Dia adalah rindu yang aku sematkan pada setiap detik jam yang berdentang.
Dan hadirnya adalah fajar yang selalu aku nantikan dalam setiap gelapnya malam.
~•~
Awalnya Zain tak merasa terganggu akan kehadiran sosok bertopi hitam yang berdiam disudut kafe.Tapi ini sudah genap setengah jam sosok itu bergeming disana.Tak melakukan apa apa.Bahkan kopi yang ia pesan sudah tak bersisa, dia masih tak ingin beranjak pergi.Jika waktu masih memungkinkan maka Zain tak punya hak untuk mengusirnya, namun kafe seharusnya sudah ditutup dan sosok itu sewajarnya telah meninggalkan kafe Orion.Berbagai praduga burukpun mulai muncul.Bagaimana jika ternyata sosok itu adalah perampok?atau lebih buruknya ia adalah seorang teroris?memikirkannya saja membuat tangan Zain dialiri keringat dingin.Tapi segera mungkin ia tepis praduga praduga tersebut, dengan membaca basmalah ia mulai mendekat pada sosok yang kini tengah mengetikkan sesuatu diponselnya itu.
Zain tetap memberanikan diri untuk meminta sosok tersebut pergi, meski jauh dalam dirinya ia masih takut.Bagaimana tidak, penampilan yang serba hitam dan tertutup cukup membuatnya merinding.Apalagi suasana remang restoran yang sudah sepi semakin memperburuk suasana mentalnya.
"Maaf tuan kafe kami akan segera tutup." tutur Zain halus berharap sosok yang ia ajak bicara terlampau peka untuk pergi.
Namun nyatanya eksistensi Zain tak dihiraukan olehnya.Zain diabaikan, ponsel yang sedang ia pegang terlamapu menarik.
"Tuan maaf bukan saya lancang, tapi kafe akan ditutup.Akan lebih baik jika anda meninggalkan tempat agar saya bisa merapikannya." Rasanya tenggorokan Zain langsung kering setelah mengatakannya.Bagaimana jika sosok itu marah dan berbuat buruk padanya?Zain hanya bisa memperbanyak rapalan doa dari dalam hatinya.Semoga semua baik baik saja.
Spontan sosok misterius itu menghentikan aktivitasnya mengoperasikan ponsel.Memasukkan benda tersebut kesalah satu saku jaket yang ia pakai.Bangkit dengan sedikit menggebrak meja menggunakan telapak tangan lebarnya.Zain berjengit kaget, sedikit memundurkan tubuhnya ketika sosok itu mulai meninggalkan meja.Tapi justru sialnya malah menghampiri dirinya.
Zain semakin memundurkan tubuhnya ketika dirasa langkah lebar itu semakin mendekat.Hingga saking paniknya ia tak sadar telah terpojok, punggungnya telah menabrak meja dan sosok itu sudah berada tepat dihadapannya sehingga tiada celah lagi untuk kabur.
~•~
Zain semakin memperbanyak doa.Mengharap akan keajaiban dari tuhannya.Dan sepertinya doa itu didengar oleh sang maha kuasa, lonceng kafe menggema, artinya seseorang memasuki kafe atau bahkan lebih.Zain menoleh, mendapati Dira disana dan member BTS.
Si sosok misterius itu kelihatanya tengah menatap kearah Dira dan BTS.Zain tak mau melewatkan kesempatan ini.Ia segera berlari meloloskan diri dan memeluk tangan Dira sangat erat.Ia bahkan tak sempat memikirkan bagaimana Dira bisa bersama member BTS.Yang ia butuhkan sekarang adalah mencari perlindungan.
"Noona Zain kau kenapa?" Nada Jungkook khawatir melihat Zain yang memeluk Dira ketakutan.
Zain tak menjawab hanya menunjuk kearah satu satunya sosok yang berdiri tepat ditengah tengah ruangan.
"Tenanglah kami disini.Dia takkan menyakitimu." Jimin berusaha meyakinkan Zain.Wanita itu mengangguk, mengiyakan.Lalu dengan sedikit takut menatap sosok itu lagi.Entah kenapa ia terus terusan melihat kearahnya.
"Lagipula aku tak akan bisa menyakitimu.Menyakitimu sama saja menyakiti diriku sendiri."
Topi yang dipakai ia tanggalkan, kepalanya yang tertunduk terangkat sempurna.Sosok seram hilang tanpa meninggalkan bekas.Sekarang yang hadir adalah sosok tampan yang berhasil menginvansi pikiran Zain setiap harinya.Sosok hangat yang selalu ia rindukan beserta senyum indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dari Negri Para Oppa
FanfictionCover by @MartaaYD_ "Tuhan selalu punya cerita indah, tentang bagaimana cinta dipersatukan. Antara tasbihku dan salibmu, Ada sebuah keajaiban. Bernama hijrah untukmu. Assalamualaikum Oppa. Selamat datang calon imamku, Pada cintaku dan indahnya agama...