Dylan's POV
Nama gue Desmond Armando Dylan Warren. Orang panggil gue Dylan. Selama dua puluh empat tahun gue hidup, orang menganggap gue bukan anaknya Damon Warren dan Christina Payne. Lucu ya. Padahal gue mirip banget sama mom. Orang-orang selalu membandingkan gue sama Dexter—kakak gue dan Diana—adek gue. Kata mereka gue ga punya tata krama. Semuanya berawal saat gue berumur delapan tahun. Di sekolah, gue bikin guru nangis karena gue sobek salah satu kertas pekerjaannya. Karena itu lah dad memutuskan untuk mengeluarkan gue dari sekolah publik dan berakhir di homeschooling. Seiring waktu berjalan, kenakalan gue semakin jadi. Waktu gue masuk kuliah, murid-murid langsung mengecap gue sebagai bad boy. Sejujurnya, gue ga masalah dicap kayak begitu. Kenapa? Kenakalan gue itu ga sampe pake narkoba! Atau balapan di jalanan terus dikejar polisi.
Enggak. Ga level sama gue. Gue cukup minum aja, dan kalo pun gue balapan gue main aman. Beruntung salah satu sahabat gue, Harvey, punya arena balap milik keluarganya. Dan, gue ngerokok. Udah itu doang, salah ga sih? Untungnya, orangtua gue terima gue apa adanya. Sebenernya ada satu janji sih yang gue buat sama mereka. Gue akan berusaha berubah kalo gue udah ketemu perempuan yang bisa merubah gue dan pada akhirnya gue akan nikahin dia. Tapi, kalo gue boleh jujur nih ya, gue ga berpikiran kalo gue akan ketemu perempuan itu. Seorang Dylan menikah? Bahkan gue ga pernah kepikiran buat menikah, apa lagi punya anak. Sayangnya, perasaan hati ga bisa dilawan. Di kampus gue, ada perempuan namanya Jessica Robertson dan dia anak dari George Robertson yang adalah kerabat deket dad gue. Bahkan dad udah menganggap George itu adiknya sendiri.
Awalnya gue mengelak, melawan perasaan hati gue. Tapi gimana caranya kalo lo dipasangin sebagai pasangan orangtua asuh di suatu projek konyol? Ya gue bersyukur sih bisa jadi 'suami' nya Jessica. Selama beberapa hari pertama gue masih keep it cool gitu. But as time goes by, gue yang awalnya cuma suka Jessica sebagai temen pun jadi cinta. Hehe. Malu gue jadinya. Ya pokoknya begitu. Hari-hari gue dipenuhin sama Jessica dan Carsten, bayi asuh kami. Di tengah banyaknya sukacita, ada satu duka yang ga akan pernah gue lupain karena gue merasa lepas dari tanggung jawab gue. Jessica koma selama satu bulan karena kecelakaan mobil. Disitulah gue merasa brengsek. Di satu sisi, di momen itulah gue bisa mengutarakan semua isi hati gue ke Jessica dan di hari dia bangun.. gue melamar dia. Kalo kelamaan gue yakin gue udah ga tahan hahaha. Jessica menerima gue. Ya Tuhan gue seneng banget hari itu, bener-bener sebuah keajaiban, Jessica bisa bangun dari koma dan lamaran gue diterima sama dia!! Setelah Jessica pulang, ya kami menjalani kehidupan kami seperti biasa.
Perjalanan kami menuju altar Tuhan tidak semulus yang kami kira. Gue lagi-lagi dikasih cobaan, tapi yang ini gue marah banget sih. Gue emang nakal, tapi gue ga pernah berhubungan badan sama perempuan-perempuan sampe hamil! Eh ini perempuan datengin gue ngaku hamil anak gue. Buset, nyentuh Jessica aja gue ga pernah masa iya gue berhubungan badan sama perempuan lain. Gue jauh lebih hancur disini karena Jessica memutuskan untuk mengalah, melepas cincin tunangan, dan pergi ke Brazil. Gue tau gue ga boleh kehilangan Jessica lagi, makanya gue secepet mungkin selesain masalah sama perempuan ini. Keajaiban terjadi lagi. Gue dapet temen baru, Adam, yang sekarang jadi kekasihnya Jenna, dan dia orang yang berjasa banget di situasi ini. Selesai itu, gue langsung terbang ke Brazil jemput tunangan gue. Awalnya gue takut Jessica tolak gue, tapi sahabat-sahabat gue dan keluarga gue memberikan semangat buat gue. Lagi, ada keajaiban. Jessica maafin gue dan mau pulang sama gue. Karena itu semua, gue jadi percaya sama mukjizat Tuhan. Kami pulang ke Amerika, dan berharap semuanya baik-baik saja. Puji Tuhan ga ada masalah sampe hari-h. Kami pun menikah dan.. you know, make a baby after that. Hahaha. Sampe hari ini pun gue ga menyangka gue udah menikah dan punya istri secantik bidadari.
Dan gue jauh lebih ga menyangka gue punya dua malaikat kembar kecil, Alison dan Alexander. Seketika gue merasa gue adalah laki-laki yang baru banget pertama kali jatuh cinta yang paling beruntung di dunia ini, masa bodoh apa kata orang diluar sana. Yang terpenting adalah, gue bersyukur buat semuanya, terutama karena punya Jessica, Alison, dan Alexander.
🍼🍼🍼
KAMU SEDANG MEMBACA
The Baby Project
Roman d'amour"Aku harus bikin anak sama Dylan?" "Jes, gue cinta sama lo." What would happen between these two awkward creatures? Follow Dylan's and Jessica's journey in this story. Happy reading❤️