Los Angeles, USA
11.00"Perempuan yang waktu itu lo ceritain bakal dateng pagi ini?" tanya Jenna. "Iya. Gue mau bawa dia ke dokter kandungan. Siapa tau bohongan." jawab Dylan. "Gue sih yakin bohong. Lo tau sendiri 'kan cewe-cewe pada gila sama lo." balas Lea.
Dylan tertawa. "Tapi Jessica enggak tuh. Makanya gue cinta sama dia." ucapnya.
"Iyaaa, Jessica tuh beda banget Dyl. Waktu kita masuk kuliah aja dia ga tau lo hidup apa enggak." balas Eleanor yang membuat mereka bertujuh tertawa. "Hahaha, sialan lo." ucap Dylan.
"Beneran tau Dyl. Dia heran banget kenapa orang-orang pada sibuk nyiapin sesuatu buat lo waktu itu." ucap Lea. Dylan jadi tersenyum karena teringat pertemuan pertamanya dengan Jessica. Dimana saat itu Jessica bertanya harus membuat anak dengan Dylan.
Kalau kalian ingat, Dylan saat itu cuek saja. Tapi tanpa mereka ketahui, Dylan tersenyum kecil. Bahkan saat Jessica bertanya seperti itu, Dylan ingin menjawab "iya."
"Gue kangen sama dia." ucap Dylan.
"Dia siapa nih?" tanya James.
"Jessica lah, perebut hati gue." jawab Dylan."Gue ga nyangka Dylan bakal seaneh ini kalo jatuh cinta." ucap Harvey. "Gue juga ga nyangka Vey." balas Dylan. "Jagain ya Dyl." ucap Harvey. "Iya Vey, pasti gue jagain." balas Dylan.
"Permisi Tuan, ada perempuan diluar. Saya suruh masuk aja atau gimana?" tanya Polly—asisten rumah lainnya.
Dylan menatap sahabat-sahabatnya. Mereka mengangguk.
"Suruh masuk aja. Makasih." jawab Dylan.
"Huh, here goes nothing." ucap Dylan.
"Tenang aja. Dia pasti bohong." ucap Lea.
"Kalo beneran?" tanya Dylan.
"Kalo pun beneran, gue yakin itu bukan anak lo. Kami tau lo ga pernah ngelakuin itu Dyl." jawab Dillon."Dylan!" panggil perempuan itu sambil berlari memeluk Dylan yang berada di ruang tengah. Sahabat-sahabatnya menatap perempuan itu bingung. "Lepasin gue." ucap Dylan.
"Kenapa? Kamu kan sebentar lagi jadi suami aku." tanya perempuan itu. "Jangan harap, Miranda." jawab Dylan. "Oh namanya Miranda." bisik Lea pada Dillon. Miranda melihat enam orang lainnya yang berada di ruang tengah itu.
"Kamu ga mau kenalin aku ke temen-temen kamu?" tanya Miranda dengan polosnya. "Ngapain? Mereka juga ga mau kenal lo. Udah deh, ga usah banyak omong! Mending lo sekarang ikut gue." bentak Dylan sambil menarik pergelangan tangan Miranda.
"Eh ayo kita ikut mereka." ucap James.
Dylan menarik Miranda ke mobilnya. "Kamu mau ajak aku kemana?" tanya Miranda saat mereka sudah di mobil. "Rumah sakit." jawab Dylan dingin. "Aku beneran hamil Dyl. Ini anak kamu, kamu ga percaya?" tanya Miranda.
"Yang bakal ngandung anak gue itu bukan lo!" bentak Dylan lagi sambil melajukan mobilnya, sedangkan para sahabatnya berada di mobil kedua dan ketiga di belakang.
"Jadi.. maksud kamu, kamu udah punya calon?" tanya Miranda.
"Bukan. Urusan. Lo." jawab Dylan dengan penekanan.🍼
Sesampainya di rumah sakit, Dylan langsung memaksa Miranda untuk masuk ke ruang USG untuk memeriksa bayi yang dikandungnya.
Dokter pun menyiapkan segala alatnya, dan segera memindai perut Miranda yang memang terlihat buncit.
"Liat, ini bayi kalian." ucap dokter itu.
Dylan rasanya tersambar petir detik itu juga.
"Sekarang kamu percaya 'kan?" tanya Miranda.
"Gimana caranya dia ngandung anak gue, sedangkan gue ga pernah berhubungan sama dia?" batin Dylan.
"Ga.. ga mungkin." ucap Dylan kemudian langsung keluar dari ruangan itu.
"Dyl! Kenapa?" tanya Eleanor.
Rasanya Dylan ingin menangis. Dylan memeluk Eleanor dan menangis di pundaknya.
"Ijinin gue peluk lo sebentar aja." ucap Dylan. Seandainya ada Jessica, Dylan tidak harus memeluk Eleanor. "Kenapa Dyl?" tanya Eleanor sambil mengusap punggung Dylan.
"Dia beneran hamil." jawab Dylan sembari melepas pelukannya. "Hah? Gimana caranya?" tanya Harvey. "Gue ga tau. Yang jelas itu positif bukan anak gue." jawab Dylan. "Gimana kalo hari ini juga kita tes DNA? Jadi besok tinggal tunggu hasilnya." tanya Dillon.
"Gue setuju." jawab Dylan tanpa babibubebo lagi. "Sekarang gimana?" tanya Lea. "Kalian balik aja duluan ke rumah Dad gue. Gue anterin si jalang pulang dulu." jawab Dylan. "Lo gapapa?" tanya Jenna. "Iya gapapa." jawab Dylan.
"Ya udah, kami pulang ya." ucap Harvey berpamitan.
Sepeninggal para sahabatnya, Dylan duduk di kursi ruang tunggu sambil menunduk. Dia frustasi. Tidak ada Jessica, dan sekarang hal bodoh ini terjadi. "Seandainya kamu disini Jes. Aku yakin kamu bisa bantu aku." ucap Dylan.
"Mungkin ini karma buat aku. Tapi aku bakal selesain ini semua. Dan aku akan cari kamu sampe ketemu." lanjutnya.
"Sorry, gue boleh duduk di sebelah lo?" tanya seorang laki-laki. Dylan mendongak. "Boleh." jawab Dylan. "Kenalin, gue Adam." ucap Adam. "Dylan." balas Dylan. "Maaf gue denger omongan lo sama sahabat-sahabat lo tadi." ucap Adam.
"Oh itu. Itu bohongan." balas Dylan.
"Miranda hamil?" tanya Adam.Dylan mengernyit.
"Kok lo bisa tau Miranda?" tanya Dylan.
"Gue mantan pacarnya." jawab Adam.
"Iya, dia hamil. Dia ngakunya dihamilin gue. Padahal gue ga pernah berhubungan sama dia." balas Dylan.Adam berdecak sambil tersenyum sarkastik. "Masih sama aja tuh cewe." ucapnya. "Maksud lo?" tanya Dylan. Adam melihat mamanya yang sudah selesai melakukan pemeriksaan.
"Gue ga bisa cerita sekarang. Kalo mau, nanti malem kita ketemu. Gue bakal cerita semuanya, dan gue bakal bantuin lo." jawab Adam. "Oke. Dimana? Gue kasih lo nomor gue aja." balas Dylan sambil mengeluarkan handphone nya.
"Oke." ucap Adam.
Los Angeles, USA
14.20"Dyl! Gimana?" tanya James.
"Tes nya besok aja. Nanti malem gue mau ketemu sama orang." jawab Dylan.
"Siapa?" tanya Dillon.
"Mantan pacarnya Miranda. Tadi pas kalian pulang dia samperin gue." jawab Dylan."Bagus lo ada back up Dyl." ucap Eleanor. Dylan mengangguk. "By the way, tadi kami dapet kabar dari Detektif Floyd, dia berhasil dapet jejaknya Jes." ucap Lea.
"Sumpah? Dia dimana?" tanya Dylan sambil menghampiri Lea. "Lo ga bakal percaya sih." jawab Lea sambil membuka e-mail di MacBook nya Dylan. Ternyata, Detektif Floyd mengirimkan sebuah rekaman video yang diambil dari kamera keamanan bandara.
"Bandara? Dia ngapain?" tanya Dylan. "Detektif masih cari tujuan keberangkatan nya Jes, soalnya itu rekaman nya udah satu minggu yang lalu." jawab Lea. "Jes pinter banget dah. Sengaja ga pake private jet papanya biar ga ketauan." ucap Harvey.
"Dan secara ga langsung dia kasih kemudahan buat kita." ucap Lea.
"Jes, kamu pergi kemana?" tanya Dylan sambil melihat rekaman itu.
🍼🍼🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Project
عاطفية"Aku harus bikin anak sama Dylan?" "Jes, gue cinta sama lo." What would happen between these two awkward creatures? Follow Dylan's and Jessica's journey in this story. Happy reading❤️