Los Angeles, USA
Jessica sudah memasuki minggu ketiganya dalam koma. Tapi gadis itu belum kunjung bangun juga. Selama satu minggu terakhir, Dylan sangat ketakutan kalau Jessica tidak bangun di waktu prediksi dokter. Terlebih saat Dylan bermimpi tentang Jessica. Di dalam mimpinya, Dylan bertemu dengan Jessica dalam keadaan sadar. Tidak ada alat bantu rumah sakit pada tubuhnya.
Dylan ingat persis gadis itu mengenakan baju terusan berwarna putih, rambut nya digerai, dan kepalanya dihiasi mahkota bunga. Hal aneh yang Dylan ingat, semua latar belakang nya hanya berwarna putih pada awalnya. Kemudian, Jessica mengajak Dylan untuk berkeliling tempat itu dan terdengar suara air terjun di dekat taman bunga. Dylan ingat betapa indahnya tempat itu. Laki-laki itu sadar kalau tempat dimana Jessica bertemu dengannya itu bukan dan tidak ada di Bumi.
Malam itu juga Dylan langsung terbangun dan bergegas menuju rumah sakit untuk memeriksa Jessica. Sesampainya di rumah sakit, Dylan menghela nafasnya dengan lega. Jessica masih bernafas.
Dan malam itu, Dylan memutuskan untuk menginap di rumah sakit.
Los Angeles, USA
09.00"Good morning, Beautiful. Let's wash you up." ucap Dylan sambil membawa sebuah baskom kecil berisi air hangat dan dua handuk kecil. Menjadi rutinitas bagi Dylan untuk membasuh wajah sampai bagian leher Jessica.
"Kamu tau ga? Masa ya, waktu itu aku mimpiin kamu dan kita ketemu di tempat yang bagus banget. Dan aku langsung bangun terus dateng kesini buat ngecek kamu. Dan puji Tuhan kamu masih ada." ucap Dylan yang sedang bercerita. "Aku ijin lepas nasal cannula kamu ya. Sebentar aja." ucap Dylan kemudian melepas selang yang dikenakan di hidung Jessica.
Dylan membasuh wajah cantik Jessica namun pucat dengan perlahan. Dylan menatap gadis itu dengan tatapan tidak biasanya. "Kamu lagi tidur aja cantik banget. Senyum pula." puji Dylan.
"Pasti pas kamu bangun lebih cantik." lanjutnya. "Aku beruntung banget loh bisa ketemu sama kamu." ucap Dylan yang sedang membasuh bagian leher Jessica.
Setelah semua beres, Dylan menyeka bagian wajah dan leher Jessica dengan handuk kering. Tidak lupa Dylan memasangkan kembali nasal cannula pada hidung mancung Jessica.
Dylan juga tidak lupa menyisir rambut coklat muda gadis itu.
Sebelum meninggalkan ruangan Jessica, Dylan mengecup kening dan puncak kepala Jessica yang sudah menjadi kebiasaan barunya.
🍼
"Oke, Mandy udah boleh keluar dari rumah sakit hari ini, dan nanti ada pemeriksaan terakhir." ucap Raymond, dokter nya Mandy. "Akhirnya. Makasih dokter." balas Mandy. "Sama-sama Mandy. Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Raymond.
"Hmm.. pasien Jessica Robertson.. dirawat di bagian apa ya?" tanya Mandy. "Jessica Robertson ya? Dokternya bilang Jessica udah dipindahin ke ruang inap VIP 1 minggu lalu." jawab Raymond.
"Oh gitu.. Oke, makasih dokter." balas Mandy. "Kalo gitu saya permisi ya." ucap Raymond.
Sepeninggal dokternya, Mandy membuang nafasnya dengan berat. Dia merasa benar-benar bersalah. Dari berita yang dia dengar, Jessica belum kunjung bangun juga. Sebenarnya, Mandy ingin menjenguk Jessica, tapi pada waktu itu dia belum punya nyali.
Tekad Mandy bulat. Hari terakhir itu akan dia gunakan untuk menjenguk Jessica, entah diijinkan oleh Dylan atau tidak.
Los Angeles, USA
11.02Setelah check out, Mandy segera menuju ruangannya Jessica. Mandy tau betul Dylan yang menjaga ruangannya Jessica. Mandy pun butuh banyak nyali untuk menghadapi Dylan, terlebih dengan Jessica.
Mandy mengintip kaca pintu dari luar. Dylan sedang sibuk dengan MacBook di sebelah ranjang Jessica. Dengan keberanian yang sudah dia kumpulkan, Mandy mengetuk pintu itu kemudian masuk ke dalamnya.
Dylan langsung memberikan tatapan mematikannya pada Mandy. "Ngapain lo ke sini?" tanya Dylan dengan ketus. "Gue mau jenguk Jessica. Boleh?" jawab Mandy. "Dalam rangka apa? Lo mau ngapain dia kali ini?" tanya Dylan. "Gue cuma pengen ngomong sama Jessica, Dyl." jawab Mandy. "Hari ini gue udah pulang dan gue langsung pergi ke Brazil." lanjutnya.
Dylan membuang nafasnya dengan pelan. "Gue kasih lo sepuluh menit." ucap Dylan kemudian keluar meninggalkan Jessica dengan Mandy. Walaupun begitu, Dylan tetap memantau dari luar.
Mandy merasakan hawa yang sangat tegang. Gadis di hadapan nya itu sedang berjuang di antara kehidupan dan kematian.
"Hai Jes." sapa Mandy. Air mata Mandy tiba-tiba keluar. "Jes, maafin gue. Gue ga bermaksud buat celakain lo sampe kayak begini. Gue bener-bener minta maaf Jes. Seandainya gue ga pernah benci sama lo, mungkin lo ga akan pernah di kondisi begini." ucap Mandy sambil menangis.
"Jes, gue tau perbuatan gue ga segampang itu buat lo maafin. Tapi dari lubuk hati gue yang paling dalem, gue minta maaf. Kalo pun lo ga maafin gue, gue ikhlas karena perbuatan gue ini ga mungkin segampang itu lo maafin. Gue nyesel Jes, gue bener-bener nyesel." ucap Mandy, kini perempuan itu memegang tangan Jessica.
"Seandainya lo bisa denger gue. Lo boleh marah sama gue. Lo boleh benci sama gue. Kalo pun lo ga mau liat gue lagi, gue ikhlas." lanjutnya.
"Jes, gue tau lo kuat. Gue tau lo sanggup buat berjuang demi orang-orang yang lo sayang, terutama Dylan. Gue tau kalian saling cinta. Jes, jagain Dylan buat gue ya? Gue bener-bener abis ini pulang ke Brazil dan mungkin ga ke LA lagi. Jes, jangan tinggalin Dylan ya? Gue tau Dylan butuh lo banget. Dia cinta sama lo setulus itu, dan dia ga pernah kasih cinta ke perempuan-perempuan lain selain lo." ucap Mandy.
"Gue tau lo kuat. Please wake up. They need you. Dylan needs you." sambungnya.
Mandy menghapus semua air matanya dengan tangannya. Kemudian, Mandy berdiri dan memeluk Jessica. "Gue mohon bangun Jes." bisik Mandy.
Setelah itu, Mandy pun segera keluar dari ruangan Jessica. "Makasih Dyl." ucap Mandy. Dylan mengangguk. "Gue harap.. kalian bahagia." ucap Mandy. Dylan mengangguk lagi kemudian segera masuk ke ruangan Jessica lagi.
Mandy menengadah ke atas agar air matanya tidak jatuh lagi. "Gue harap kalian bahagia selamanya." ucap Mandy kemudian segera bergegas menuju parkiran mobil.
🍼🍼🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Project
Romance"Aku harus bikin anak sama Dylan?" "Jes, gue cinta sama lo." What would happen between these two awkward creatures? Follow Dylan's and Jessica's journey in this story. Happy reading❤️