35 : Day Off

2.4K 105 4
                                    

Los Angeles, USA
20.07

"Jessica, ke kamar aku dong." ucap Dylan yang sedang tengkurap di atas ranjangnya, memanggil Jessica yang berada di sebelah kamarnya. Karena tidak ingin berjauhan dari Jessica dan mungkin terkesan berlebihan, Dylan akhirnya memutuskan untuk pindah ke penthouse nya.

Kamar tidur Dylan memiliki connecting door dengan salah satu kamar tidur di lantai satu. Ya setidaknya Dylan bisa merasa lebih dekat dengan Jessica.

Dengan balutan setelan piyama berwarna pink, Jessica menghampiri Dylan yang terbaring tengkurap. Jessica mengusap punggung telanjang Dylan, kemudian mengecupnya.

"Kenapa?" tanya Jessica. Kedua tangan Dylan kemudian melingkar di pinggang Jessica, serta Dylan meletakkan dagunya diatas paha Jessica. "Kamu kenapa setiap saat bisa jadi manja begini sih? Aku gemes." ucap Jessica sambil tersenyum.

"Jes, sebelom kita menikah aku mau kamu tau beberapa hal. Aku ga mau sampe ada kata bercerai di pernikahan kita. Sebisa mungkin kita berdua dewasa ya, Jes?" jawab Dylan. Jessica tersenyum sembari mengusap punggung telanjang Dylan. "Siapa sih yang mau ada perceraian? Ga ada Dyl. Aku akan berusaha buat dewasa ya." balas Jessica.

"Aku takut banget kalo suatu saat aku kasar sama kamu, Jes." ucap Dylan. "Jangan ngomong begitu." balas Jessica. Dylan kemudian mengubah posisinya menjadi posisi normal, dan tetap menggenggam tangan Jessica. "Aku harap kamu bisa kontrol emosi kamu, Dyl. Aku juga ga akan kalah takut kalo kamu kasar sama aku." ucap Jessica.

Dylan menghela. "Marahin aku balik kalo aku begitu. Please." balas Dylan. "Yakin? Aku ga yakin loh." tanya Jessica. "Entahlah. Kalo dipikirin sekarang aku bingung." jawab Dylan. "Nah, ya udah. Mending kita pikirin yang sekarang aja dulu." balas Jessica.

Dylan tersenyum kemudian mengecup kedua tangan Jessica. "Aku udah rencanain honeymoon, babymoon, dan second honeymoon and babymoon loh." ucap Dylan. "Astaga. Dua kali?" tanya Jessica tidak percaya. "Ya rencana nya begitu. Kan juga belom tau ke depannya gimana." jawab Dylan.

"Pokoknya kamu terima jadi aja, Sayang." sambungnya. "Wah, oke." balas Jessica seraya tertawa. "Kamu tau ga?" tanya Dylan. "Enggak. Tau apa tuh?" jawab Jessica. "What I'm dying for right now and in the future is.. nikmatin setiap inci tubuh kamu dan tenggelam dalam kamu." jawab Dylan yang sukses membuat Jessica melongo tidak percaya.

"Secinta itukah kamu sama aku?" tanya Jessica. Dylan mengangguk dengan yakin. "Aku ga tau lagi harus ngomong apa lagi, Jessica. You drive me crazy. Kamu bener-bener buat aku kehilangan akal sehat aku, sampe-sampe aku lebih pilih mati." jawab Dylan. "Astaga, jangan begitu. Maaf ya." balas Jessica. "Jangan minta maaf, Sayang." ucap Dylan.

Jessica menatap wajah Dylan kemudian tersenyum. Jessica akhirnya ikut berbaring dengan Dylan. Tubuhnya pun dipeluk oleh Dylan seerat mungkin tanpa membuat sesak. Dylan juga tidak lupa mencium puncak kepala Jessica.

"Jes, emangnya beneran ya kamu ga pernah liat aku sebelomnya?" tanya Dylan. "Sejujurnya aku ga tau ya. Aku mungkin pernah liat kamu, tapi mungkin juga aku lupa Dylan Warren yang mana." jawab Jessica. "Kamu kok bisa tau aku?" tanya Jessica selanjutnya. "Dikasih tau Dillon sama Eleanor." jawab Dylan.

"Terus aku liatin kok mukanya mirip Megan sama Nicole. Aku mikir ini adeknya mereka kali ya?" sambungnya. Jessica tertawa. "Terus, terus?" ucapnya. "Waktu itu aku bilang ke Dillon, 'cantik juga ya'." jawab Dylan. "Hahaha, astaga." balas Jessica.

Dylan ikut tersenyum kemudian mencium-cium puncak kepala Jessica.

"I love you, Jessica." ucap Dylan.
"I love you too, Dylan." balas Jessica.
"I love you." ucap Dylan lagi.
"Love who?" tanya Jessica.
"Chanelle Jessica Alison Robertson." jawab Dylan. "Do you love Dylan?" tanya Dylan.
"So much." jawab Jessica.
"Dylan who?" tanya Dylan.
"Desmond Armando Dylan Warren." jawab Jessica kemudian mengecup bibir Dylan.

The Baby ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang