku mau disuapin." ucap Dylan dengan manja. "Ih, udah gede juga. Malu sama umur." balas Jessica sambil mengambil Carsten dari gendongan Dylan. "Hehe, iya deh, nurut aku kalo sama kamu." ucap Dylan kemudian mencium puncak kepala Jessica.
Jadilah Dylan dan Carsten makan di kamar tidur Dylan. Hari itu, Carsten akan mencoba makanan baru, walaupun di campur ASI. "Carsten pinter ya makannya." ucap Jessica sambil menyuapi Carsten di pangkuannya. "Kan Carsten udah gede Mommy." jawab Dylan. "Jangan cepet-cepet dong gedenya." balas Jessica sambil kembali menyuapi Carsten. "Nanti Carsten ga punya pacar dong Mommy." ucap Dylan.
Jessica tertawa. "Hush, udah ah." ucapnya. Carsten menunjuk ke arah Dylan saat dia sedang disuapi Jessica. "Kenapa Sayang?" tanya Dylan yang sedang makan di meja berukuran sedang yang berada di kamarnya. "Iya, Daddy lagi makan juga." ucap Dylan sambil tersenyum ke anak bayi itu. "Oke, Carsten makan nya udah selesai. Anak pinter." ucap Jessica kemudian mengecup puncak kepala Carsten.
"Aku juga udah selesai Mommy, dicium ga?" tanya Dylan. Jessica tertawa geli. "Kamu menggelikan." jawab Jessica.
"Ga adil deh. Carsten disuapin, dicium pula." balas Dylan yang pura-pura ngambek. "Ih, ih, malu kali sama umur. Malu tuh sama Carsten." ucap Jessica sambil mengelap mulut Carsten dengan lap kecil. "Hehe, iya deh. Carsten bisa ya makan nya? Biasanya bayi lain pada nolak gitu loh, masih mau ASI gitu." ucap Dylan. "Ga tau deh. Kan tiap anak beda." jawab Jessica.
Dylan mengangguk paham. "Tadi Carsten panggil aku papa loh." ucapnya. "Hah, iya? Wahh, pinter banget." balas Jessica.
"Oh ya, nanti aku mau ke mall dulu ya, kamu gapapa kan aku tinggal?" ucap Jessica. Dylan memegang kedua pundak Jessica. "Kamu baru keluar rumah sakit kemaren. Jangan dulu ya? Kapan-kapan aja nanti aku anterin." jawab Dylan. Jessica menunjukkan wajah cemberutnya.
"Ya udah deh." balas Jessica. "Aku ke bawah dulu ya." sambungnya. "Duh aku jadi ga enak sama kamu. Aku aja ya, kamu jagain Carsten." ucap Dylan sambil buru-buru mengambil nampan sebelum Jessica protes kemudian keluar dari kamarnya. "Loh.." ucap Jessica sepeninggal Dylan.
🍼🍼🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Project
Romance"Aku harus bikin anak sama Dylan?" "Jes, gue cinta sama lo." What would happen between these two awkward creatures? Follow Dylan's and Jessica's journey in this story. Happy reading❤️