Lembar demi lembar mushaf al kitab terbuka berbarengan dengan gumaman lirih ayat ayat suci yang keluar dari belah bibir Zain.
"Innamaa~ amruhuu idza~ aroda syaian ayyaquula lahu kun fayakun.Fasubhaanalladzi biyadihi malakuutu kulli syaiiwwailaihi turja'un.Sodzakallahul adzim."
Zain menutup al qur'an dihadapannya kemudian menciumnya sekali.Saat itulah ia mendengar suara mobil yang merapat ke arah rumahnya.siapa yang berkunjung sore ini kerumahnya?mungkin itu yang tengah ia pikirkan saat ini.Lalu Zain beranjak dari atas sajadah,melipatnya lantas berjalan menuju rak untuk menaruh al qur'an yang baru selesai ia baca.Baru saja ia ingin melepas mukena yang ada ditubuhnya tiba tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya dari luar.
"Zain kau di dalam?"Suara itu begitu familiar di telinga Zain.Ia hafal siapa pemilik suara itu.Tanpa melepas dahulu mukenanya Zain membukakan pintu dan benar saja ibunya yang berada dibalik pintu.
"Maaf bu,pintunya Zain kunci.Zain baru saja sholat ashar.Ada apa ya bu?"
Ibunya tak lantas menjawab,ia malah menatap Zain dari atas sampai bawah.Lalu wanita paruh baya itu tersenyum.Tentu saja kelakuan ibunya itu membuat Zain mengernyit tak mengerti.
"Loh ibu kok senyum sendiri lihatin Zain.Memang ada yang aneh ya?Atau mukena Zain ada yang kotor?Padahal kemarin baru aja Zain cuci loh bu."Zain menatap mukenanya dari ujung ke ujung membolak baliknya untuk memastikan bahwa tiada noda pada benda yang ia gunakan untuk menghadap penciptanya itu.Maryam,sang ibu menggenggam kedua pundak Zain untuk menghentikan gerakan putrinya yang terus menggeliat kesana kemari.
"Enggak kok.Mukena kamu nggak kotor.Ibu cuma mau bilang ke kamu habis ini kamu kedepan ya.Ada yang ingin ketemu."Senyum itu masih setia tertahan pada wajah yang telah menunjukkan garis garis keriput milik Maryam.
"Siapa sih bu ya datang?"Zain mulai kepo.Sebenarnya tadi ia segera berberes cepat untuk bisa melihat siapa tamu yang datang,tapi justru sang ibu menghampirinya dan menyuruhnya untuk menemui tamu tersebut.
"Sudah nanti pasti tahu sendiri.Sekarang kamu beres beres diri dulu.Masa mau menemui tamu dengan memakai mukena seperti itu?"Sang ibu terkekeh seolah mensugesti zain mengeluarkan senyumannya.
"Sudah ya ibu ke dapur dulu membuatkan minuman."Lalu wanita berhijab hitam panjang tersebut meninggalkan Zain yang masih mematung dibingkai pintu.Zain sungguh dibuat penasaran oleh ibunya.Gelagatnya hari ini sungguh berbeda.Dan itu sudah sukses membuat kepala Zain dipenuhi bermacam pertanyaan.~•~
Selesai membenahi penampilannya, Zain segera melesat menuju ruang tamu untuk melihat siapa tamu yang ingin bertemu dengannya itu.Memasuki ruang tamu ekor matanya dapat melihat pasangan paruh baya yang tengah duduk disebelah kursi yang ditempati ibu Zain.Kedua orang tersebut tersenyum melihat kedatangan Zain.Matanya berbinar seolah menyiratkan kerinduan karena sekian lama tak berjumpa.Tak jauh berbeda, Zain menatap kearah pasangan itu tanpa berkedip.Raut wajahnya terlampau senang sampai sangat sulit untuk didefinisikan.
"Paman Hasan bibi Arin."Zain berjalan mendekati keduanya.Menjabat tangan mereka dengan sopan lalu menciumnya lembut.
"Lama tak bertemu putrimu bertambah cantik saja, Mar."Arin tertawa pada Maryam.
"Padahal dua belas tahun lalu dia masih anak anak yang suka mengenakan rok selutut dan rambut yang kuncir kuda.Sekarang sudah besar dan tambah cantik dengan berhijab."Tambah Hasan yang membuat Zain tertunduk malu menarik tubuhnya berdiri tegap.Sungguh ia tak percaya bisa bertemu Hasan dan Arin yang merupakan sahabat karib dari mendiang ayahnya.Pasalnya kedua orang itu telah lama pergi meninggalkan Jakarta.Dahulu saat Zain masih kecil mereka sering berkunjung kerumah Zain sekedar mengukir cerita hangat antar dua keluarga.Namun dua belas tahun lalu mereka pindah ke Gorontalo karena Hasan yang dipindah tugaskan.Dan sekarang mereka kembali ke Jakarta dan menetap dikota metropolitan ini.
"Oh ya anak bungsumu kemana?kenapa tak terlihat?"Tanya Arin seraya mengedarkan pandangannya.Berusaha mencari bocah perempuan yang dahulu suka sekali ia gendong.
"Syarla sedang kerumah temannya.Tadi katanya ada kerja kelompok."
Arin hanya manggut manggut lalu setelahnya keheningan yang merambati ruangan tersebut.
"Maafkan kami karena tidak bisa datang dihari pemakaman Amir.Saat itu anak kami sedang sakit dan harus di opname selama satu minggu.Mas Hasan waktu itu juga sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.Keadaan keluarga kami sungguh tak memungkinkan untuk datang.Kami sungguh menyesal.Maafkan kami ya Maryam."Arin tertunduk tak punya keberanian untuk menatap mata ibu Zain.
"Maafkan kami."Ulang Hasan yang membuat Maryam merasa tak enak hati.
"Sudahlah Hasan, Arin jangan seperti ini.Tidak apa apa kalian tidak datang karena memang kalian berada jauh dari sini dan lagipula kondisi keluarga kalian sedang tidak memungkinkan saat itu.Yang terpenting itu do'a kalian untuk almarhum mas Amir."Jelas ibu Zain mencoba membuat kedua tamunya itu berhenti menyalahkan diri.
"Oh ya bagaimana kabar Irham?Apa dia masih kuliah?"Ibu Zain berusaha mengalihkan topik.Pikiran Zain seolah diingatkan ketika ibunya menyebut nama Irham.Ia teringat akan masa kecilnya yang suka menghabiskan es krim seraya berayun bersama seorang bocah lelaki berambut cepak yang memiliki tubuh sedikit gempal.Apa kabar dengan bocah itu?Lama tak bertemu Zain merindukannya.
"Irham baru saja lulus kuliah tahun ini.Dan Zain kamu kuliah semester berapa?"Hasan menengok kearah Zain yang masih berdiri tak jauh dari tempat duduk sang ibu.
"Zain tidak kuliah paman.Zain sudah bekerja."Jawabnya dengan senyum yang sengaja ia sematkan.
"Aku telah lelah membujuknya untuk kuliah tapi dia tak mau.Dia bilang tak ingin merepotkan ku."Sang ibu menimpali kalimat Zain hingga membuat Arin dan Hasan tersenyum kagum.
"Irham saat ini juga sudah bekerja.Dua bulan lalu ia pindah duluan ke Jakarta dan melamar pekerjaan disini."Terang Arin menceritakan sedikit tentang putranya.
"Dia pindah lebih dulu dari kalian tapi kenapa tidak datang berkunjung menemui ku?"
"Dia bilang malu bila kesini sendiri jadi menunggu kami."
"Lalu kemana Irham sekarang?Kenapa dia tak datang bersama kalian?"Zain baru tersadar tiadanya kehadiran Irham disitu.Ia jadi penasaran bagaimana bocah gembul itu sekarang bermetamorfosa.
"Tadi dia bilang ada urusan, katanya menyusul.Anak itu terkadang suka sibuk sendiri.Bulan lalu dia mengatakan baru pulang dari Korea."Hasan mengangkat cangkir tehnya menyesap cairan beraroma melati yang disediakan oleh ibu Zain.
"Bulan lalu Zain juga baru pulang dari Korea."Tanggap Maryam begitu mendengar bahwa Irham juga pulang dari Korea bulan lalu.
"Benarkah.Apakah kau bertemu Irham disana?"Arin menatap penuh kearah Zain menanti jawaban gadis itu.
"Hushh apa yang kau bicarakan?Korea itu luas dan padat mana mungkin mereka bisa bertemu satu sama lain."Sergah Hasan menanggapi pertanyaan istrinya yang terbilang tanpa perencanaan yang matang.
Zain tersenyum melihat interaksi antara dua orang tersebut.Mereka tak banyak berubah.~•~
Sampailah saat dimana sebuah motor berhenti didepan kediaman Zain dan terparkir tepat disamping mobil Hasan yang merupakan sahabat karib mendiang ayahnya sedari SMP.
"Itu pasti Irham.Akhirnya anak itu datang."Tukas Arin dengan segaris senyum diwayahnya.Entah mengapa Zain merasa jantungnya berdetak dengan tidak normal.Mungkinkah ini efek karena akan bertemu Irham setelah sekian lama?
"Assalamu'alaikum"Tukas seseorang dari luar pintu yang terbuka.
"Wa'alaikumsallam"Jawab mereka semua yang ada diruang tamu seraya menoleh kearah pintu utama dimana sumber suara tersebut berasal.
Seorang lelaki bertubuh tinggi tegap perlahan memasuki ruang tamu dengan malu malu.Langsung menyalami Arin,Hasan dan juga Maryam.Sementara Zain langsung menunduk tak berani menunjukkan wajahnya saat Irham mulai memasuki rumah.Entah apa yang terjadi padanya, namun kehadiran Irham diantara mereka membuat Zain merasakan malu yang tiada bisa dijelaskan.Mungkin karena dirinya dan Irham bertemu bukan sebagai anak anak lagi yang menjadi alasannya.
"Akhirnya bibi bisa melihatmu nak.Kamu sudah besar ya."Raut bahagia terpancar dari wajah Ibu Zain.Tangannya tak berhenti mengusap lembut punggung lebar Irham yang masih membungkuk rendah dihadapannya.Zain yang mencuri pandang dari tempatnya tersenyum melihat respon yang diberikan Ibunya pada Irham.Cukup lama Zain menatap interaksi Irham dan ibunya sampai pemuda itu bangkit dari posisi merendahnya dan padangan mereka saling bersibobrok.Wajah Irham terlihat jelas sudah oleh kedua netranya.Irham telah menjelma menjadi sosok yang begitu menawan.Alisnya kini semakin tebal dengan bulu mata lentik yang memperindah kedua mata sipit beriris coklat tuanya.Dan pipi itu terlihat lebih tirus dari sebelumnya ditambah dengan rahang tegas yang memperkuat kesan maskulin pada wajah Irham.
Astaga,Zain langsung membeliakkan kedua bola matanya,debaran jantungnya seakan berhenti begitu saja.Bukan.Bukan karena Zain terpesona pada sahabat masa kecilnya.Tapi wajah Irham mengejutkan hati dan memorinya.Apalagi saat pemuda itu benar benar berdiri tegak dihadapannya dan memamerkan seutas senyum hangat kearah Zain, waktu seolah kehilangan detiknya dan Zain serasa kehilangan rasionalnya.
"Kamu yang di bandara waktu itu kan?"
Tiada jawaban yang Zain terima hanya kebisuan pria itu dengan senyum yang tambah diperlebar.Annyeong Haseyo readers semua,
Hari ini WahyuTel update lagi.Huh,sebenernya otak author lagi susah diajak kompromi dan juga mood sedang memasuki zona buruk.Tapi karena udah janji sama seseorang buat update hari ini, yah jadilah chapter ke20 ini aku publish.Author harap ini tidak mengecewakan dan maaf bila banyak typo😥.
Dan sepertinya readers semua sudah hafal kebiasaan author😁.Author mohon dukungannya dengan vote dan komennya.Jangan ada siders diantara kita.
Selamat malam minggu untuk readers tercinta.Sekian dan terimakasih.
#Salam WahyuTel😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Dari Negri Para Oppa
FanfictionCover by @MartaaYD_ "Tuhan selalu punya cerita indah, tentang bagaimana cinta dipersatukan. Antara tasbihku dan salibmu, Ada sebuah keajaiban. Bernama hijrah untukmu. Assalamualaikum Oppa. Selamat datang calon imamku, Pada cintaku dan indahnya agama...