5.

7.7K 665 31
                                    

     Zain dan Taehyung berjalan beriringan menuju halte.Zain baru tahu lelaki yang berjalan bersamanya adalah orang yang keras kepala.Zain sudah lelah menolak untuk diantar menuju halte namun Taehyung tetap memaksa.Dan berakhirlah Taehyung mengantar Zain menuju halte.
Semula hanya ada keheningan di antara mereka.
"Kenapa aku merasa kalau kau selalu kabur saat melihat wajahku?Apa aku begitu menakutkan bagimu?"Taehyung masih menatap lurus.Zain nampak kebingungan menjawabnya.Tak mungkin Zain mengatakan bahwa ia selalu kabur karena tak ingin Taehyung jatuh cinta padanya sama seperti di mimpi.Itu sungguh sebuah jawaban yang tak masuk logika.
"Aku punya alasan untuk itu.Tapi aku tak bisa memberitahumu karena alasanku yang sedikit tak masuk akal.Tapi aku tak akan kabur lagi."Zain merasa gugup di awal namun pada akhirnya bisa menyelesaikan kalimatnya.Taehyung kembali tersenyum.Memang tak dapat terlihat karena wajahnya yang kembali ia tutup dengan masker.Tapi matanya yang menyipit cukup membuktikan ia tengah melengkungkan senyumnya.
"Jadi maksudmu kau ingin bertemu dan bersamaku lagi?Wah agresif sekali ya?"

       Salahkan pertanyaan ngawur dari Taehyung yang membuat Zain semakin gelagapan dengan wajah merona karena malu.Zain semakin merutuki diri karena tak menyaring ucapanya sehingga terjadi kesalahpahaman seperti ini.Tapi rona itu justru di sukai oleh Taehyung.Manusia satu itu terus terusan menatap wajah Zain yang semakin disembunyikan dalam tundukan, masih mempertahankan senyumnya.
"Bukan seperti itu.Tapi....."Zain bingung akan mengatakan apa.Ia sungguh tak pandai berkata kata.
"Sudahlah.Aku hanya mencandaimu.Aku paham apa maksudmu,Zain."
Mata Zain mengerjap beberapa kali."Kau tahu namaku?"Taehyung mengangguk."Ne.Aku melihat di layar ponselmu."Jawab Taehyung seadanya.
"Kau sudah tahu namaku?"Lanjut Taehyung yang di balas gelengan Zain.
'Jinjayo?Dia tak tahu Taehyung bangtan?Sungguh gadis yang benar benar lugu'Batin Taehyung segurat senyum terpatri di wajahnya lagi.
"Namaku Kim Taehyung."Tangan berkulit tan itu terulur pada Zain namun hanya di tatap oleh Zain.
"Maaf tapi kita bukan muhrim.Tak baik bila bersentuhan."Zain menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
Taehyung mengangguk sembari menarik uluran tangannya.

                                     ~•~

       Taehyung baru akan membuka bicara kembali namun dering suara ponsel menginterupsinya.Wajah Zain berbinar melihat siapa yang tengah menelponnya lewat video call.Syarla,adiknya.
"Assalamualaikum,kak Zain.Kakak sehat kan?"Syarla tersenyum menatap wajah zain di layar ponsel.
"Wa'alaikumsalam.Kakak sehat.Syarla dan ibu juga sehat kan?"
"Alhamdulillah kak.Wah kakak hebat ya bisa pergi ke korea."Kagum Syarla.
"Iya.Kakak juga nggak nyangka bisa ada di sini sekarang.Allah memang selalu punya rencana yang sangat indah."Senyum itu semakin diperlebar oleh memilikinya,membuat sesosok lelaki disampingnya ikut tersenyum melihatnya.
"Kakak sedang apa?"
"Kakak sedang berjalan menuju halte.Baru saja selesai makan dan sholat maghrib."
"Begitu ya.Oh ya apa kakak tertarik pada seseorang disana?kudengar korea di penuhi orang orang yang tampan."Polos Syarla setengah menggoda kakaknya.
Zain melirik kesamping tepatnya ke arah Taehyung yang masih berjalan disampingnya.
"Kau ini masih kecil untuk apa bertanya soal itu?"
"Kata temanku orang korea itu tampan tampan.Siapa tahu kakak bisa cocok dengan salah satunya.Kan asyik kalau punya ipar yang tampan."Kali ini Syarla benar benar kelewatan menggoda kakaknya.Ia membawa bawa soal pernikahan yang masih belum terbesit di pemikiran Zain.
"Sudahlah Syarla jangan terus menggoda kakak.Kau belajar saja yang benar.Jangan memikirkan lelaki lelaki tampan."
"Baiklah kak.Tapi ada oleh oleh kan untukku?"Syarla nyengir.
Zain tersenyum melihat tingkah adiknya.
"Ada kok.Untuk ibu juga.Oh ya ibu kemana?"
"Ibu ikut pengajian ke rumah tetangga."
"Oh.Salam ya buat ibu."
"Pasti kak.Aku tutup dulu ya?Mau belajar.Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Sambungan terputus.

                                       ~•~ 

             Senyum masih tertahan di wajah Zain.Ia geleng geleng kepala karena kelakuan adiknya.
"Itu tadi dongsaengmu?"Zain menoleh dan mengangguk.
"Dia banyak bicara.Tidak sepertimu."Zain tersenyum menanggapinya.
"Dia mewarisi sifat ayahku.Selalu ceria dan banyak bicara.Huft....rasanya seperti baru kemarin Syarla berdebat lucu dengan ayah hanya karena baju yang harus ayah kenakan untuk pergi solat jum'at.Tak terasa sudah lima tahun.Apa ayah baik baik saja?"Tanpa sadar Zain menyinggung kerinduannya pada sang ayah.Mata bulatnya yang semula berbinar meredup memandang bentang langit kota Seoul.Taehyung yang sedari tadi menyimak sedikit terperanjat.
"Maaf,Apa ayahmu meninggalkan ibumu?"Pertanyaan itu terkesan lancang,tapi sungguh Taehyung sangat ingin mengetahuinya.
"Ayahku meninggalkan kami sekeluarga.Bukan karena keegoisannya.Tapi karena memang sampai di situlah waktu dia untuk menjaga kami.Ayahku meninggal saat aku masih duduk di bangku menengah atas."Zain berhenti sejenak mengelap kedua matanya yang serasa panas dan berair."Ah...mian.Aku jadi curhat padamu."Taehyung menggeleng cepat."Gwaenchanha.Kau bisa bercerita apapun padaku.Ya walaupun kita baru pertama bertemu.Tapi aku bukan orang jahat.Jinja."Taehyung mengangkat jari kanannya membentuk huruf V.Dan karena kelakuan konyol nya itu Zain tersenyum kembali.
"Aku tahu itu.Kau orang yang baik."

           Lagi lagi Taehyung memandangi senyum Zain.Entah mengapa rasanya senang saat melihatnya terukir pada wajah gadis yang semula ia anggap aneh itu.Rembulan yang berbendar di salah satu sudut langit seolah mengerti.Pancaran sinar putihnya yang berbaur dengan gerlap lampu di sepanjang jalanan kota Seoul,menyorot pada dua insan tersebut.Hingga tampaklah semakin berseri senyum yang merekah diantara keduanya.

                                     ~•~

           Tak terasa langkah mereka telah sampai di halte.Zain berdiri di hadapan Taehyung,sekali lagi membungkuk dihadapan pria tersebut."Kamsahamnida untuk bantuannya hari ini.Aku berhutang banyak padamu."
"Aku juga berterima kasih padamu karena telah bersedia menunggu lama untukku.Aku merasa bodoh karena hampir melupakan janji yang kubuat sendiri."Jemari panjang ia bawa menggaruki tengkuknya yang sama sekali tak terasa gatal.
Hening di antara keduanya.Zain menunduk meremat pelan jemari kirinya.Bingung ingin mengatakan apa lagi pada Taehyung.Dan Taehyung masih menatap gadis dihadapannya.Sampai senyumnya terkembang kembali melihat sikap Zain yang menurutnya menggemaskan.
"Semoga kita bertemu lagi,Zain."Tukas Taehyung hingga membuat Zain menegakkan kepalanya dan tersenyum.
"Ne.Annyeong Jalga Taehyung ssi."Zain undur diri.Meninggalkan Taehyung memandanginya di antara orang orang yang hendak masuk bus.

'Kau aneh.Tapi mengapa aku suka bila bersamamu.Semoga akan ada pertemuan untuk kita selanjutnya.'

Taehyung membenarkan topi yang ia pakai lalu bergegas meninggalkan halte.Membawa langkah lebarnya menjauh bersama sedikit harapan di batinnya.









Maaf bila di chapter ini ceritanya pendek.Author kehabisan bahan buat diceritakan.

Dan seperti biasanya.Mohon dukungannya dengan vote dan coment nya🙏.

Author nggak maksa kok.Karena dipaksa itu rasanya nggak enak😁.Tapi bila readers bersuka rela memberikan vote dan comentnya,saya akan sangat terharu😢😀.
Sampai disini dulu omongan ngelantur author.Terima kasih buat yang udah mampir ke ff in😊.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang