17.

5K 403 26
                                    

         Ketika pertengahan malam tiba lagi lagi Zain terjaga.Kedua bola matanya terbuka lebar beserta nafas yang berderu dan keringat dingin yang mengucur.Ia memimpikan itu lagi.Mimpi yang sama seperti yang ia alami ketika akan ke korea.Mimpi tentang tragedi antara dirinya dan Taehyung di Bandara Incheon.
"Astagfirullah hal'adzim.Kenapa aku memimpikannya lagi?"kesepuluh jemarinya dibawa mengusap wajah yang basah akan keringat.Lalu matanya melirik jam yang terpasang didinding.Pukul duabelas lebih sepuluh menit.Zain menyimpulkan mungkin ini adalah alarm dari allah agar ia menunaikan sholat tahajjud lebih awal.Mungkin saja seperti itu.Atau bahkan mungkin ada maksud lain dibaliknya.
Kedua kakinya turun pertama kali dari atas ranjang.Hingga benar benar menapak diatas lantai dan tubuh ramping tersebut berdiri tegak.Setelahnya satu demi satu langkah ia bawa menuju kamar mandi untuk bisa membasahi beberapa anggota tubuhnya dengan air wudhu.Lantas bersiap diri menghadap sang khalik.

                             ~•~

        Kedua tangan lembut menengadah memohon diatas sajadah yang tergelar.Saat seluruh penghuni rumah tengah sibuk dengan mimpi mereka,ia justru memilih merapalkan sebait do'a yang selalu ia ucapkan setiap tahajjud.Penuh pengharapan.Agar kelak do'a yang ia panjatkan terkabul jua.Bibirnya belum  jua lelah melantunkan kalimat kalimat do'a.Sampai tibalah ia pada penghujung doa tersebut yang diakhiri tangkupan kedua telapak tangan pada wajah teduhnya bersamaan dengan kata amin yang digumamkan lirih.Setelahnya ia terdiam.Menatap bordir Masjidil haram pada sajadahnya.Ia jadi teringat akan masjid Itaewon yang pernah dikunjungi waktu itu.Dan tak lupa juga seseorang yang menunggunya selesai ibadah didepan masjid.Lalu setelahnya yang terputar diingatannya adalah rentetan peristiwa bersama Taehyung.Mulai dari tragedi digedung Big Hit hingga pertemuan terakhir diNamsan tower.Zain mengingat jelas bagaimana ia yang selalu lari dari Taehyung.Juga tentang ia yang selalu menyusahkan Taehyung.Saat Taehyung membuatnya melebarkan senyum.Juga bagaimana pemuda itu selalu menjahilinya.Dengan hanya mengingatnya saja senyum Zain terkembang.Semua terasa begitu berkesan untuk diakhiri hari ini juga.Tanpa tahu apakah peristiwa yang telah terjadi bisa disambung kemudian hari.

           Malam terasa begitu dingin.Namun diantara suhu rendah musim gugur mata Zain justru memanas.Berkaca kaca.Perlahan membentuk telaga bening pada kelopak bawahnya.Dalam hitungan detik,air mata lolos menerobos pertahanannya.Lalu setelahnya wajah itu ia tangkup sendiri.Membiarkan kedua telapak tangan dan mukenanya basah akan air mata.Isakan kecil tertahan di tenggorokan.Terasa begitu menyiksa.Zain terisak sendiri ditengah malam.Ia tak tahu perasaan apa yang tengah ia rasakan hingga melemah seperti ini.Mungkinkah ini rasa takut kehilangan?Zain masih tak mengerti,tapi yang jelas separuh hatinya sekarang  terasa ngilu mengingat apa yang telah ia dan Taehyung lewati bersama.

'Ya Allah,aku mengakui pada-Mu.Aku masih ingin bersama dia.'

                                     ~•~

       Ketika matahari semakin berarak kebarat,Zain sadar waktunya tak lagi banyak di Korea.Kini ia bahkan telah bersiap dengan sebuah koper ditangan bersama Dira.Keramaian bandara Incheon tak membantu untuk menenangkan hatinya.Yang ada lebih membuatnya merasa ketakutan.Entah apa yang ia takutkan,hanya dia sendiri dan tuhan yang mengerti.Mereka duduk dikursi yang tersedia.Dudukpun rasanya Zain tak nyaman.Dira sadar ada yang tak beres dengan Zain.Matanya sedari tadi melirik kesamping melihat wajah kalem yang tenang.Namun segudang resah tersembunyi dibaliknya.Yah wajah Zain memang terlihat tenang namun tak mungkin ada orang tenang yang terus terusan memainkan jemarinya sendiri.Pasti ada sesuatu yang sedang mengganjal perasaannya.
"Kakak kenapa?"
"Eum?"Zain menoleh dengan alis yang terangkat hingga kedua matanya melebar.
"Kulihat kakak gelisah,apa ada masalah?"Dira meletakkan tangannya pada punggung tangan kanan Zain.
"Tidak ada masalah apa apa.Hanya saja entah mengapa aku merasa sedikit resah.Mungkin karena aku sudah mulai terbiasa disini dan tiba tiba harus pergi."Kedua sudut bibirnya terangkat.
"Sekarang aku sudah mulai egois dengan tidak ingin pergi."Senyum itu semakin diperlebar olehnya membuat Dira terkekeh pelan melihat Zain mengomentari dirinya sendiri.
"Itulah yang terjadi kalau kak Zain bertemu Bangtan.Aku tahu kakak Zain enggan pergi karena masih ingin bertemu Taehyung oppa atau bercanda dengan Jimin oppa.Iyakan?"Dira tak sadar bahwasannya senyum Zain sedikit meluntur.Gadis itu malah tertawa.Ia tahu kalau Zain dekat dengan Jimin dan Taehyung.Jadi seperti biasa ia ingin menjahilinya.Tapi candaanya itu tak tepat pada tempatnya,ia bercanda disaat kondisi hati Zain yang sedang bermasalah.
"Apa yang kau bicarakan Dira?Kenapa kau membawa bawa Taehyung,Jimin dan Bangtan?"
"Karena aku juga sedih akan berpisah dengan Bangtan.Mereka memberi kenangan yang sangat indah.Yang bahkan lebih dari yang kuinginkan selama ini.Aku tak menyangka bisa bertemu mereka,mengikuti fansign mereka,singgah didorm mereka,memasak bersama mereka,makan bersama dan melihat mereka bercanda langsung,menikmati jalan jalan sore yang indah digunung Namsan bersama,menemani mereka break latihan ditempat agensi mereka dan aku tak akan pernah lupa bagaimana Jungkook merangkulku hari itu.Dan aku bersyukur hari itu karena ikut kakak membantu ibu Jimin.Aku juga bersyukur karena kak Zain aku lebih banyak bertemu dengan Bangtan.Tapi kakak,aku tak mau pulang."Inikah yang dinamakan karma untuk Dira?keadaan justru berbanding terbalik.Senjata makan tuan.Tadi ia yang berusaha mengusik Zain justru dia yang termakan candaanya sendiri.
Gadis itu meneteskan sebutir air mata lalu dengan cepat dihapus menggunakan punggung tangannya.Zain merangkul Dira merapatkan jarak diantara keduanya.Lalu ia elus perlahan lengan kanan Dira.
"Jangan sedih,setidaknya kita telah diberi kesempatan oleh allah untuk bertemu mereka meskipun sebentar.Tapi bukankah itu sebuah keberuntungan?diluar sana bahkan banyak yang sangat memimpikan semua itu.Percayalah setelah ini akan ada hal baik yang terjadi,mungkin suatu saat nanti kita bisa bertemu mereka kembali."Zain tersenyum menguatkan Dira juga dirinya sendiri.Setidaknya ia pernah diberikan kesempatan ke Korea dan juga mengenal mereka.Zain tahu setiap pertemuan akan diakhiri perpisahan.Dan saat ini adalah waktunya perpisahan itu sekaligus waktu untuk menguatkan diri masing masing.

Imam Dari Negri Para OppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang