30.

3.9K 302 14
                                    

  Apa yang biasanya menjadi alasan seseorang untuk singgah ke sebuah kafe?Menepati janji dengan seseorang, mencari spot foto yang instagenik, atau mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas? Tapi Irham punya alasan lain untuk singgah ke Kafe milik keluarga Dira.Menanti seorang gadis berhijab yang tengah disibukkan dengan pekerjaan itu disalah satu kursi yang tersedia.Sesekali ia memandanginya seraya tersenyum ketika objek yang ia tatap tengah melemparkan pandangan singkat kearahnya disela sela kesibukan yang dikerjakan.Begitu terus, sampai membuat seorang wanita yang duduk dihadapannya memutar bola mata jengah.
"Apa dikafe ini hanya kak Zain saja yang menarik?" Irham mengalihkan pandangannya dengan cepat.Tersenyum malu malu pada gadis dihadapannya.
"Aku merasa ada yang tidak beres dengan kalian berdua," kedua mata Dira menyipit penuh selidik.Sementara itu si lawan bicara membeliakkan mata, "Apa maksudmu?" lalu ia merenyit.
"Sedari tadi aku disini tapi kakak tak mengajakku ngobrol.Hanya menatap kak Zain saja.Dia tak kan hilang hanya karena kakak berkedip sebentar dan mengajakku bicara." Bibirnya mengerucut sebal.Lain lagi dengan tangannya yang mengaduk minuman dalam gelas tanpa jeda.
"Apa itu sebuah kode keras bahwa kau cemburu?" Irham tertawa, membuat Dira tambah jengkel.
"Haish jika kakak itu adalah Jungkook baru aku akan cemburu.Aku hanya tidak suka saja diabaikan.Sudah Wifi dirumah rusak, aku malah dikacangin disini." Gadis itu memilih buang muka sehingga wajah masamnya hanya dapat terlihat dari samping oleh Irham.
Irham tertawa lagi, "Maafkan aku.Bukannya aku bermaksud mengabaikanmu, hanya saja kulihat tadi kau sedang fokus pada ponselmu.Aku takut mengganggu.Sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan?Stalker?" Irham sebenarnya buka type orang yang kepo, tapi ia bertanya untuk sekedar berbasa basi saja.
"Enak saja.Aku tidak stalker.Tadi aku memesan tiket konser secara online.Itulah alasan kenapa aku kesini.Supaya dapat wifi selagi wifi dirumah diperbaiki." Sanggah Dira beserta segala penjelasan yang ia berikan.Ia tak suka Irham menyebutnya stalker.
"Konser apa? Kalau konsernya Shubanul muslimin aku ikut." Irham nyengir, Dira menepuk dahinya.
"Ini konser BTS kak Irham bukan Shubanul muslimin." Lengosan panjang terdengar dari Dira.Irham lalu mengangguk kecil dan bungkam saat nama BTS disebutkan.Ternyata boyband korea itu yang akan mengadakan konser.Lalu ia kembali mencari titik dimana Zain berada.Setelah menemukan keberadaan gadis itu, ia menatap Dira lagi.
"Dira boleh aku bertanya padamu?"Tanya Irham penuh keseriusan terpancar dari kedua bola mata indahnya.
"Memang apa yang mau kakak tanyakan?" Entahlah Dira berubah sedikit gugup saat ekspresi Irham berubah secara tiba tiba.Tadi ia hanyalah seorang pemuda dengan segala kekonyolan namun sekarang terlihat seperti sesosok lelaki yang membutuhkan jawaban cepat tanpa candaan.
"Zain.Ini tentang Zain."

                             ~•~

  Duduk diberanda rumah menikmati secangkir coklat panas adalah satu hal yang menyenangkan.Berteman bintang yang berkelip dan bayangan Zain yang terlukis indah, membuat Taehyung betah berlama lama menatap langit.Taehyung masih memikirkan dia dan selalu memikirkannya.Terkadang ia bertanya pada dirinya sendiri akan semua yang terjadi.Mengapa ia bisa jatuh cinta pada seorang gadis yang bahkan hanya ia temui selama sepuluh hari.Padahal dinegrinya ada banyak wanita cantik yang pasti mengantri untuk sekedar mendapat senyum darinya, tapi kenapa Taehyung justru lebih suka melebarkan tawanya bersama Zain.Kenapa harus dengan gadis Indonesia itu.Sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu sangat sederhana, karena Zain itu berbeda dan Taehyung menyukainya. Mungkin Zain tidak secantik wanita wanita korea yang setiap hari ia lihat berlalu lalang.Zain hanya seorang muslimah yang taat akan perintah agamanya.Dia sebatas wanita berperangai lembut serta tingkah laku yang terkadang menggemaskan yang membuat Taehyung selalu merasa nyaman berada didekatnya.Dan berawal dari kata nyaman tersebut, benih benih cinta mulai tumbuh dengan liar hingga Taehyung sendiri tak mampu mendefinisikannya.
"Kau disini Tae?" Seseorang meletakkan cangkirnya diatas meja, sontak Taehyung menoleh.Ternyata si pemuda park.Dia mendudukkan diri dikursi yang ada didekat Taehyung.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya lagi, Taehyung tersenyum kecil.
"Tidak apa apa hanya memandang langit saja." Jawab Taehyung sekenanya.Jimin bersmirk akan jawaban yang ia terima, "Dan memikirkan Noona Kai?" Taehyung menoleh kembali kearah Jimin namun pemuda itu malah sibuk menyesap dan menikmati coklat panas yang terasa begitu hangat melewati tenggorokannya.
"Tak usah kaget seperti itu.Benarkan yang aku ucapkan?" Alis Jimin sedikit terangkat dan dibalas oleh senyum malu malu dari Taehyung.
"Aku tak tahu kenapa terus terusan memikirkannya.Terkadang pun aku merasa aneh bisa bisanya jatuh cinta pada dia."Kekehan kecil lolos menerobos pendengaran Taehyung, "Tae,mungkin kita bisa menentukan untuk hidup dengan siapa tapi kita tak pernah bisa membuat skenario untuk jatuh cinta pada siapa.Bagiku tak aneh bila kau mencintai Noona Kai, dia wanita yang sangat menarik.Dia baik, dia sopan, suka membantu, lembut, menyenangkan, taat pada agama dan senyumnya begitu menenangkan.Dia adalah calon ibu yang baik dimasa datang." Jimin tersenyum sendiri mengingat sekelebat bayangan Zain yang terputar dalam otaknya.Bagaimana Zain nyaris begitu sempurna untuk mendapatkan cinta.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang