6 : Remember

5.6K 219 2
                                    

Los Angeles, USA
22.00

"Dylan, kamu udah makan malam?" tanya Christina—mamanya Dylan. "Udah." jawab Dylan yang sedang vaping di teras depan. "Gimana kuliah nya?" tanya Christina lagi. "Biasa aja. Bosen." jawab Dylan dengan cuek.

Christina hanya bisa membuang nafasnya pasrah. Wanita yang berusia lima puluh lima tahun itu hanya bisa berharap ada seorang gadis yang bisa merubah Dylan, dan pada akhirnya mereka menikah. Sampai saat ini, keluarga Warren belum tau apa alasan Dylan seperti itu.

"Nanti kamu pergi?" tanya Christina lagi.

"Mau balapan." jawab Dylan.

"Yaudah, kamu hati-hati ya balapan nya." balas Christina kemudian mengecup puncak kepala anaknya itu.

Sepeninggal Christina, secara tiba-tiba Dylan memikirkan Jessica.

"Kenapa gadis itu beda banget sama perempuan-perempuan yang lain?" tanya Dylan pada dirinya sendiri.

"Fuck. Get her off your mind, Dyl." ucapnya lagi.

🍼

Dylan sampai di arena balap dengan mobil McLaren 570s abu-abu miliknya. Di arena itu, sudah ada sahabat-sahabatnya dengan mobil sport milik mereka. Tidak seperti cowo nakal pada umumnya, balapan mobil yang dilakukan oleh Dylan hanya sebatas seru-seruan saja, dan juga diikuti oleh geng Dylan sendiri.

"Tumben lo telat." ucap Dillon. "Gue ketiduran." jawab Dylan. "Hahaha, sejak kapan seorang Dylan Warren tidur jam segini? Biasanya juga ada di night club." ucap James mengejek sahabatnya itu.

"Berisik lo. Mending mulai aja deh. Udah lengkap juga kan?" balas Dylan sambil mendorong James pelan. "Ayo!" ucap Harvey dengan semangat.

Keempat laki-laki itu pun masuk ke dalam mobil mereka masing-masing. FYI, arena balap tersebut adalah milik Harvey.

Disaat race countdown itu menunjukkan lampu hijau, para laki-laki itu langsung menarik persneling dan menancap gas mobil mereka. Tiap mobil geng itu mempunyai kecepatan masing-masing yang sangat cepat.

Di dalam mobilnya, Harvey berusaha untuk fokus dengan lawan nya dan jalanan balap mobil itu. Harvey takut kalau segala pikiran mengenai Jessica tiba-tiba muncul di dalam pikirannya. Hal yang lebih ditakutkan oleh Harvey adalah, bayangan Jessica yang tiba-tiba berada di depan nya.

Karena tidak bisa berpikir jernih, pada akhirnya Harvey memutuskan untuk menyerah dan meminggirkan mobilnya dari arena balap itu.

"Jes, jangan Jes." ucap Harvey pada dirinya sendiri. Kenangan tiga tahun lalu kembali terngiang dalam pikiran Harvey. Dimana saat itu Harvey mengajak Jessica untuk menemaninya latihan balapan. Tetapi karena terlalu fokus dengan Jessica dibandingkan jalanan, akhirnya Harvey kehilangan kendali dan mobilnya menabrak tiang lampu.

Kecelakaan itulah yang membuat Harvey tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya. Dia telah mencelakakan Jessica.

Dan dari kejadian itu, pihak keluarga Jessica memutuskan untuk memutus hubungan Jessica dengan keluarga Owens. Untungnya, satu tahun kemudian, keluarga Robertson dan Owens pada akhirnya bisa bertindak dan berpikir secara dewasa.

Lamunan Harvey terbuyar karena ketukan jendela dari luar mobil. Tanpa membuka jendela itu, Harvey memilih untuk keluar dari mobilnya.

"Lo kenapa?" tanya James. "Jessica lagi?" tanya Dillon. Harvey mengangguk.

Entah kenapa disaat teman-temannya membicarakan Jessica, Dylan tidak mau ikut-ikutan.

"Mendingan lo pulang, Vey." ucap Dylan.

"Ini kan rumahnya, bego." balas James.

"Ya iya itu maksud gue, tolol!" balas Dylan tidak mau kalah. "Atau lo mau ke pub? Gue mau ke pub setelah ini." tanya Dylan.

"Wah boleh tuh! Ikut deh gue." ucap Dillon.

"Boleh deh." jawab Harvey.

"Ayo." ajak Dylan.

Los Angeles, USA
22.57

Sesampainya di pub terdekat, keempat laki-laki itu langsung turun dari mobil mereka masing-masing dan masuk ke dalam tempat itu. Wangi alkohol dan juga asap rokok mau pun vape menyambut mereka saat mereka masuk ke dalamnya.

"Bourbon whisky, empat sloki." ucap Dylan pada salah satu bartender disitu.

"Vey, lo masing sayang sama Jessica?" tanya Dylan kemudian. "Sayang sebagai pacar udah enggak, Dyl. Sayang sebagai temen iya." jawab Harvey. "Tapi kenapa lo kebayang kecelakaan terus?" tanya Dillon.

Harvey mengangkat kedua bahunya.

"Thanks Bro." ucap Dylan pada bartender itu. Kemudian Dylan menuangkan minuman beralkohol itu pada tiap sloki nya.

"Nih, siapa tau bisa bikin lega." ucap Dylan sambil memberikan sloki pada Harvey. "Makasih, Dyl." balas Harvey, kemudian langsung menegak minuman berwarna coklat itu.

Tanpa dituangkan lagi oleh Dylan, Harvey langsung mengambil satu botol minuman itu dan kembali menuangkannya ke dalam slokinya.

"Slow down, man! " ucap Dillon yang melihat Harvey minum minuman alkohol seperti minum air putih.

"Jes, gue ikhlas lo pacaran sama siapa aja. Yang penting dia sayang dan bisa jagain lo. Siapa pun itu, termasuk sahabat-sahabat gue." batin Harvey.

   🍼🍼🍼

The Baby ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang