9.

6.6K 452 48
                                    

     Dira telah selesai dengan fansign yang diikutinya.Ia segera menemui Zain.Postur tubuh ramping itu segera mendudukkan diri disamping Zain.Zain senang melihat kehadiran Dira apalagi dengan seulas senyum yang belum jua mengendur dari wajah cantiknya.
"Kakak aku seneng banget hari ini.Akhirnya dapat juga tanda tangan mereka."Dira memeluk album ditangannya kegirangan.
"Syukurlah kalau kamu senang."Zain kembali menunjukkan senyumnya.
"Oh ya kak,tadi Jimin oppa menitipkan ini untukmu."Dira menyerahkan secarik kertas yang dilipat rapi.Dengan kebingungan Zain menerimanya.
"Ekhem.....aku jadi curiga pada kalian berdua."Goda Dira yang membuat Zain tersenyum malu.
"Jangan mulai deh,Dira."
Dira justru tertawa menanggapi protesan dari Zain.
"Tapi nggak apa apa kok kak.Nanti aku sama my Kookie dan kakak sama Jimin oppa.Double date kita pasti bakalan seru."Pembicaraan Dira semakin ngelantur kemana mana.Date.Zain dan Jimin?Apa Dira lupa bahwa Zain itu tidak mengenal istilah pacaran,apalagi ngedate.Itupun dengan seorang idol terkenal seperti Jimin.Zain tidak bermimpi terlalu tinggi untuk itu semua.Zain memilih membuka lipatan kertas ditangannya hingga terpampang lah beberapa digit nomor yang ditulis dengan spidol warna hitam.Zain semakin bingung dibuatnya lalu ia membaca sebuah catatan yang tertera dibawah nomor tersebut.

Ku harap kita bisa berteman

                                                 Park Jimin
      Zain tersenyum.'Pemuda yang lucu.'Batinnya melihat cara Jimin mengajaknya untuk berteman.Tentu saja Zain tak menolak.Semakin banyak teman akan membuat pengetahuannya semakin luas.Zain mau berteman dengan Jimin bukan semata mata karena Jimin adalah seorang idol yang tengah naik daun.Tidak.Zain tidak seperti itu.Ia tulus ingin menjadi teman Jimin.
"Sepertinya Jimin oppa telah membuat seorang gadis terpana."Terdengar seperti sindiran halus Dira yang ditujukan pada Zain.Dan objek dari sindiran itu menunduk malu menyembunyikan surat Jimin di dalam tas.Ingin sekali menyanggahnya tapi akan sia saja karena mungkin Dira justru tak akan berhenti menggodanya.Zain mencoba mengalihkan topik Dira dengan mengajaknya pulang.

                                ~•~

         Zain berjalan kearah dapur dan mendapati Nyonya Choi tengah bergelut dengan alat alat masak.
"Hari ini ahjumma masak banyak sekali."Celetuk Zain sembari meraih wortel yang akan digunakan membuat kimchi.
"Ahjumma sengaja memasak banyak untuk diberikan sebagiannya pada tetangga baru kita.Nanti tolong antarkan ya?"Nyonya Choi masih sibuk dengan bumbu bumbu untuk membuat bulgogi.Zain yang tengah mengiris wortel menghentikan aktivitasnya.Tetangga baru?Itu berarti Taehyung."Ne.Aku akan mengantarnya."Zain kembali melanjutkan kegiatannya mengiris wortelnya.

          Ketujuh member bangtan berkumpul di ruang makan.Mereka tengah menanti masakan yang dibuat Jin selesai.Tiba tiba saja ada seseorang yang membunyikan bel rumah.
"Siapa sih yang kesini?"Hoseok memutar pandangannya pada Namjoon.
"Mungkin PD nim."Jawab Namjoon asal.Dia sedang tidak mau pusing pusing menerka siapa yang tengah membunyikan bel depan.Dalam pikirannya hanya ingin perutnya terisi makanan.
"Hei,Tae lihat siapa yang datang."Taehyung yang memainkan ponselnya dengan lesu semakin tak bersemangat karena perintah Suga.Dengan setengah hati ia menggeser kursinya dan berdiri.Jimin menepuk pundak Taehyung dan tersenyum seolah mengatakan pada Taehyung agar ia sabar.Tapi itu justru terlihat sebagai ejekan dimata Taehyung.Pemuda jangkung itu berjalan menuju pintu utama dan mengecek monitor yang terpasang di dekat pintu (kalau yang sering lihat drama korea pasti tahu monitor yang di maksud.)
     
            Seketika mata sipit nya membeliak melihat siapa yang tengah berkunjung ke dormnya.Senyum yang semula tergadai kembali nampak seiring dengan wajahnya yang mulai berseri.Segera ia membuka pintu tak ingin seseorang tersebut menunggu terlalu lama sembari menatap balik wajah Taehyung lewat monitor yang terpasang diluar.
"Assa...Anyeong Haseyo."Zain mengubah kalimatnya.Semula ia ingin mengucapkan salam yang sering ia ucapkan,tapi karena teringat Taehyung bukan seorang muslim ia mengurungkannya.
"Annyeong Haseyo.Kau kesini.Apa kau merindukanku?"Zain membulatkan matanya mendengar penuturan Taehyung.Sementara pemuda tersebut terkekeh melihat ekspresi Zain yang sangat sulit dijelaskan.Kaget bercampur gugup oh jangan lupakan semburat malu yang terlukis berupa rona merah di pipinya.Hanya dengan itu saja Zain tampak semakin cantik dan Taehyung suka kejahilannya membawa dia melihat pemandangan itu.
"Aku ingin memberimu ini.Bibi Choi yang menyuruhku"Zain masih menundukkan kepalanya sembari menyerahkan makanan yang ia bawa.
"Wah bulgogi,kimchi dan Tteokbokki."Mata Taehyung membulat setelah berhasil mengintip isi dari tempat makanan di tangannya.Lalu pandangannya beralih pada Zain.Gadis itu masih setia menunduk.Jika hanya menundukkan pandangannya Taehyung tak apa,tapi dia menundukkan kepalanya dan Taehyung tak menyukainya.Taehyung lebih suka melihat setiap ekspresi yang dihasilkan wajah Zain dan juga senyum yang selalu membuat Taehyung terhipnotis untuk membuat lengkung yang sama.
"Sudahlah jangan terus menunduk.Mianhae aku menjahilimu."Taehyung menjewer telinga kirinya sendiri.Zain perlahan mengangkat pandangannya dan nampaklah dalam penglihatannya kelakuan Taehyung sudah seperti anak kecil yang dihukum karena nakal.Jelas Zain tertawa.Apalagi ekspresi Taehyung yang dibuat semelas mungkin dengan puppy eyes yang ia perlihatkan,sepertinya ia memang sengaja.
"Kau tak ingin masuk.Hyungku ada didalam."Taehyung menggeser posisinya menciptakan jalan untuk Zain masuk namun ia masih membatu di tempat.
"Mungkin lain kali.Choi ahjumma sedang menungguku untuk makan malam bersama."
"Baiklah.Aku akan menunggumu berkunjung lagi."
Zain menganggukkan kepalanya hendak beranjak sebelum Taehyung menginterupsi langkahnya.
"Zain,berapa lama kau akan disini?"
"Mwoya?"
"Oh maksudku berapa lama lagi kau di Korea?"Taehyung membenahi perkataannya.
Zain diam sejenak sedikit berpikir.
"Satu minggu kedepan mungkin aku masih ada di korea.Waeyo?"
"Tidak.Aku hanya bertanya saja."
Zain mengangguk mengerti lalu pamit pergi.Taehyung masih memandangi punggung sempit itu dari ambang pintu.Senyum yang ia tahan keluar kepermukaan.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang